Ketika menuju musholla di Radix dari Forum, saya menyadari bahwa kampus mengibarkan bendera setengah tiang. Tapi saat itu saya tidak tahu dan menganggap bahwa negara ini sedang memperingati sesuatu. Jadi saya tetap pergi ke musholla tanpa berpikir yang aneh-aneh. Ternyata…

Dan tiba-tiba seminggu kemudian di grup WUR 2017, ramailah gambar ini. Sebuah gambar yang mengabarkan kesedihan dan duka mendalam. Ternyata ada seseorang yang memilih untuk mengakhiri hidupnya. Sehingga kampus memberikan bendera setengah tiang untuk memperingatinya. Saya kurang tahu sang mahasiswa bunuh diri dimana dan kapan waktu kejadiannya.

sedih..

 

Tapi begini arti tulisan diatas :

Apakah Anda melihat baru-baru ini bendera yang diturunkan di dalam dan sekitar kampus? Ini dilakukan untuk menghormati siswa yang melakukan bunuh diri minggu ini. Belasungkawa dari kami kepada keluarga murid tersebut.

Alasan ia melakukan hal ini adalah depresi berat. Kami selalu sedih mendengar kabar seperti itu. Hal ini sangat penting untuk membicarakan masalah stres dan depresi dan tidak memperlakukannya sebagai topik tabu. Kami berharap kejadian seperti itu tidak terjadi di masa depan Wageningen University & Research

Setelah itu saya mencoba mencari tahu lebih dalam. Dan saya malah menemukan banyak kejadian serupa yang terjadi di kampus ini. Setiap tahunnya ada saja orang yang mengalami depresi dan memilih mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini. Di tahun 2015, ada seseorang yang memilih loncat dari apartemennya di Bornsessteeg. Biasanya yang mengalami masalah depresi ini kebanyakan adalah mahasiswa International.

Mahasiswa Internasional rentan terkena depresi

Sudah bukan jadi hal aneh jika mahasiswa internasional dikenal paling rentan terkena depresi. Banyak hal yang membuat mahasiswa Internasional cepat merasa stress dan depresi. Pertama setelah selesai masa honeymoon, mulailah masa kuliah yang ‘berat’ dan kebanyakan mahasiswa tidak paham bagaimana cara untuk menyeleraskan rtime kuliah yang sangat cepat. Kedua cuaca di Belanda yang gak jelas. Kadang hujan tiba-tiba dalam waktu lima menit langsung cerah. 10 menit kemudian langsung bersalju. Ketiga adalah homesickness. Keempat adalah masalah bahasa. Kelima yang paling sering membunuh adalah kesepian (Loneliness)

Resource, majalah kampus milik WUR membuat wawancara dengan mahasiswa Internasional tentang apa yang membuat mereka stress. (bisa dibaca disini In the deep end ). Kebanyakan dari mereka menjawab bahwa pelajaran disini sangat susah ditambah dengan bahasa Inggris yang seringkali bukan bahasa yang sering digunakan di dalam kehidupan sehari-hari di negara mereka. Hal ini yang membuat banyak orang merasa stress dengan kuliah mereka dan merasa gagal.

Saya sangat merasakan hal ini. Kadang saya hanya bisa melongo mendengarkan sang dosen cuap-cuap karena menggunakan bahasa yang sangat tinggi dan bagi saya untuk memahami bahasa itu dibutuhkan kamus. Ketika saya baru saja membuka kamus, sang dosen telah membicarakan hal lain. Kalau mau nanya sama dosen kadang sering merasa malu, “jangan-jangan karena saya gak ngerti translatenya aja yang bikin pemahaman saya jadi terhambat,”. Akhirnya saya malah gak ngerti sama sekali dan harus bertanya ulang dengan teman-teman yang memahami itu.

Jangan dibilang kuliah disini gampang. Setelah masa honeymoon habis (biasanya sih 1-2 bulan), kita langsung kelabakan dengan banyaknya tugas groupwork, exam, dan presentasi yang lumayan bertubi-tubi. Kalau pakai bahasa Indonesia sih saya bakalan dengan senang hati maju ke depan dan cuap-cuap, tapi karena pake bahasa inggris itu looohhhhhh.. Kadang kala kalau lupa keywords tiba-tiba langsung hilang semua apa yang mau dikatakan. haha.

Jangan Kesepian di saat stress, ceritakanlah..

circle time dengan teman-teman Indonesia

Selain itu kata Resource banyak mahasiswa yang memilih untuk menyendiri didalam masa-masa depresinya. Apalagi jika ditambah ia tak pernah mencoba mencari pertolongan di Student Pshycology. Untuk di Wageningen sendiri ada sebuah Walk-In Student Pshychology yang bisa membantu untuk ngobrol-ngobrol tentang masalah yang dihadapi.

Ditambah jika ia tinggal di Apartemen yang tak punya Common Room seperti Bornseesteg atau Haarweg yang self-contained. Jadi semua fasilitas seperti kamar mandi dan dapur ada di dalam kamar. Sehingga penghuni tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga sebelah kamarnya. Ini sangat rentan untuk terkena masalah depresi karena kesepian merupakan trigger yang sering membuat orang berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Karena itu kalau merasa depresi jangan tinggal di kamar terus, coba ngobrol dengan orang-orang.

Teman-teman Indonesia di Wageningen sendiri membuat inisiatif berupa Circle Time agar teman-teman yang sedang stress paling tidak bisa menceritakan keluh kesahnya. Sehingga mereka tidak merasa sendirian dan ada beberapa orang yang memiliki masalah yang sama. Atau kalian juga bisa mencoba untuk bertemu dengan Study Advisor dan menceritakan masalah. Insya Allah lumayan tenang kalau Study Advisornya bagus haha.

Selain itu Wageningen University sendiri juga menyediakan banyak student organization yang dibuat sebagai tempat bagi mahasiswa untuk bersosialisasi. Mulai dari IESXN, Buddy Family, ISOW, dan lain sebagainya. Untuk mahasiswa Indonesia sendiri kalian bisa mencoba PPI Wageningen, PPI Belanda, PPI Dunia dan PPI Amerika-Eropa. Banyak pilihan tempat kalian mengaktualisasikan diri. 🙂

Winter Depression

Banyak sumber yang mengatakan bahwa keinginan untuk bunuh diri meningkat di saat Winter. Kenapa? Karena tidak ada matahari pada waktu-waktu ini. Semuanya berwarna kelabu dan terasa sangat menyedihkan. Bawaannya pengen tidur dan tidak bergairah. Ini biasanya membuat orang semakin tergerak untuk melakukan bunuh diri. Minum Vitamin D bisa membuat mood tak terlalu hancur di saat winter time. Banyak-banyakin minum susu juga.

Menurut informasi salah satu teman, untuk di Belanda sendiri tidak jarang ada kereta yang diberhentikan karena ada seseorang yang memilih loncat ke jalur kereta. Saya mengalaminya beberapa kali ketika kereta tiba-tiba dikabarkan tidak beroperasi karena ada seseorang yang bunuh diri di rel kereta. Jangan heran jika kereta berhenti tiba-tiba, itu karena ada yang bunuh diri.

Semoga kalian semua baik-baik saja….

Saya menuliskan ini tidak bermaksud untuk menghakimi orang yang mengalami depresi dan ingin bunuh diri karena mereka tidak dekat dengan Tuhan. Tidak. Masalah hidup yang kadang-kadang sangat memukul kehidupannya bisa menjadi pemicu seseorang menderita depresi. Dan kita tak pernah tau apa yang dihadapinya..

Semoga teman-teman yang kuliah di luar negeri maupun di dalam negeri dan menghadapi masalah depresi bisa menyelesaikan masalahnya. Kalian tidak sendirian. Kalau mau cerita ke saya, saya dengan senang hati mendengarkan. 🙂 Let’s be friend. 🙂 +6285692095494

Semoga kedepannya tidak ada lagi bendera setengah tiang di kampus ini. . .

 

ditulis di group work room saat sendirian persiapan re-exam Life History

13:41 CET 5 February 2018

sambil dengerin Lecture Life History

Bendera Setengah Tiang dan Fenomena Bunuh Diri di Kampus

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.