salah satu kapal asing di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon
Sore itu, ketika sedang bercengkrama dengan tetangga kos, membicarakan masalah kenaikan harga bbm, tiba-tiba seorang ibu muda datang. Beliau adalah teman dari kedua ibu yang sedang saya ajak bicara. Sebut saja ibu NX, beliau singgah untuk sekedar mencurahkan isi hatinya. Karena sang suami sedang diwawancarai di Balai Pertemuan Nelayan, PPN Ambon. Saya pun mengambil tempat di sudut untuk mendengarkan.
Ibu NX sudah berumur 34 tahun, namun penampilannya lebih tua dari pada umur aslinya, sepertinya ia kelelahan. Dan tiba-tiba ia menangis tersedu-sedu sambil bercerita. Kisah mengenai suaminya yang saat ini sedang diproses oleh pihak imigrasi untuk kembali ke tanah kelahirannya, Thailand. Sang suami (sebut saja DA) merupakan mantan kapten kapal ikan yang sudah menetap di Indonesia selama 10 tahun. Karena kapal ikannya sering beroperasi di wilayah Maluku dan sering tinggal di Kota Ambon, ia pun memilih mempersunting ibu NX di penghujung tahun 2005. 
Cerita rumah tangga mereka pun sama seperti cerita orang kebanyakan. Memulai dari nol untuk membangun sebuah keluarga. Orang-orang di sekitar mereka pun menerima DA dengan tangan terbuka. Apalagi DA sudah fasih dan lancar berbahasa Indonesia. Muka Indochina miliknya seperti tertutup oleh kulit yang sudah melegam dibakar sinar matahari. 
Kehidupan rumah tangga DA dan NX mulai diberkahi oleh seorang anak di penghujung tahun 2006. Cinta itu semakin lengkap. Ibu DA juga ikut membantu suaminya dalam menafkahi keluarganya. Bahu membahu dalam menghidupi anak semata wayangnya. Hingga akhirnya Allah SWT merahmati mereka anak kedua di tahun 2012 yang lalu. 
Di tahun yang sama, bapak DA pun mundur menjadi kapten kapal dan mulai membuka usaha kecil-kecilan di daerah Tantui. Keluarga kecil ini pun semakin meriah…..

Si Ibu NX mulai terisak-isak. Kami semua hening dan tak tahu mau menjawab apa.

Ia mulai melanjutkan ceritanya, sekarang dengan adanya program pengembalian orang Thailand yang tersebar di Kota Ambon, ia akan berpisah dari suaminya. Anak-anak mereka sudah diberi tahu dan bingung dengan kenyataan yang ada. Ayahnya akan meninggalkan mereka tahun ini kembali ke Negeri Gajah Putih. 
anak-anak bermain di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Faktanya bukan hanya Bapak DA yang mengalami cerita seperti diatas. Masih ada ratusan laki-laki Thailand yang berbaur dengan warga Indonesia. Ada yang menjadi tukang parkir, buka warung, tukang ojek, dan pekerjaan lainnya. Mereka fasih menggunakan bahasa Indonesia dan mukanya terlihat seperti orang Indonesia. 
Kepulangan Bapak DA merupakan efek domino dari kebijakan Menteri Kelautan Kelautan dan Perikanan terbaru, Bu Susi. Dengan mengeluarkan keputusan menteri mengenai ABK Asing di Indonesia, puluhan orang Thailand dan Myanmar sudah mulai dipulangkan sejak Desember 2014. Belum selesai memulangkan semua ABK, Indonesia mulai dihantam lagi dengan kasus yang mencengangkan. Kasus yang menjadi sorotan media lokal, nasional bahkan internasional mengenai perbudakan di Pulau Benjina. Kasus perbudakan dalam dunia perikanan yang sangat mengejutkan semua orang. Ratusan orang Thailand dikerangkeng dan tidak diberi makan. Waktu istirahat pun hanya 2 jam. Mereka dipaksa bekerja selama 20 – 22 jam per hari. Bayangkan?? 
Tak hanya itu, mereka pun tidak diberikan makan yang cukup. Salah satu pekerja mengatakan jika mereka mencoba beristirahat akan dicambuk dengan buntut ikan pari beracun. Hingga akhirnya pihak Kedutaan Besar Thailand pun mulai memanggil semua orang-orang Thailand di Ambon dan Maluku untuk datang di PPN Ambon, 30 Maret 2015. Ada beberapa perawatan dan sedikit wawancara yang dilakukan terhadap orang Thailand yang ada. Rencananya akan ada pemulangan warga Thailand yang ada di Maluku kembali ke negaranya.
NB : Dan setelah tulisan ini selesai, saya pun menjadi bingung, kebijakan ini akan memisahkan banyak keluarga. Tapi di sisi lain, orang-orang ini harus pulang ke negaranya. Dilema pun melanda.
Tulisan ini ditulis di Harta Samudra, ketika makan siang sambil mendengar lagu I’ve told you now milik Sam Smith
31 March 2015, 12:04 PM

Ketika Cinta dipisahkan oleh Kebijakan Bu Susi

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.