Ingat dengan kasus tahun 2005, ketika Malaysia mengklaim bagian negara Indonesia yang dikenal dengan Ambang Batas Laut (Ambalat)?? Kasus yang pernah membuat diri kita panas dan terasa “terbakar”? Ingat dengan semangat para pemuda Indonesia yang siap bertempur untuk melindungi sejengkal tanah milik negara?

Ternyata, daerah Ambalat tersebut tidak merasakan dampak apapun dari klaim negara tetangga. Malah, mereka bingung dengan apa yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia kala itu. Nah, hitungannya kita yang ruwet mereka nyantai-nyantai aja tuh. hehehe.

Pulau Sebatik adalah salah satu pulau yang menjadi perebutan Indonesia dengan Malaysia kala itu. Namun, seperti yang saya sampaikan, mereka disana tenang-tenang saja bahkan tidak mengetahui kejadian tersebut.

Masyarakat di Pulau Sebatik terbagi jadi dua, sebagian milik Malaysia dan sebagian milik Indonesia. jadi, jangan heran kalau menemukan situs perbatasan di Aji Kuring. Ruang tamu di Indonesia dan dapurnya di Malaysia. Seperti sebuah lelucon, tapi itu adalah kenyataan yang dihadapi.

Masyarakat Sebatik yang berada di bagian Malaysia sudah lumayan sejahtera dengan adanya aliran listrik disana, sedangkan di Sebatik bagian Indonesia, listrik ada hanya sedikit dayanya, sekitar 22.000 kwh yang bisa memadai untuk 200 rumah. Jadi, bayangkan saja gelapnya Sebatik tanpa listrik yang cukup.

Saat ini ada beberapa isu krusial tentang Sebatik, yaitu otonomi daerah untuk dimekarkan menjadi kabupaten Sebatik. Awalnya Pulau Sebatik masuk dalam daerah administrasi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Namun saat ini, masyrakat Sebatik membuat gerakan untuk membuat Sebatik menjadi daerah otonomi berbentuk kabupaten.

Nah, terus dimana peran pengabdiannya? Pertanyaan bagus. Gue mau cerita tentang program Unhas yang bekerjasama dengan Kementrian Kelautan Perikanan untuk mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kemitraan di Sebatik. Melibatkan 20 orang dari berbagai disiplin ilmu untuk mengabdikan dirinya di Sebatik.

Alhamdulillah, gue salah satunya, wakil dari Jurusan Ilmu Kelautan. yang buat gue tertarik untuk ikut program ini adalah melakukan pengabdian di tapal batas. waaahh, akhirnya gue menginjakkan kaki raksasa gue ke Kalimantan tanggal 26 Juni mendatang..

baca terus ya!!

Pengabdian di Tapal Batas part 1

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.