Saya mencintai Indonesia, yang memiliki ribuan pulau, ratusan gunung, hamparan sawah, dan penduduk yang ramah. Indonesia yang tak akan bosan dikagumi.
Untuk menjelaskan Indonesia, mungkin catatan perjalanan di beberapa tempat seakan tak cukup menggambarkannya. Dari beberapa tempat yang sudah saya singgahi ada beberapa tempat yang membuat saya merasakan keindahan. Keindahan yang tak mungkin dibuat oleh manusia. Keindahan alam yang membuat saya berhasil berteriak dan berjanji akan kembali.

1.       Gili Nanggu

Narsis sendirian di Pantai Gili Nanggu (foto by : @adliencoolz)

Lombok, saya berjanji akan kembali lagi kesini. Walau saya tidak tahu kapan. Pulau ini menyediakan banyak keindahan. Selain tata letak kota, saya mencintai wisata alamnya. Misalnya saja Gili Nanggu di daerah Sekotong Barat. Gili berarti pulau. Jadi, Pulau Nanggu. Saat itu saya pergi kesana dengan teman-teman baru dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Walaupun agak kikuk, toh saya tetap menikmati keindahannya. Selain Gili Nanggu, ada dua pulau cantik lainnya, yaitu Gili Kedis dan Gili Tangkon.

Kami menyewa perahu kecil yang dikendarai oleh Pak Alina. Beliau sangat ramah, tak aneh jika saya mengingat namanya dan menyimpan nomor telponnya. Ia orang Bali tapi mengadu nasib di Lombok. Kenapa malah ngegossip?
Hamparan batu-batu pantai di Gili Kedis (foto by : @adliencoolz)
Gili Nanggu memiliki kontur pantai yang landai. Tapi jangan salah, di bibir pantai kita akan menemukan jurang. Jadi bagi yang tidak bisa berenang, jangan coba-coba berenang dekat dengan tambatan kapal.
Di Gili Nanggu, kita bisa memberikan makan ikan-ikan. Saya tidak tahu jenisnya, yang pasti ia mirip ikan Napoleon yang ramah. Kalau snorkeling, bisa melihat ikan itu dengan jelas. Tapi agak mengerikan, karena dibawah kaki kita tidak ada pasir yang dipijak. Sekali lagi, hati-hati buat yang tidak bisa berenang, karena bisa menimbulkan kepanikan.
Karang-karang batu yang bisa jadi latar belakang foto pra-wedding (foto by : @adliencoolz)
Tak hanya ikan, Gili Nanggu memiliki batu karang yang cantik. Bisa foto Pra-Wedding disini. Sama seperti saya yang foto-foto sendirian, tapi puas. Karena Gili Nanggu indah sekali.
Special Thanks to : Kak Tezar Rafandi yang telah menyediakan keluarga hangat di Towuti 2 (Tante, Om, Ical dan Kak Vien). 😀

2.       Lembah Ramma

Pertama kali saya kesini tahun 2010 bersama teman-teman dari Himpunan Antropologi Unhas. Mengikuti sebuah acara kekeluargaan dan saya akhirnya tahu seperti apa Lembah Ramma. Sebuah lembah yang menjadi kaki gunung Bawakaraeng. Sebuah tempat yang menyuguhkan kemewahan bernama kesunyian. Disini saya melihat bintang-bintang secara dekat. Disini saya merasa sebuah kesejukan yang menenangkan.
Dan pada tahun 2011, saya kembali lagi. Bersama teman-teman dari Kelautan. Untuk bertafakkur kembali, bahwa Tuhan telah menciptakan keindahan dan kita sebagai manusia wajib menjaganya.
Tapi tahun 2012 ini saya tak sempat kesana. Mungkin tahun ini saya bisa kembali kesana, menikmati sepotong keindahan yang diberikan Tuhan kepada Indonesia..
Special Thanks to : Teman-teman Human yang telah menyediakan kekeluargaan dan teman-teman Kelautan 2008 plus Mas Eko yang menjawab kegilaan saya pada saat itu. 

3.     Pulau Sebatik

Hamparan hijau di Sebatik Barat (foto by : @adliencoolz)
Saya mendapatkan kesempatan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan 82 di Pulau Sebatik. Awalnya biasa saja, itulah kesan yang saya dapatkan dari penampakan pulau terluar Indonesia. Sebatik yang terbagi dua wilayahnya, yaitu Indonesia dan Malaysia menjadi salah satu jalur perdagangan aktif. Sehingga pada akhirnya banyak orang yang mencoba peruntungan di pulau ini.
Jangan heran jika anda menemukan orang yang berbahasa Bugis di pulau ini. Karena mayoritas penduduk di pulau ini adalah orang Bugis. Disinilah anda bisa melihat Kampung Sinjai, Kampung Sidrap, Kampung Bone dan beberapa nama kabupaten di Sulawesi Selatan.
Yang membuat saya tertarik dengan pulau ini karena “keperawanan” hutan di Sebatik Barat. Hutan mangrove yang masih tebal dan hijau, menyisakan beberapa hewan endemik disana. Misalnya saja Bekantan yang hidup disana. Hewan yang sudah jarang ditemukan di alam liar. Belum lagi melimpahnya organisme laut yang bisa dijadikan santapan yang murah, seperti ikan bawal, ikan tuna, dan kepiting.
Saya merindukan sunrise di tanjakan Sebatik Barat, sinar matahari yang menghangatkan. Dan juga awan yang berarak secara perlahan. Awan yang tak terlupakan, karena itulah Sebatik saya nobatkan sebagai salah satu pulau kecintaan.
Special Thanks To : Teman-teman KKN Unhas Gelombang 82 dan buat tuan rumah Kak Amma dan Kak Ita yang mau main joker bersama kami (Ghea, Ifa dan Alin). 😀

4.      Pantai Tegal Wangi

Kalau anda berlibur ke Bali, jangan hanya mencari destinasi yang biasa dicari oleh wisatawan. Pantai Kuta, sudah sering didengar. Cobalah sekali-kali menjelajahi tempat yang baru.
Pantai Tegal Wangi di siang hari (foto by : @adliencoolz)

Di Bali, bersama teman dari Mapala Wanaprastha Dharma, saya berjalan-jalan ke Pantai Tegal Wangi. Terletak di Legian (kalau tidak salah). Pantai ini menyuguhkan ombak yang pecah terkena batu karang. Tempat yang cocok untuk melakukan pemotretan ekstrem. Saya sempat bermain-main di sela-sela karangnya. Sayangnya, foto-foto di Bali tak banyak yang bisa diselamatkan. Alhasil hanya satu-satu foto yang saya punya.

Tapi, pantai ini menimbulkan kesan mendalam. Menyuguhkan sebuah Bali yang masih perawan. Dan pantai ini yang membuat saya ingin kembali ke Bali.
Special Thanks To : Tunggir dan Gembul yang menemani saya dan Ari berkeliling Bali secara singkat. :D. Buat Kak Dedi yang nemenin beli oleh-oleh.

5.       Pulau Kapoposang

diving di Kapoposang (foto by : Ancha)

Siapa yang tidak kenal dengan kesohoran pulau yang terletak di Sulawesi Selatan? Beberapa titik penyelaman disana menjadi penarik para diver dunia untuk mencicipi keindahannya. Misalnya saja Shark Point, Turtle Point, Aquarium Point, Cave Point, dan beberapa titik lainnya. Di Kapoposang anda bisa melihat beragam jenis karang keras maupun karang lunak. Selain itu ada juga organisme yang jarang dilihat di tempat lain, misalnya nudibranch, penyu dan hiu.

Selain itu, Kapoposang menjadi tempat penangkaran bagi penyu-penyu. Jadi pada umur yang sudah ditentukan, tukik-tukik (anak penyu) dilepas ke laut. Mencari makan sendiri. Tanpa  induknya.
Itu hanya sebagian, sunset dan sunrise di pulau ini juga wajib dicicipi. Keindahan warna langit jingga dan orange menjadi salah satu kenikmatan. Tapi, yang ga nikmat, ongkos ke Kapoposang. Hehehe. Lumayan mahal bagi mahasiswa seperti saya, tapi selama ini saya ke Kapoposang secara gratis. 😀
Special Thanks To : Team SPICE 2012 yang mengajarkan banyak hal. 

6.       Toraja

Wah, bicara tentang Toraja, pikiran saya langsung melayang ke acara Rambu Solo.  Acara yang mengikutsertakan kerbau dan babi dalam perayaannya. Wajar saja, babi menjadi salah satu penganan favorit di tempat ini. Rambu Solo itu adalah sebuah upacara adat yang memperingati kematian seseorang. Bagi orang Toraja, Rambu Solo adalah hal yang wajib dilakukan. Ketika orang mati akan dikuburkan di liang batu. Dan semua keluarga akan melakukan upacara untuk beliau. Memotong kerbau, babi dan memanggil semua sanak keluarga. Biasanya untuk melaksanakan upacara ini bisa habis hingga ratusan juta.
Jangan heran, ketika orang melakukan Rambu Solo, maka gaji selama ia bekerja di dunia dihabiskan untuk melaksanakan acara. Berbeda dengan Rambu Tukka, upacara datangnya bayi. Ia tak terlalu besar seperti Rambu Solo. Karena itu, Rambu Solo menjadi salah satu penarik wisatawan dari luar negeri.
Bagi saya Toraja adalah sebuah daerah yang menyajikan kemistikan. Apalagi kalau berkunjung ke makam-makam batu seperti kubur batu di Londa dan beberapa tempat lainnya. Langsung meri
nding dan bulu kuduk berdiri.
Special Thanks To : Ilham A Muhammad dan kak Idham Malik yang bersedia ke Toraja dalam waktu singkat, dari jam 11 pagi hingga jam 10 malam. Dan Kak Mudzakkir AM yang menjadi tuan rumah yang baik. 

7.       Pulau Tinabo

Pulau ini masih kurang didengar, tapi kindahannya ga boleh terlewatkan bagi pecinta wisata bahari. Pantainya yang memiliki pasir putih, air biru yang jernih dan terumbu karang yang masih asri.
Jangan lewatkan keindahan kepulauan Takabonerate dan wajib datang ke Pulau Tinabo. Untuk menuju Tinabo, kita harus naik kapal fery dari Bulukumba menuju Selayar lalu naik kapal kecil ke Tinabo. Kalau saya untuk mencapai kesana, tidak mengeluarkan biaya, alias gratis.
Di perahu menuju Pulau Rajuni (foto by : Nur Ipa)

 

Megang tukik yang akan dilepas (foto by : Nur Ipa)
Special Thanks To : Nur Ipa yang telah menjadi tuan rumah yang baik dan teman-teman (Haerul, Dar, Ana, Rahmadi, dan Rudi) yang gila-gilaan di Pulau Rajuni. Sehingga saya bisa memenangkan Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional 2012. 😀

1.       Pantai Bira

Pantainya berpasir putih seperti mutiara. Indah. Sampah nyaris tidak ada dan kalau anda datang kesini, jaga ya keindahannya.
Selain itu ada juga tebing yang mewarnai keindahan pantai ini. Sunset disini juga terkenal kok. Pecinta wisata bahari wajib kesini. Jangan sampai enggak datang dan menikmati keindahannya. :D. Terakhir saya kesini tahun 2010, jadi saya lupa siapa yang harus saya ucapkan terima kasih. 😀
Menikmati sunset di Pantai Bira (foto by : @adliencoolz)

 

Oke, segitu saja tempat yang membuat saya ingin kembali lagi. Menikmati sepotong-sepotong keindahan di Indonesia. Ingin menjelajah setiap jengkalnya. Mengarungi samudera, selat, dan gunung. Indonesia tidak akan pernah habis untuk dinikmati. Tugas terbesar kita adalah menjaganya agar anak cucu kita bisa menikmati keindahannya. 😀
#dibuat di Laboratorium Dasar Komputasi
13.00 , Rabu (9/1/2013)

Indonesia, Sebuah Keindahan Tiada Tara

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Trending posts

No posts found

Subscribe

Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.