peserta kelas intensif bersama mentor dari Natgeo secara langsung
Bagi pecinta tulisan dan foto National Geographic mungkin harus mencoba mendaftar untuk menjadi Young Explorers. Sebuah dana hibah yang diperuntukkan pada remaja dari umur 18 sampai 25 tahun. Saya masih masuk kategori. Hohoho. πŸ˜€ Selain itu tertarik dengan bidang Adventure – Anthropology – Archaelogy – Astronomy – Biology – Climatology – Filmmaking – Geography – Geology – Journalism – Mountaineering – Paleontology – Photography – Polar Exploration – Oceanography – Treks/Journeys.
Saya mengikuti acara workshop yang diadakan oleh National Geographic untuk menumbuhkan minat penelitian kepada mahasiswa/i yang tertarik dengan bidang diatas. Setelah melalui pendaftaran via email, akhirnya saya berhasil ikut dalam kegiatan Workshop Young Explorers Grants yang diadakan oleh National Geographic di Kampus Universitas Nasional, Pasar Minggu. Saya bersama Dek Ghana datang ke Aula 1 Unas, sepertinya kami salah dress code. Kami berdua datag menggunakan sendal, padahal di kampus ini tertera tulisan besar β€œwilayah wajib bersepatu”. Hahaha.

Pembukaan

Acara dibuka oleh Dr Jito Sugardjito sebagai Direktur Kerjasama Internasional Unhas, kemudian dilanjutkan oleh Dr John Francis sebagai Wakil Presiden Divisi Research, Conservation and Exploration. Beliau menjelaskan mengenai National Geographic Mission and Grants, bahwa masih sangat sedikit orang Indonesia yang mendapatkan grants ini. Ia memberikan contoh Entang Iskandar yang melakukan penelitian mengenai 6 spesies primata, kemudian Satrio A Wicaksono yang mendalami mengenai perubahan iklim dari gua-gua di Indonesia.

 

acara Workshop
Selain mereka berdua, banyak peneliti asing yang malah tertarik untuk lebih mengeksplore Indonesia. Sebut saja Tim Laman, senior fotografer National Geographic yang sudah berkecimpung dalam dunia wildlife photography selama 20 tahun di Kalimantan. Ia bersama sang istri, Cheryl Knott pergi ke pedalaman Kalimantan untuk mengurus sebuah tempat bagi Orang Utan. Mereka berdua memiliki passion yang sama dalam bidang wildlife.
Setelah itu Rebbeca Martin, selaku Director, Expedition Council and Young Explorer Grants memberikan beberapa contoh project yang telah dilakukan. Misalnya Sadia Ali, Lucas Checo atau Anand Varma. Dan Rebbeca memperkenalkan kami para penerima Young Explorer Grants yang telah melakukan project mereka.
Pertama-tama Mark Phuong, saat ini sedang melanjutkan studi S2 mengenai Conus spp. Jenis Gastropoda yang hidup di daerah pesisir. Mark yang sejak kecil punya ketertarikan dengan bidang kelautan membuat ia penasaran dengan pertanyaan simpel β€œKenapa satu jenis hewan memiliki jumlah spesies yang berbeda dari jenis lainnya? Misalnya saja burung memiliki 10.000 spesies, kenapa buaya hanya memiliki 23 spesies?” hal inilah yang membuat Mark memfokuskan dirinya melihat evolusi dari Conus spp. Ia membuat hipotesis awal β€œbagaimana keragaman spesies Conus spp berpengaruh pada laju evolusi racun Conus spp?” Saat ini ia masih melakukan proyek penelitiannya.

 

bersama Mas Robert Suro πŸ˜€
Prasenjeet Yadav memiliki ketertarikan yang berbeda untuk mendapatkan grants ini. Ia meneliti mengenai reptilia, amfibi yang berada di lansekap yang unik. Hutan kecil yang berada di antara dua perbukitan. Ia membandingkan hewan-hewan yang berada di perbukitan tersebut.
Setelah itu ada Hannah Reyes, yang meneliti mengenai perubahan kebiasan suku pedalaman di Filipina. Ia lebih meneliti ke arah antropologi, dimana hasil yang dibuat adalah dalam bentuk catatan perjalanan dan fotografi. Hannah saat ini juga sibuk dalam dunia broadcasting, ia memiliki program di National Geographic Channel. Kemudian dilanjut oleh Robert Suro, peneliti yang tertarik untuk meneliti Orang Utan bersama Cheryl Knot. Ia mencoba mengikuti perjalanan si Codet di dalam hutan. Sudah hampir sebulan ia hidup di hutan, bersama serangga, lintah, dan lain-lain demi mengikuti langkah Codet. Ia melihat perubahan pola kehidupan Codet setelah buah-buah jarang ditemui di hutan. Orang Utan lebih sering terlihat di tanah karena kemungkinan mereka memakan larva di kayu-kayu tumbang.

How to Apply for a Grant

 

panduan untuk buat proposal (disini)
Materi ini diberikan oleh Katia Andreassi sebagai Program Officer, Expeditions Council and Young Explorer Grants. Bisa dikatakan Mbak Katia ini merupakan salah satu juri yang meloloskan proposal anda. Ia memberikan beberapa tips bagi para pemburu grants.

DO!

 

  • Β Ikut sertakan orang lokal dalam kolaborasi
  • Dapatkan saran dari dosen atau orang ahli
  • Β Masukkan contoh penelitian yang pernah kamu lakukan
  • Tuliskan sesuatu yang informatif dan bisa membuat pemberi donor tertarik
  • Periksa ulang aplikasi kamu sebelum dikirim

DON’T!

 

  • Membuat rencana jalan-jalan (vacation)
  • Memasukkan project dosen kamu
  • Membuat kamu berada dalam keadaan berbahaya
  • Memiliki kerjasama dengan media lain
  • Menggunakan kata-kata yang sangat khusus (jargon)
  • Memasukkan proposal lebih dari satu kali
Adapun The Young Explorers Grants Program memiliki tiga jenis dana hibah, yaitu : Committee for Research and Exploration, ConservationTrust dan Expeditions Council. Nah kalian bisa memilih untuk mengambil satu jenis dana hibah tersebut.
Kalian bisa membaca mengenai dana hibah tersebut disiniΒ 
Karena deadlinenya masih lama, yaitu bulan Mei 2016, jadi persiapkan diri dari sekarang. Dana hibah yang diberikan hingga $5000 USD.

 

Oia, sedikit tips tambahan dari hasil kelas intensif bersama para mentor:
  1. Perbanyak membaca literatur untuk penelitian yang akan dilakukan. Banyak proposal dari peneliti muda Indonesia yang kurang literatur atau bahan rujukan
  2. Gagas sebuah hipotesa dan kemudian buat pertanyaan utama kenapa ingin melakukan proyek ini
  3. Belajar menulis kalimat yang bisa menjelaskan dengan baik apa yang ingin disampaikan. Karena seringkali juri tidak melihat sesuatu yang menarik dari proposalmu, padahal sebenarnya proposal tersebut menarik
  4. Usahakan mencari informasi mengenai lokasi yang dituju. Buat eksperimen kecil-kecilan tentang lokasi tersebut, sehingga mudah bagi kamu untuk menjelaskan di dalam proposal
  5. Komunikasikan proposalmu dengan ahli yang sesuai dengan bidang penelitian yang sedang kamu kerjakan
  6. Jangan pernah berharap pada dana hibah dari National Geographic saja, coba berusaha mencari jalan lain untuk mendanai proyek kamu
  7. Pelajari project yang ada di dalam website National Geographic, usahakan cari sesuatu yang baru
  8. Jika penelitianmu berupa jurnal dan fotografi, dan kamu tidak bisa memotret, ajak teman yang memiliki kemampuan tersebut. Berkolaborasi dalam proyek sangat penting
  9. Β Follow your passion. Walaupun kamu bukan berasal dari academic background Anthropology, tapi punya ketertarikan tentang Anthropology, jalankan saja.

Oke, itulah tips- tips yang disarikan pada akhir kegiatan Workshop Young Explorers Grant from National Geographic. Semoga semakin banyak peneliti muda Indonesia yang mendapatkan dana hibah ini.

Ayok semangat untuk buat proyek penelitian..

Bismillah..

ayok semangat penelitian
Ditulis di Kantor Kak Agus, Pasar Minggu
1:24 WIB, Sabtu 17 Oktober 2017

Ikut Young Explorers National Geographic 2016, yuk!

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

13 Responses

  1. iya banyak dri mereka yang melakukan penelitian sambil jalan2. tapi itu memang passion mereka. pokoknya keren deh. πŸ˜€
    terima kasih udah mampir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.