Siapa yang pernah mendengar nama Sebira? Pulau yang terletak paling ujung Jakarta ini menjadi rumah tinggal bagi 500 jiwa. Kebanyakan orang di Pulau Sebira sangat mengandalkan potensi kekayaan alam perairan Sebira yang melimpah. Masyarakat Sebira menjadi nelayan yang memfokuskan diri dalam penangkapan ikan selar. Ikan pelagis yang biasa hidup bergerombol (schooling) ini menjadi target utama tangkapan nelayan Sebira. Uniknya, hanya nelayan di pulau inilah Ikan Selar menjadi primadona. Di pulau lainnya, ikan selar tak terlalu terkenal.
Dengan luas hampir 10 hektar, pulau ini memiliki sisi timur yang menjadi tempat bertelur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate). Menurut Pak Rudi, seorang warga Pulau Sebira, penyu sisik sudah seringkali bertelur di pantai timur Sebira. Ia mengajak saya ke pantai tersebut. Pantai ini adalah bagian kecil dari Pulau Sebira yang tak menggunakan tembok penghalang air laut setinggi 5 meter. Karena sejak tahun 2015, pemecah ombak dipasang di pinggir Sebira untuk menahan laju ombak yang semakin tak terkendali.
Di sisi kecil inilah, penyu sisik tiap tahunnya datang ke Sebira untuk bertelur. Menanam masa depan. Dengan harapan agar kelak hidup penyu terus hingga 1000 tahun lagi. Tapi faktanya, penyu sisik menjadi salah satu hewan yang terancam punah. IUCN Red List memasukkan penyu sisik ke dalam hewan yang berkategori Critically Endangered, masuk ke dalam fase kritis nan berbahaya bagi spesies tersebut.
kolam penangkaran di Shelter Sebira Bahari |
tukik siap ke laut. bai bai.. hehe (source : tim dokumentasi ENJ 2016) |
Pagi itu, Pak Budin, seorang warga, dengan senang hati menunjukkan lokasi penyu meletakkan telurnya. Menurut Wikipeda, satu ekor penyu sisik mampu menghasilkan hingga 140 butir telur satu kali naik ke pantai. Hingga akhirnya banyak penduduk yang menggunakan telur penyu sebagai bahan makanan. “Seringkali penduduk mencari telur penyu disini. Malam hari biasanya penyu naik ke pantai. Ada suara berisik pasir yang terbang-terbang,” jelasnya. Ia juga menunjukkan caranya untuk menemukan lubang telur penyu yang sudah ditutup oleh pasir. Pak Budin mengambil batang kayu yang lumayan panjang. Ia kemudian menusuk-nusuk pasir dengan cepat. “Begini cara kami cari telur, kalau ujung kayu basah, disitulah letak telur penyu,” tambahnya lagi.
Telur-telur penyu hanya dikonsumsi oleh keluarga di Pulau Sebira. Para nelayan tidak memperjualbelikan telur ini ke pulau lain. Hal ini terus berlangsung bertahun-tahun. Namun saat ini para warga sudah paham mengenai penyu sisik. Alasan utamanya karena ada inisiatif 5 orang warga Pulau Sebira untuk membangun shelter penangkaran penyu sisik di dekat dermaga. Shelter bagi penyu sisik (Eretmochelys imbricate) yang dibangun sejak tahun 2015 menjadi pusat edukasi tentang penyu bagi warga. Penduduk Sebira mulai memahami tentang penyu sisik yang kerap datang ke daerahnya.
Menurut Pak Agung, salah satu inisiator shelter penyu, tempat ini dibangun karena penyu sisik sudah dianggap terancam punah. “Saya dengar informasi dari media televisi maupun internet yang saya baca selama ini,” urainya kepada saya. tentang telur penyu yang semakin langka, membuat mereka berinisiatif membuat shelter bagi tukik (anak penyu). Dari sanalah Pak Agung dan empat orang rekannya membangun sedikit demi sedikit shelter Sebira Bahari. Mereka mencari papan, seng, kayu bekas yang bisa ditemui di pulau. Hal ini mereka lakukan selama beberapa bulan, hingga akhirnya shelter kecil berukuran 3 x 3 m berhasil didirikan.
bersama Pak Agung, salah satu inisiator Sebira Bahari |
struktur organisasi |
Di dalam ruangan tersebut ada 3 kolam penampungan bagi tiga ukuran tukik. Ada yang baru berumur 3 bulan, 8 bulan dan 1 tahun. Sekitar 40 ekor tukik di dalam ruangan tersebut. Kelima orang ini bergantian mengurus anak tukik yang ada di dalam shelter. Dan ternyata terobosan mereka diapresiasi oleh Presiden Jokowi. Anak tukik yang mereka besarkan dilepaskan oleh Pak Jokowi di Pulau Harapan beberapa bulan lalu. Tak hanya sebagai penangkaran penyu, Sebira Bahari juga membuat anakan mangrove. Bibit mangrove yang mereka semai menjadi sumber bibit bagi kegiatan penanaman mangrove di Pulau Sebira.
Dan kali ini, sebelum kami meninggalkan Pulau Sebira, tim Ekspedisi Nusantara Jaya 2016 berkesempatan melepaskan puluhan tukik ke pantai. Sayonara, (calon) penyu Sebira! Sampai kita berjumpa lagi..
#catatan Ekspedisi Nusantara Jaya 2016
Ditulis di Kantor Kak Agus, Pasar Minggu
23:16 AM Senin, 17 Oktober 2016
Sambil mendengarkan Cinta Begini milik Tangga
4 Responses
iii… penyu nya unyu unyu yaaakk 😀
Kereenn, nice info banget! 😀
Wah,nice info
Baru dengar Pulau Sebira termasuk dalam propinsi Jakarta di kepulauan Seribu.
Penangkaran penyu dan pulau ini boleh dikunjungi untuk tujuan wisata nggak ya? Any info for open trip going this little island?
yes, kamu bisa hubungi email saya : [email protected]. saya punya kontak orang asli sana yang bisa dihubungi. 🙂