Pagi itu adalah jadwal saya ngobrol dengan pembimbing mata kuliah. Di Period 6 ini saya mengambil 3 mata kuliah, pertama Academic Consultancy Training (ACT), Negotiation Skill dan Academic Writing. Pada mata kuliah pertama, saya dipasangkan dengan 6 orang dari latar belakang keilmuan yang berbeda. Dan kami juga diberikan pembimbing yang memonitoring kemajuan kami selama melakukan ACT.

ACT ini sebenarnya mata kuliah yang mirip dengan tugas seorang konsultan. Kami diwajibkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Saya mendapatkan tugas untuk melihat kesiapaan perusahaan membuat tuna akuakultur. Kami diberikan waktu selama 2 bulan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Intensitas pertemuan kami dengan pembimbing lumayan banyak. Jadi pembimbing kami atau biasa kami panggil Lesley sangat memperhatikan gerak-gerik kami. Bahkan ia masuk di dalam grup Whatsapp yang kami buat. Tak banyak coach yang masuk ke dalam grup Whatsapp anak muridnya dan ikut guyon di dalamnya.

Lesley berbeda, ia dengan mudah mengakrabkan diri dengan murid-muridnya. Walaupun usianya tak muda lagi, hampir menginjak 60 tahun, tapi ia tetap bersemangat untuk ikut field trip ke Zeeland dan menjadi supir bagi kami.

Kembali ke obrolan saya dengan Lesley, pagi itu kami hanya duduk berdua untuk membahas Midterm Reflection Paper. Ini adalah reflection paper kedua dalam 4 minggu. Paper ini ingin melihat sejauh mana saya telah bertransformasi sesuai dengan ekspektasi saya dalam mengikuti mata kuliah ACT.

“What you write in your proposal is great, Adhie. I love what you write in your paper” katanya memulai percakapan.

“I’m doing nothing, I just put my words in it and write,” jawab saya.

Dan disitulah Lesley membuka kekurangan saya selama ini. Ia menilai saya seringkali merendah ketika diberikan pujian. Padahal ketika menolak pujian dari seseorang, perasaan negatif malah akan mendatangi pikiran kita. Lesley menjelaskan bagaimana seharusnya kita bereaksi dengan pujian. Apalagi saya setiap Lesley memberikan pujian saya selalu menambahkan kata “Tapi…”

Misalnya saja begini..

Coach: “Adhie, kamu telah melakukan hal yang baik,”

Adhie : “Tapi, saya tidak ngapa-ngapain, hanya membantu sedikit”

Nah, kata tapi inilah yang membuat kita menjadi punya pikiran negatif dengan diri sendiri. Padahal pujian seharusnya mendatangkan energi positif kepada si penerima pujian.

Lesley mengatakan jika kamu menerima pujian ada baiknya kamu mengatakan terima kasih daripada merendah. Misalnya seperti ini

Coach : “Adhie, you are doing well in your proposal,”

Adhie : “Thank you, I appreciate that. Everyone also doing good job for that proposal,”

Mengucapkan terima kasih atas pujian yang diberikan juga memberikan energi positif kepada si pemberi pujian. Jadi saran Lesley pada pertemuan kami adalah : Ucapkan terima kasih ketika kamu dipuji dan puji seseorang yang ikut berkontribusi juga dalam hal tersebut. 

Mungkin Lesley tak akan membaca ini, tapi ia telah mengajarkan saya satu prinsip hidup yang tak akan saya lupakan. 🙂

Thank you, Lesley.

 

ditulis di Forum, Wageningen

13:02, Wednesday 20 June 2018

sambil ngerjain paper tuna

Menerima Pujian dari Lesley

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Trending posts

No posts found

Subscribe

Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.