2016,  indonesia,  Journey,  Opinion

Menjelajah Sebagian Ambon Bareng Bule Gila

Berbicara tentang Travel Mate, saya pernah mendapatkan seseorang yang sangat gila dan seimbang untuk diajak gila-gilaan. Tahun 2014 akhir menjadi tahun yang tidak terlupakan. Hal ini dikarenakan saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi guide bagi seorang bule ‘gila’. Tanggal 9 Desember adalah hari pertama saya bertemu dengannya, kami sama-sama bekerja untuk sebuah LSM di Bali, Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI). Tapi ia mendapatkan tugas untuk melakukan penelitian di Ambon, tempat dimana saya bertugas. 
Namanya Pim Boute, tapi saya lebih suka memanggilnya Pimmie. Menurutnya panggilan tersebut hanya digunakan oleh neneknya, dan dia membalas saya dengan memanggil Adlientje. Sounds like tante-tante, right? 
This is our first met with Bu Widi dan Bang Lalu. Biar akrab pas kerja haha
 
Karena Pimmie, dua bulan di Ambon sangat menyenangkan. Pertama saya punya teman sparing untuk berlatih bahasa inggris yang belepotan. Kedua, he is crazy, jadi dia gak ngerasa aneh kalau diajak ke tempat-tempat antimainstream bagi turis, seperti Pasar Mardika di Ambon. Heheh. Ketiga, dia jadi teman yang sangat baik untuk bertukar pikiran. Karena dia adalah seorang mahasiswa S2 yang akan menjadi dosen di kampusnya. Haha. Dia selalu punya jawaban yang gak pernah terpikirkan sama sekali dan seringkali membuat saya bingung untuk menjawab pertanyaannya. Gak kebayang seperti apa muridnya nanti. 😛
Perjalanan kami selama di Ambon dan Buru sangat menyenangkan dan penuh hal-hal yang aneh. Karena seringkali Pimmie bertanya hal-hal yang tidak terpikirkan. Contohnya saja, ia bertanya kenapa masjid kiblatnya tidak pernah lurus, tapi seperti miring 20o . Hal ini ia tanyakan setelah sering ke masjid ketika dalam perjalanan saya singgah untuk shalat. Kemudian kita menemukan sebuah teori bahwa orang yang tinggal di daerah panas seperti Indonesia sangat ramah dan murah senyum. Berbeda dengan orang yang tinggal di daerah dingin cenderung tertutup dan kurang ramah. Ia memberikan contoh di daerahnya. Hmmm. 
this is our vehicle. haha. kebayang pas Pimmie naik dan gue yang bawa motor
Lucunya, si bule besar ini tak malu jika saya ajak berkeliling menggunakan sepeda motor besar. Ia tidak bisa menggunakan motor besar, hanya motor matic yang mirip skuter. Karena itu ia tak berani menggunakan motor besar selama di Ambon. Namun sebelum kembali ke Belanda, ia belajar menggunakan motor besar dan ia ketagihan. Haha. Sepertinya kami terlihat seperti sepasang orang gila yang berkeliling kota Ambon. Karena beberapa kali Pimmie selalu melambaikan tangan kepada orang yang menatapnya aneh. Haha. Belum lagi, ia mau untuk tidur di dapur mess. Tidur bareng nyamuk dan tikus dapur. Wkwkw. 
Pimmie is our Santa Claus. hohoho
 Minggu pert
ama tiba di Ambon, saya memintanya untuk menjadi Santa Klaus di acara kantor. Tanpa pikir panjang, ia pun bertugas sebagai Santa Klaus selama satu malam. Hahah. Seorang Santa Klaus dengan punya postur jangkung tanpa perut buncit. Ia terlihat sangat menikmati perannya selama di pesta tersebut. Selain itu ia menikmati waktunya untuk bernyanyi dan makan makanan khas Maluku. 
Di lain waktu ia saya ajak untuk ikut berlibur ke rumah keluarga di Tulehu. Kami pergi melihat morea yang hidup di kolam kecil di tengah kampung. Saya masih ingat bagaimana wajahnya ketika ia melihat banyak sekali morea di dalam kolam. Haha. Ia sampai harus berkali-kali meyakinkan diri bahwa morea yang ada di kolam tersebut adalah asli. “Adlientje, you need to see this”.. 
Pimmie sangat suka buah-buahan, termasuk durian. Ia sanggup menghabiskan banyak durian. Selain itu buah-buah lokal seperti jambu, dukuh, jeruk, manggis, rambutan, dan lain sebagainya selalu menjadi menu favoritnya. Tak ayal kamarnya (baca : dapur umum di kost ku) selalu penuh dengan kresek berisi buah-buahan. 
Pemakan Duren
Tak lupa, cukur rambut Madura menjadi tempat favoritnya untuk potong rambut. Haha. Harganya cukup murah dan ada pijat gratis yang diberikan si pencukur. Haha. Selama dua bulan tinggal di Ambon dan Buru ia benar-benar menikmati cukur di tempat tersebut. 
Sayangnya Pimmie harus kembali ke negaranya pada tanggal 9 Februari 2015. Banyak hal yang saya pelajari dari Pimmie. Salah satunya adalah keep smiling walaupun semua orang melihatmu dengan tatapan aneh. Haha. Thank you Pimmie. You are one of my best travel mate. 😀
gabung sama  dua bule lainnya 😀
Tulisan ini dibuat untuk berbagi kisah kasih yang terajut dalam beberapa perjalanan lewat #PosbarTBI #UltimateTravelMate bersama genk Travel Bloggers Indonesia. Bagaimana perjalanan kakak-kakak keren lainnya? Silakan dinikmati dari tautan berikut :
3.       Atrasina Adlina- Menjelajah Sebagian Ambon Bareng Bule Gila
8.       Fahmi Anhar – Teman Perjalanan Paling Berke
11.   Imama Insani – Teman Perjalanan
12.   Karnadi Lim – Teman Perjalananku dan Kisahnya
13.   Lenny Lim – 3 Hal Tentang TravelMate
14.   Leonard Anthony – Sahabat Perjalanan
< span style=”mso-list: Ignore;”>15.   Liza Fathia – Naqiya is My Travelmate
16.   Matius Nugroho – 3 Host, 3 Negara, 3 Cerita
17.   Mas Edy Masrur – Istriku Travel Mateku
18. Olivia Bendon – My Guardian Angel
18.   Parahita Satiti – Travel Mate
19.   Puspa Siagian – Giga
20.   Putri Normalita – My Unbelieveble Travelmate
21.   Rembulan Indira – Kakatete
22.   Rey Maulana – Kemana Lagi Kita Berjalan, Kawan?
23.   Richo Sinaga – Pria Berjenggot dengan Follower 380K
24.   Shabrina Koeswologito – 14 Signs You The Perfect Travel Mate
26.   Tekno Bolang  – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik
27.   Titiw Akmar – 10 Alasan Mengapa Suami adalah Travelmate Terbaik
28.   Vika Octavia – Sesaat Bersama Supardi
30.   Wisnu Yuwandono – Teman Menapaki Perjalanan Hidup
mau berenang sama morea nih

 

he’s drunk and singing in the public cafe. yeah!

 

mulai gila sama mereka

 

tidur di dapur. wkwkwk

 

cukur madura

 

Pimmie the fishermen

 

writer

39 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!