Kuliah di luar negeri itu sangat indah. Saya membayangkan akan banyak ratusan perjalanan yang saya lakukan ketika menginjakkan kaki di Belanda. Saya sudah berandai-andai akan mengunjungi tempat-tempat seru disana. Bahkan saya akan mencari tau tempat-tempat historis yang bisa dikunjungi dalam waktu satu hari dengan budget tipis. Sebuah angan-angan yang benar-benar melenakan.

Melihat banyak foto-foto perjalanan teman-teman yang menginjakkan kaki di luar negeri karena sekolah, membuat saya semakin termotivasi. Tak pelak, foto-foto indah mereka menjadi cambukan bagi saya untuk bisa merasakan apa yang mereka rasakan.

Buku Laskar Pelangi milik Andrea Hirata merupakan buku yang masuk dalam buku favorit saya hingga menginjak umur 25 tahun ini. Kisah tentang perjuangan seorang Ikal untuk menjejakkan kaki di Sorbonne, Paris. Ia yang rela berjuang dari kecil hingga beranjak dewasa untuk mendapatkan pengalaman ke negeri Paris. Kisah itulah yang mencambuk saya untuk menyimpan mimpi yang sama..

Hingga, perlahan saya mengetahui sedikit demi sedikit fakta bahwa kuliah di luar negeri tidak semudah yang dibayangkan. It’s not that simple. .

Banyak tangis, darah dan airmata yang harus dibayar. Tangisan yang terurai ketika malam hari menjelang. Rindu yang menyeruak bagaikan air bah yang tak terbendung. Budaya yang sangat berbeda dari kampung halaman. Kuliah yang tak bisa diikuti dengan mudah. Bahkan orang-orang asing yang berseliweran di sekeliling bisa membuat seseorang merasa sedih.

Ada beberapa orang yang menganggap itu sebagai cobaan untuk dihadapi, tapi ada beberapa yang akhirnya menyerah. Tak pelak ada beberapa orang yang mengakhiri ‘cerita indah’ ala Ikal di tengah jalan. Mereka memilih untuk berhenti bermimpi seperti Ikal dan memulai kisah hidupnya sendiri. Dan saya selalu salut dengan apapun pilihan mereka.

Semakin saya menyadari bahwa persiapan kuliah sangat dibutuhkan agar terhindar dari hal-hal demikian. Saya mencoba mewawancarai beberapa alumni LPDP yang telah pulang dari rantau dan memberikan tips bagi saya yang baru akan mencicipi ‘kisah indah’ ala Ikal di negeri tulip sana.

Berikut ini adalah hasil rangkuman wawancara dengan teman-teman (Fia, Varyan dan Andis serta tulisan dari mbak Fissilmi Hamida) yang saya rangkum dalam poin-poin penting sebagai berikut ini :

Pelajari negara tujuan kamu dengan baik. Pelajari budaya disana.

Pelajari bagaimana orang berinteraksi dengan orang lain. Hal ini bisa mengurangi gegar budaya atau biasa disebut dengan “culture shock”. Banyak cerita orang Indonesia yang merasa kaget ketika kuliah atau kerja di luar negeri karena budaya sangat berbeda dengan Indonesia. Perbanyak informasi tentang tempat kuliah bisa dilakukan melalui Youtube atau banyak membaca blog pribadi.

Ketahui dirimu sendiri dengan baik.

Cara belajar seseorang sangat bergantung pada hal ini. Jika kamu seseorang yang senang deadliner, jangan gunakan cara ini. “Setiap ada tugas, langsung kerjakan, jangan tunda,” kata Fia. Tapi ia mengatakan harus mengetahui cara belajar diri sendiri. “Karena setiap orang punya cara belajar yang berbeda-beda,” tambahnya.

Jangan selalu sendirian. Carilah banyak teman.

Karena teman sangat penting untuk menguatkan kamu di saat terendah kamu. Karena saya termasuk anak ekstrovert, sepertinya poin ini tidak akan menjadi hal yang sulit. Hehe. Tapi buat teman-teman yang introvert, kalian bisa melihat poin lain dibawah ini.

Selalu dekat dengan Tuhan.

Saat sendirian, pikiran bunuh diri itu sangat dekat. Saya pernah membaca tulisan dari mbak Fissilmi Hamida tentang bagaimana depresi bisa membuat orang memiliki pikiran bunuh diri. à tulisan bisa dibaca disini : https://fissilmihamida.wordpress.com/2017/01/13/talk-to-me-sebab-saat-depresi-pikiran-untuk-bunuh-diri-itu-dekat-sekali/

Tulisan tersebut membuka mata saya bahwa ketika depresi, banyak orang yang akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Tapi ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tidak memilih bunuh diri, salah satunya adalah melibatkan Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan. “Allah SWT tidak akan pernah memberikan cobaan lebih berat yang bisa dipikul oleh hambaNya,”.

Belajar bahasa yang sesuai dengan bahasa pengantar yang digunakan oleh kampus tujuan.

Jika tujuan negara Belanda tapi kampus tujuan menggunakan bahasa inggris, pelajari bahasa inggris dengan baik. karena ada beberapa orang yang mengalami kesulitan mengikuti kegiatan perkuliahan, entah karena banyak tugas atau banyak paper yang harus diselesaikan dalam waktu bersamaan. Jadi mempelajari bahasa pengantar sangat disarankan agar meminimalisir stress di negara tujuan.

Pergunakan fasilitas proof reading di kampus untuk membantu mencari tahu kesalahan essay kamu. Ini bisa membantu untuk mengurangi stress kamu selama kuliah disana.

Ambil aktivitas yang banyak dan bisa melepaskan lelah dan rasa stress.

Andis menyarankan ikut aktivitas olahraga ketika stress. “Saya memukul bola ketika merasa stress agar stress itu tertumpahkan,” ujarnya. Selain itu bisa melakukan hal-hal menyenangkan seperti berjalan di taman atau pergi naik gunung yang tidak terlalu tinggi. Buat perasaan nyaman datang kepada kamu.

Cari tahu hal-hal yang bisa membuat kamu merasa nyaman.

Hal ini membantuk kamu untuk bisa merelakskan diri ketika stress melanda. Misalnya, saya kalau gak bisa tidur pasti dengar murattal Al-Quran. Hal ini bisa membantu saya tidur lebih nyenyak dan merasa aman. Selain itu saya paling suka jalan kaki untuk menggerakkan sendi-sendi tulang jika sudah merasa bosan. Kalau kamu suka masak kalau stress, panggil saya ya nanti #eh

Mencari dukungan dari orang-orang terdekat.

Dukungan dari orang-orang terdekat sangat dibutuhkan ketika depresi datang. Jangan pernah malu untuk cerita dengan orang-orang terdekat. Cari orang yang membuat kamu tidak merasa dihakimi. Orang yang bisa mendengarkan kisah-kisah terpurukmu. Bagi kisahmu pada mereka yang menyayangimu..

Bagi ceritamu dengan orang lain jika kamu merasa terjatuh. TALK TO ME 🙂

Berbagi cerita akan membuat kamu merasa lebih baik. Berbicara dengan orang lain. Gerakan Talk To Me, bisa menjadi salah satu ide jika kamu merasa depresi.

Menurut mbak Fissilmi, gerakan Talk To Me berfungsi untuk mendengarkan keluh kesah teman-teman yang tengah depresi, tanpa menghakimi, tanpa melabeli dengan label-label menyakitkan hati yang akan menambah tingkat depresi. Kalian bisa bicara dengan saya nanti.. 🙂

Jujur dengan diri sendiri dan temui tenaga kesehatan profesional.

Jika stress atau depresi menghampiri, jujurlah pada diri sendiri. Jangan pernah malu tuk mengakuinya. Di luar negeri banyak tenaga profesional untuk membantu mencarikan solusi pada hal-hal semacam ini. Mereka menganggap masalah depresi atau stress bukan hanya sekedar ceracau atau kurang dekat dengan Tuhan. Mereka akan melakukan hal yang terbaik untuk seseorang dengan symptom depression agar bisa kembali dalam rutinitas normalnya.

play hard

Hal-hal diatas bukan saya ingin menakut-nakuti teman-teman, tapi ini merupakan pembelajaran bagi saya sendiri untuk persiapan saya ke luar negeri. Jujur saya takut. Tapi bismillah, saya menyerahkan semua urusan pada Allah SWT.

Mohon doanya agar bisa diberikan kelancaran dalam melakukan studi dan kembali ke Indonesia dengan sehat wal afiat. Aamin ya rabbal alamin..

 

p.s : melalui tulisan ini saya mengajak untuk berdoa bersama bagi teman-teman yang sedang menempuh studi dimanapun agar bisa diberikan kekuatan dalam menyelesaikan studinya.. Aamin ya rabbal alamin..

 

Thanks to Fia, Andis, Varyan yang memberikan wejangan kepada newbie ini. Dan untuk mbak Fissilmi Hamida yang telah membagikan ceritanya lewat tulisan. Terima kasih..

 

Ditulis di ISKINDO

1:02 WIB 26 April 2017

Sambil dengar Tulus – Jangan Cintai Aku Apa Adanya

8 Persiapan Menghindari Depresi Sebelum Kuliah ke Luar Negeri

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Trending posts

No posts found

Subscribe

Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.