di Air Terjun Ureng, Maluku
tulisan ini adalah kumpulan kisah seru bersama HP Asus Zenfone 5 selama 2.5 tahun. Untuk melihat #Part 1 bisa klik disini -> Kisah Gila 2.5 Tahun Bersama Asus Zenfone 5 #Part 1
Cerita Kedua – Melawan Preman di Pelni Menuju Banda Neira

 

ready to have a fight with preman. hahah.

 

Kejadian kedua bahkan lebih gila lagi. Saya melawan preman di dalam kapal pelni di saat menuju Banda Neira. Saat itu tanggal 22 Desember 2014, Kapal Pelni Tidar baru berangkat pada pukul 21.00 WIT. Saya sendirian. Uang yang saya bawa hanya 150 ribu di kantong. Karena saya sudah membeli tiket ekonomi pulang pergi. Saya hanya membawa satu tas carrier besar dan tas selempang. 
Setelah saya menunaikan shalat maghrib di dalam area pelabuhan Ambon, saya pun menunggu di luar. Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang memohon kepada saya agar saya bisa meminjamkan tiket saya kepadanya. Karena ia harus membawa barang-barang dan saudara laki-lakinya akan mengangkutnya, tapi saudara laki-laki nya tak memiliki tiket. Saya pun dengan polos segera mengiyakan permintaanya. Tiket saya berpindah tangan. Dan saya menunggu barang-barang milik perempuan tersebut. Hingga akhirnya klakson kapal Pelni berbunyi berkali-kali. Saya mulai panik dan akhirnya laki-laki tersebut kembali. Alhamdulillah. 
Karena kejadian tersebut, perasaan saya jadi tidak enak. Rasanya ingin segera tiba di Banda Neira tapi saya harus berebut masuk dengan ratusan orang di pintu masuk kapal Pelni. Bayangkan saja, tubuh sekecil ini harus menerobos tubuh-tubuh besar orang Maluku. Ditambah bawaan saya yang sangat besar. 
Tiba-tiba saya tersadar bahwa tas selempang sudah terbuka lebar. Dompet kaku saya sudah nyaris keluar dari tas. Insting saya mengatakan ada yang tidak beres. Segera saya mengecek HP Asus di dalam tas. Dan benar saja, HP saya tidak ada. Dan saya merasa ada sekelebat tangan yang baru keluar dari tas saya. 
Entah kekuatan apa yang membuat saya tiba-tiba menarik kerah baju seorang bapak-bapak di samping saya. Ia marah karena saya tiba-tiba melakukan hal tersebut. Segala ucapan buruk keluar dari mulutnya. Saya membalasnya dengan tatapan dan ucapan lebih galak lagi. 
“Kembalikan handphone gue!!” ujar saya galak. Ia berteriak juga tapi saya tak peduli. Logat Jakarta mulai kental terdengar. Beberapa orang sudah mulai memperhatikan keadaan kami berdua yang saling berteriak. Dengan tenang saya segera mengambil tas hitam yang ia sampirkan di bagian depan. Saya membuka tas dan memeriksa satu per satu bagian tas. Karena saya tidak menemukan HP Asus, saya segera beralih ke kantong celananya. Saya tetap memegang kencang tas hitamnya. Dan benar saja ketika saya mulai memeriksa kantong, HP Asus saya ia jatuhkan di lantai. Ia segera mengambil langkah seribu dan berbaur dengan ratusan orang di pintu keluar. 
Saya tiba-tiba tersadar ketika ibu-ibu menepuk pundak saya “Mbak, mbak gak kenapa-kenapa? Mbak berani banget bisa lawan preman tadi?” suara ibu-ibu terdengar takjub. Saya pun tak percaya apa yang telah terjadi dengan saya. Seorang petugas keamanan kapal pelni menanyakan kondisi saya. “Terlambat pak, malingnya sudah lari, dimarahin sama mbak ini” ujar ibu-ibu tadi kepada petugas. Saya tak bisa berbicara apapun. Keringat baru menguar deras setelah kejadian tadi. Padahal tadi saya sangat tenang dan marah. Fiuh. Itu adalah pengalaman tergila saya dengan HP ini. Entah kekuatan darimana saya bisa melakukan hal itu. 
Dan Alhamdulillah. HP Asus kembali ke tangan! Yeay!
Cerita Ketiga – Ketinggalan HP di Shuttle Bus Malaysia
Ketika di Kuil Angkor Wat
Kisah ini termasuk kisah gila dalam hidup saya. Cerita ini saya dapatkan ketika saya pulang dari Kamboja untuk menghadiri acara YSEALI disana. Hari itu tepat tanggal 22 Februari 2016, saya ketinggalan shuttle bis menuju KLIA 2. Penerbangan ke Jakarta sekitar pukul 9.20 waktu Malaysia. Saat itu saya panik sekali, karena jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Saya segera sarapan seadanya dan membayar kepada pihak hotel lagi untuk naik bis di jam berikutnya. Padahal tadi malam saya sudah memberikan 30 ringgit untuk perjalanan pagi ini. 
Jam tangan sudah menunjukkan angka 7.30 ketika kami dijemput oleh seorang ba
pak-bapak yang bicara bahasa inggris tapi berlogat India. Wajahnya kental khas India. Saya segera naik ke dalam shuttle bus. Selama perjalanan saya tak pernah melihat ke arah HP Asus. Karena saya yakin, HP Asus berada di dalam tas. Saya, Rida dan Lita berbincang terus menerus, hingga akhirnya kami pun tiba di Airport KLIA 2. 
Ketika kami akan masuk ke dalam gate bandara, saya segera mengecek HP Asus. Disanalah boarding pass saya. Saya sudah melakukan check-in melalui website seperti biasa. Tapi saya tak menemukan HP Asus di dalam tas. Isi tas sudah saya tumpahkan di lantai, tapi tetap saja HP Asus tak tampak. 
Karena panik, saya segera berlari ke Cleaning Service untuk menanyakan dimana ada tempat untuk menelpon. Ia mengarahkan saya ke lantai bawah dimana ada lounge yang menyediakan fasilitas telpon. Saya meminta tolong kepada petugas untuk menghubungkan saya dengan hotel tempat saya menginap. Untungnya telpon saya segera diangkat. Tapi sang resepsionis hotel menggunakan bahasa Inggris campur Melayu yang patah-patah. Saya pun berusaha menjelaskan bahwa HP Asus saya tertinggal di dalam mobil. Ia pun mengatakan “Yes, we will searching your handphone,” ujarnya di ujung telepon. Setelah itu saya segera membayar beberapa ringgit untuk menggunakan telepon. 
Saya berlari menuju gate bandara. Saya berharap petugas resepsionis itu memahami maksud ucapan saya. Saya sempat bolak-balik seperti orang sinting. Waktu semakin sempit. Saya sudah kehabisan napas. Membawa tas besar membuat nafas saya terputus-putus. 
Karena sudah tak tahu mau bikin apa, saya pun segera menghampiri petugas Valet di tempat parkir bandara. Ada seorang perempuan berjilbab disana. Saya segera meminta pertolongannya untuk menelpon pihak hotel. Saya menjelaskan kronologis kejadiannya kepada ia dan kedua rekannya. Ia pun segera menelpon pihak hotel dan menjelaskan kronologisnya. Ternyata benar saja dugaan saya, pihak hotel berpikir bahwa saya meninggalkan HP Asus di kamar. Jadi ketika mereka tidak menemukan HP di kamar, mereka berpikir tak perlu menelpon saya lagi. 
Dengan sigap perempuan berjilbab tadi segera meminta nomor HP supir shuttle bus. Ia pun segera menghubungi bapak supir tersebut. Ia mengatakan bahwa supir tersebut sedang mengantar tamu ke KLIA 1, dan untuk menuju KLIA 2 dibutuhkan waktu sekitar 20 menit. Saya sudah hampir menangis saat itu. Tapi mereka bertiga menghibur saya. entah sudah beberapa kali saya berterima kasih kepada mereka.
Hingga akhirnya supir tersebut datang, jam di tangan sudah menunjukkan pukul 9.10. Saya segera menghampiri sang supir dan meminta HP Asus saya. ternyata ia membatalkan penjemputan tamu di KLIA 1. Ia rugi sekitar 120 RM. Karenanya ia meminta uang 120 RM untuk biaya ganti rugi. Saya segera menunjukkan uang di dalam tas. Hanya ada beberapa lembar dollar sekitar 13 dollar, 30 ribu rupiah dan 1000 kiehl. Saya segera meletakkan di tangan bapak tersebut dan memohon. Karena saya tidak memiliki cash lagi. Hanya itu yang saya miliki di dalam tas. Saya hampir menangis karena jika saya terlambat naik pesawat, maka saya akan menggelandang di bandara. 
Bapak kumisan itu pun menerima uang saya tapi dengan nada menggerutu dalam bahasa Hindi. Saya tak paham. Saya segera berlari menuju Counter Air Asia di bagian Self Check-in. Tapi karena tinggal 10 menit lagi, maka Self Check-in untuk penerbangan saya ditutup. Saya segera mencari staf Air Asia untuk membantu saya. Ia pun mengarahkan saya ke bagian Customer Service. Saya sudah hampir kehabisan nafas. 
Mbak CS itu pun mengatakan “your plane delayed for 20 minutes,”. Itu adalah kalimat yang saya harapkan! Alhamdulillah! Saya pun segera berlari menuju tempat pengecekan paspor yang lumayan panjang. Banyak orang yang memberikan antrian kepada saya karena melihat saya yang berlari-lari dan hampir menangis. Saya pun melewatinya dengan cepat. Setibanya di bagian pemeriksaan bandara saya tertahan sedikit karena saya lupa membuang air minum sebelum masuk. Karena mereka tidak mengijinkan ada air minum di dalam tas yang dibawa ke dalam kabin. 
Dan alhamdulillah, saya pun tiba di Gate 6 dengan selamat. Tak lama setelah saya tiba, pengumuman kepada penumpan yang menuju Jakarta siap untuk diberangkatkan. Alhamdulillah! HP Asus masih jodoh.. 🙂
Itulah kisah gila saya bersama HP Asus dan tidak akan bisa saya lupakan. Ternyata sudah banyak hal yang kami lalui bersama. Sedih rasanya harus berpisah dengan HP Asus. Tapi saya sudah menganggap HP Asus sebagai bagian perjalanan hidup saya. 
Sayonara, HP Asus. Terima kasih atas dedikasinya. Walaupun sudah tercebur di air terjun di Pulau Sangihe, sudah terbanting dari atas meja, dan siksaan lainnya, kamu masih bisa bertahan. Hingga akhirnya di hari ulang tahunku, kamu harus tergantikan.. Maafkan saya.. Terima kasih.. 
Kenangan bersama di Jogja.
Ditulis di Penginapan Delta, Kota Namlea
12 January 2017 19:32 WIT
Sambil mengingat kembali kejadian yang telah terjadi dan meratapi nasib HP Asus Zenfone 5 yang tak mau nyala sedari pagi. Hiks.

Kisah Gila 2.5 Tahun Bersama Asus Zenfone 5 #Part 2

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.