foto diambil di Pantai Kedungtumpang, Tulungagung, Jatim 24 Januari 2016

 

Saya mengambil foto ini jauh sebelum saya dinyatakan lolos sebagai salah satu Awardee LPDP. Mempersiapkan diri dengan berbagai kemungkinan adalah hal yang saya pelajari dalam mendapatkan beasiswa LPDP.

Test TOEFL berkali-kali

Banyak hal yang saya lakukan sebelum akhirnya saya memutuskan untuk mendaftarkan diri pada Periode 1 bulan Januari. Saya sudah tes TOEFL selama 6 kali dalam kurun waktu setahun sebelum akhirnya mendapatkan nilai di atas 550. Angka yang saya dapatkan awalnya hanya berkisar 518 – 530. Setelah mempelajari TOEFL di TEST English School, pada tes TOEFL terakhir saya berhasil mendapatkan angka diatas 550.
Pada saat tes terakhir, lembaga tes TOEFL yang saya ikuti ternyata baru bisa mengeluarkan sertifikat pada tanggal 20 Januari 2016. Bertepatan dengan tutupnya pendaftaran LPDP Periode 1. Saya sudah hampir menyerah pada saat itu. “Ah, coba saja di periode kedua, sertifikat TOEFL ini gak akan keluar pada waktu yang tepat,” kata saya dalam hati. Namun Allah SWT berkehendak lain. Sertifikat TOEFL dikirim dalam bentuk soft copy pada sore hari. Segera setelahnya, saya langsung mengedit esai-esai saya dan mengirimkannya. Saya ingat sekali, jam tangan sudah menunjukkan pukul 20.54 WIB. Alhamdulillah, server tidak down pada saat itu. Padahal di periode sebelumnya, jika mendaftar di detik-detik terakhir, server seringkali down.

Menunggu Pengumuman Tahap Pertama

Selama menunggu pengumuman LPDP tahap pertama, saya mempersiapkan diri. Saya banyak bertanya kepada teman-teman yang sudah menjadi Awardee LPDP, baik dalam negeri maupun luar negeri. Saya bertanya tentang attitude apa yang harus ditunjukan saat wawancara, pertanyaan apakah yang harus saya waspadai nantinya, dan lain sebagainya. Jurnal-jurnal ilmiah tentang masalah Kelautan dan Perikanan saya baca. Selain itu saya banyak membaca artikel dan menonton video tentang Kampus tujuan saya, Dalhousie University. Saya mencoba meresapi bagaimana kehidupan mahasiswa di Dalhousie University. Sebisa mungkin saya merasakan keadaan dan tantangan apa yang mungkin saya dapatkan selama kuliah disana. Saya sampai pernah menuliskan keinginan saya untuk bersekolah disana dalam blog saya. I have a dream to go to Canada
Ternyata jalan tak semulus yang saya duga. Surat rekomendasi yang diberikan oleh orang-orang ternyata tercecer entah kemana. Saya pun mulai menghubungi orang-orang yang memberikan rekomendasi tersebut. Membuat repot orang-orang tersebut karena keteledoran saya sendiri. Alhamdulillah, surat rekomendasi dikirim tepat waktu.

Persiapan Wawancara Tahap Kedua

Sebelum waktu wawancara, saya sempat berlatih satu kali bersama salah satu Awardee di bilangan Jakarta. Kami berusaha membuat aura tertekan persis seperti ketika wawancara LPDP. Takut? Khawatir? Deg-degan? Semua sudah bercampur jadi satu. Tapi saat itu saya sudah memantapkan diri, apapun yang terjadi saat proses seleksi tahap akhir, saya akan melakukan yang terbaik.
Ketika jadwal keluar, saya berusaha menghubungi teman-teman yang menjadi kelompok Leaderless Group Disscussion (LGD) saya. Harapannya adalah saya bisa lebih mengenal teman-teman yang akan menjadi partner dalam proses diskusi nanti. Selain itu kami melakukan simulasi LGD di sebuah mall Jakarta. Tak hanya itu, saya juga melatih kemampuan writing saya. Jujur, kemampuan menulis saya masih sangat kurang. Karena itu saya lebih banyak membaca artikel apa saja dalam bahasa Inggris. Apapun. Bahkan sampai pada masalah tentang s*x education. haha. Selain itu saya juga menonton banyak video di Youtube tentang terobosan-terobosan baru dalam dunia Kelautan dan Perikanan.
Hari itu pun datang, Leaderless Group Disscussion bisa dikatakan sangat buruk. Karena kelompok kami sangat kaku dan tidak berwarna. Si Psikolog pun sampai sulit menentukan, siapa yang dominan dan mana yang tidak. Ketika sesi Essay on the spot saya mendapatkan tema tentang sampah. Alhamdulillah, tema nya bisa saya kuasai. Selama 20 menit saya tuliskan apa saja yang ada di dalam pikiran. Entah itu sesuai grammar atau tidak. Target saya adalah membuat tulisan yang memiliki pembuka – body paragraph – closing. Itu saja.
Malam harinya saya berusaha melupakan apa yang sudah saya lakukan pada hari itu. Saya harus fokus pada esok hari. Apapun yang sudah saya lakukan tadi pagi, sudah menjadi masa lalu. Sekarang fokus pada masa depan!

Interview pun Tiba

Keesokan harinya pada jadwal interview. Saya sudah membawa tas ransel besar. Karena pada hari itu, saya akan berangkat ke Kamboja untuk mengikuti sebuah kegiatan disana. Saya mulai dengan menjabat tangan mereka dan memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris. Setelah itu sang interviewer pun mulai menjelaskan proses interview. Alhamdulillah. Saya bisa menjelaskan alasan kenapa saya ingin melanjutkan studi di Dalhousie University. Argumen-argumen saya lontarkan bahwa saya ingin berkontribusi dalam pembuatan sertifikasi eco-label fisheries di masa depan. Ternyata salah satu interviewer adalah dosen dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Beliau sangat paham dengan study yang ingin saya ambil. Beberapa kali ia mematahkan argumen saya. Setiap saya punya ide tentang perikanan masa depan, ia langsung memotong “Ah, kalau begitu sudah gak mungkin. Kamu gak tau bagaimana mekanisme dalam pemerintah. Pelajari dulu, jangan naif,” ujarnya sengit.
Saya nyaris kehabisan kata-kata. Tapi saya berusaha tetap tenang dan menjawab pernyataan-pernyataan beliau. Untungnya saya banyak membaca sebelum proses interview. Saya sangat terbantu, karena dosen tersebut terlihat sekali ingin menguji bagaimana pengetahuan saya tentang dunia Kelautan dan Perikanan akhir-akhir ini. Sekitar 50 menit saya diwawancarai, hingga akhirnya saya pun ditawari sebuah surat. Surat untuk pindah ke universitas di dalam negeri. Salah satu interviewer mengatakan, jika saya menerima surat ini, maka sudah dipastikan saya akan lolos menjadi Awardee LPDP di dalam negeri. Dua kali mereka menawarkan saya untuk pindah, dan dua kali pula saya menolak. “Terima kasih atas tawarannya, tapi saya tetap memegang impian saya,” jawab saya waktu itu. Setelah menjabat tangan ketiganya dan berbalik menuju pintu, saya langsung lunglai.
Saya bimbang. Jangan-jangan saya bodoh karena tidak menerima tawaran tersebut. jangan-jangan harusnya saya jadi mahasiswa di Indonesia saja bukan di luar negeri. Jangan-jangan takdir ku memang berada di Indonesia. Terlalu banyak pengandaian setelah itu. Saya menyesal tidak menerima tawaran tersebut. Tapi berkat dorongan dan semangat teman-teman, saya memutuskan untuk menerima apapun hasilnya.

Mencari Beasiswa Lain

Saya pun segera mencari informasi beasiswa lainnya. Karena saya yakin rezeki Allah SWT itu Maha Luas. Jika tidak dapat apa-apa di satu tempat, artinya masih ada tempat lain yang masih bisa dipanen. Saya sudah mempersiapkan skenarion terburuk. Persiapan beasiswa Australian Award, Fullbright, Chevening, dan Stuned sudah mulai saya jalani. Mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan dan persiapan untuk mengambil IELTS.
Hingga akhirnya saya dapat tawaran untuk melakukan Rapid Assessment oleh Yayasan WWF Indonesia di Pulau Sangihe dan Talaud. Saat itu saya berpikir daripada saya memikirkan hasil LPDP, lebih baik saya melakukan hal yang bermanfaat. Saya pun berangkat. Disana, sinyal internet lumayan sulit didapatkan. Dan tanggal 10 Maret pun tiba. Sudah sejak pagi saya merasa tidak enak badan. Namun karena saya menghabiskan waktu dengan mewawancarai nelayan dan bercanda tawa dengan mereka, saya tidak merasakan apapun. Intinya saya pasrah dengan hasil apapun. Saya sampai mengunggah sebuah status tentang perasaan yang saya alami pada saat itu. Pokoknya saya pasrah pada keputusan Allah SWT. Apapun hasilnya saya akan tetap berjuang dalam bentuk yang berbeda.
berserah pada Allah SWT. Apapun hasilnya!
Malam harinya ketika tiba di penginapan, beberapa teman sudah menanyakan hasilnya. Padahal pada saat itu saya sedang menulis blog tentang Taman Margasatwa Bitung. Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 10.17 WITA, email itu masuk. Ketika email itu masuk, saya tidak berani membukanya.
Pukul 09.17 WIB email masuk, namun jam di Sangihe menunjukkan pukul 10.17 WITA
Saya sempat mendiamkan email tersebut hingga beberapa menit. Ketika saya scroll down ke bawah. Alhamdulillah. Saya dinyatakan LULUS. Perasaan saya waktu itu benar-benar campur aduk. Antara senang, terharu, sedih dan juga merasa beban semakin besar. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Satu tahap dilewati, namun perjalanan ini masih panjaaaaaaannnngggg. Saya tidak boleh segera berpuas diri. Ini masih tahap awal. Tahap pertama untuk menjadi seorang Marine Social Scientist Indonesia masa depan. Jalannya masih berliku dan panjang. Bismillah. Semoga saya bisa tetap istiqamah.
tapi di FB tetap menunjukkan waktu Jakarta euy. gak seru. hahah.
Saat ini saya sedang berusaha mengontak bagian administrasi Dalhousie University untuk mempelajari mekanisme pendaftaran jika IELTS terlambat masuk. Doakan!
Ditulis di Rasuna Tower 6 20 D
15:47 WIB 15 Maret 2016
Sambil mengerjakan laporan WWF tentang Rapid Assessment

Kisah Adlien Untuk Menjadi Awardee LPDP

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

11 Responses

  1. Kece badai ni temen seperjuangan tes TOEFL kwwkwkkwkwk

    Mohon doanya aku baru ikut batch 2 ya Dim kemarin ad kesalahan teknis dokumen :p see u on top!!! Nice share btw

  2. hahah. halo teman tes TOEFL gila! semoga tembus ya Hanif. Do your best, bro. Kamu pasti bisa. anggap aja interviewer mu murid2 kamu yang sedikit lebih besar daripada kamu. hehehe. 😀

    GOOD LUCK! Salam sukses dari pinggiran Jakarta. wkwkw

  3. Alhamdulillah, Allah memang tidak pernah tidur, memperhatikan segala usaha dan kerja kerasmu. Semoga dengan kelulusanmu ini selalu membuat kamu bersyukur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

    Saya turut berbangga Adlin, Semoga kamu sukses dengan pilihanmu berkarir di dunia kelautan dan Perikanan.

  4. Aamin ya rabbal alamin. iya bar. semoga saya bisa tetap tawadhu dan istiqamah. jalan masih panjang. Inshaa Allah kita akan berkolaborasi di masa depan. Anak muda harus bisa!

    Semangatki daeng. Saling mendoakan.. 🙂
    Bangga bisa kenal sama kamu, bar. Seneng ya bisa berkenalan akibat travelling. 🙂

  5. Terharu. Saya bersyukur mengenalmu Mbak Adil, walau bermula dari sebuah warung kopi dan diplomasi air terjun dan candi di Malang. Dari situ saya tahu semangat itu ada, menggebu tapi juga memasrahkan diri kepada Pemilik Ketentuan Hidup.

    Selamat Mbak, dirimu adalah sekian orang yang menginspirasi saya untuk tak lelah menggapai mimpi yang baik demi niat yang baik 🙂

  6. Rifqy, saya masih manusia bisa. belum melakukan apa-apa. asal tau saja, saya merasa semua orang yang berada di sekitarku banyak memberikan pelajaran. bukan saya. saya hanya penyerap. kamu mungkin gak sadar, tapi kamu salah satu inspirasi. 🙂

  7. Hi! Alumni TEST English School juga di sini ^^ Sedang persiapan dan menunggu jadwal tes substansi. Terimakasih postingannya. Good luck! ^^

  8. Keren Adlin… Thank you untuk tulisan dan inspirasinya ya.. juga thanks untuk semua bantuannya.. jangan bosan2 aku ngerepotin ya.. wkwkwk.. Sukses slalu untuk mu..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.