Danke, Ambon atas kenangan indahnya selama setahun sebulan! Sampe katong bakudapa lae.. 
Belum selesai rematik di kaki akibat pendakian ke Salahutu, saya, Fuad dan Kak Erna memutuskan untuk kembali mendaki. Namun kali ini tidak se-ekstrem Gunung Salahutu yang mampu membuat kami pegal-pegal selama dua hari.
Menurut Fuad, jika pegal-pegal karena naik gunung maka sebuah kewajiban untuk kembali mendaki. Hal ini dilakukan agar bagian tubuh yang pegal kembali ‘panas’. Jadilah kami berjanji untuk ke Bukit Kayu Satu di daerah Kebun Cengkeh.
Sore itu sehabis pulang dari kantor kami berjanji untuk bertemu di Pom Bensin Kebun Cengkeh. Karena saya piker tidak akan terlalu jauh, saya pun tidak membawa dompet. Hanya selembar uang berwarna biru. “Mungkin saya hanya akan membeli snack dan air mineral,” ujar saya dalam hati. Saya pun hanya membawa tripod dan kamera.
Membawa motor pinjaman dari tetangga, saya pun segera melaju menuju Kebun Cengkeh. Namun sialnya ada penertiban kendaraan bermotor. Saya yang tidak membawa SIM pun diberhentikan dan kemudian diberikan Surat Tilang berwarna Merah. Arrrggghh. Polisinya menyebalkan! Saya diminta untuk mengikuti sidang pada tanggal 26 Juni. Padahal menurut jadwal yang saya dapat dari kantor, saya akan meninggalkan Ambon pada tanggal 1 Juni. Jadilah saya diskusi dengan sangat alot dan dikenakan pasal melawan petugas. WHAT!
Menurut google, jika kena pasal melawan petugas saya bisa didenda sampai 250 ribu. Hiks. Akhirnya saya pun (dengan kesal) membayar 300 ribu untuk mendapatkan kembali motor tetangga. Dan segera menuju pom bensin. Rasanya masih dongkol sampai sekarang dengan petugas polisi tersebut. L
senja dari SD STAIN. 

But show must goes on.  Saya bertemu dengan kak Erna dan segera melajukan sepeda motor menuju daerah STAIN Ambon. Perjalanan sekitar 20 menit, karena pada sore hari, kendaraan lumayan padat dan merayap. Harus hati-hati jika membawa kendaraan disini, karena jalurnya menanjak dan juga menikung. Belum lagi lebar jalan yang tidak terlalu besar. Perlu ekstra hati-hati bagi pengendara awam.
Akhirnya kami tiba di daerah STAIN dan segera mencari kata kunci yang disebut oleh Fuad. Kami diminta ke SD STAIN sebagai titik kumpul. Setelah shalat maghrib, kami pun mulai mendaki. Fuad membagikan head lamp kepada kami berdua. Dia benar-benar melakukan persiapan. Saya saja tidak terpikir akan seperti apa medan yang akan kami temui.
Pemandangan Ambon dari Bukit Kayu Satu
Gerimis mengiringi langkah kami menuju bukit. “tak perlu tergesa-gesa, lihat jalan baik-baik, licin,” ujar Fuad beberapa kali. Karena ia tahu, kami memang sering terpeleset ketika melakukan pendakian ke Salahutu. Ia dengan sigap memandu langkah kami.
Aliran air muncul di jalan setapak yang kami lalui. Kami melangkah sambal menahan pegal-pegal yang diciptakan oleh Salahutu. Beberapa kali kami berhenti dan mengambil nafas, hingga akhirnya setelah 40 menit, kami pun tiba di puncak bukit. Saya tak berhenti mengucap syukur dan takjub dengan pemandangan Kota Ambon dari ketinggian.
Kerlap-kerlip lampu yang diciptakan membuat saya betah berlama-lama disini. Rasanya ingin membuat kemah dan bermalam disini. Kenapa disebut Kayu Satu? Karena disini tumbuh sebuah pohon besar yang sendirian. Sedangkan disekeliling pohon hanya rumput-rumput ilalang yang menghijau jika sedang musim hujan. Dari situlah, bukit ini kerap disebut Kayu Satu.
Menurut informasi dari Fuad, bukit Kayu Satu kerap digunakan sebagai tempat berkumpul anak anak muda ketika malam minggu. Karena itu jangan heran, banyak yang membuang sampah sembarangan disini. Terlihat dari banyaknya sampah plastik yang tercecer dimana-mana. Padahal jika dijaga dengan baik, bukit ini bisa menjadi salah satu spot wisata yang menarik di kota Ambon. Karena pemandangan senja dan malam kota Ambon sangat bagus jika diambil dari titik ini. 😀
Kak Erna, Fuad dan Adhie Coker! 😀
Semoga anak-anak muda yang datang kesini bisa menjaga kebersihan bukit ini. Karena jika tidak dijaga, bukit Kayu Satu akan penuh sampah dan tidak terawat. Saran saya, tempat ini harus diberikan tempat sampah, sehingga para pengunjung tidak membuang sampah sembarangan.

Tulisan ini didedikasikan kepada Fuad Siwalimbono yang sudah mengajak kami. Thanks untuk tiga kali perjalanan yang seru ke Kayu Satu. 😀
PS : dari pom bensin Kebun Cengkeh naik angkot jurusan STAIN. Turun di dekat masjid dan harus jalan kaki ke SD STAIN. Dari SD, kita akan mendaki bukit Kayu Satu. 
Ditulis di Rumah Mbah, Depok
Kamis, 23 July 2015 21:15 PM

perjalanan ini dilakukan pada hari Selasa, 26 Mei 2015 😀

ini adalah foto perjalanan kedua kami 😀

Memijak Bukit Kayu Satu, Melihat Ambon dari Ketinggian

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.