Perjalanan ini saya mulai ketika saya mulai penat dengan aktivitas yang terkesan hanya itu-itu saja. Save room for my loneliness. Butuh ruang untuk kesendirian saya. Mengenang memori masa-masa kuliah yang saya lewati dengan aktivitas penuh. Ga bisa diem. Pagi ada di Identitas, nanti siang di Kelautan, makan siang di Kantin Ekonomi, ngemil sore di Kantin Sastra. Haaaaaaahhhh. Rindu masa-masa itu membuat saya galau setengah mati.
Akhirnya setelah dari Kantor Kecamatan Alok Barat saya memberanikan diri untuk pergi ke Tanjung Kajawulu. Saya sudah pernah kesini sebelumnya sama Mas Firman (1/3), namun kali ini saya harus pergi sendirian. Mengingat tidak ada teman yang bisa diajak gila-gilaan. Saya pun nekat untuk kesana sendirian, toh saya sudah tahu tempatnya. Let’s goooo…
Tanjung Kajawulu masuk dalam daerah administratif Kabupaten Sikka. Sekitar 26 km dari Maumere, ditempuh dengan waktu 30 menit menggunakan motor jika memacu kendaraan hingga kecepatan 60 km/jam. Tapi memang perjalanan jauh sendirian itu sangat menyiksa. Saya cuman ditemani oleh keindahan alam di sisi kanan dan kiri saya.
Di sisi kanan, anda akan disuguhkan oleh keindahan bukit-bukit batu, mirip seperti di Hawaii. Bukit-bukit berwarna hijau akan memanjakan mata anda. Di sisi kiri anda akan merasakan angin pantai dan suara debur ombak yang memecah pasir. Subhanallah! Keren beudh! Pasirnya warna putih dipadu dengan air jernih berwarna biru muda.
Sebelum mencapai Tanjung Kajawulu, saya menyempatkan diri untuk singgah di beberapa spot keren untuk mengambil foto. Misalnya di pantai dekat dengan jalanan penuh pohon rimbun. Atau di pinggir sawah dengan latar belakang bukit hijau yang sangat indah. Keindahan ini membuat saya terlena. Sepertinya Kabupaten Sikka memiliki banyak surga tersembunyi yang minta dieksplore.
Tapi menurut Mas Anang, jalanan menuju Tanjung Kajawulu agak rawan. Harus hati-hati. Karena jarang penduduk yang ada disana, membuat kejahatan acapkali terjadi. Saya pun sempat parno, melihat laki-laki kekar yang mengekor di belakang motor saya sejak memasuki Desa Kolisia. Ketika saya berhenti di pinggir jalan, ia pun juga berhenti. Saya agak ciut juga melihat badannya yang kekar. Tapi saya pura-pura pegang helm dan pasang tampak galak dan menyebalkan. Hahah. Ketika saya menikmati Tanjung Kajawulu, pria itu pun juga memarkirkan kendaraannya. Apa ini orang? Menakutkan sekali.
Di Tanjung Kajawulu ada salib besar di atas bukit. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk meniti tangga kecil yang disediakan. Saya tidak naik kesana, karena sudah kesana pas sama Mas Firman. Pemandangan dari atas worth it banget setelah capek naik tangga. Jadi, kalau kesana, coba naik kesana ya. Dijamin ga akan nyesel.
Saya pun lebih banyak eksplore ke arah bawah. Namun ga sampai ke pasir putihnya, karena motor saya simpan di pinggir jalan. Belum lagi, laki-laki kekar itu juga ada disana. Saya was-was, takutnya motor diambil ketika saya turun ke bawah. Apalagi itu bukan motor saya. Hiks. Alhasil saya tidak terlalu lama menikmati Tanjung Kajawulu, hanya mengambil beberapa gambar. Belum lagi Mas Anang minta sudah menelpon karena ia mau menggunakan motor.
Saya pun harus berpisah dengan Tanjung Kajawulu, tempat menepi dan menyendiri yang sangat baik. Oia, pria itu pun pergi ketika saya pergi. Hhhh. Mengerikan! So, you must be careful kalau ke daerah Tanjung Kajawulu sendirian. Saran saya, cari seorang lagi untuk berjaga-jaga. Jangan ikutin saya yang kesana sendirian. Pentingkan keselamatan.
Let’s explore Indonesia!!!
Ditulis di Kamar Kost Wuring, ketika masih pagi
15 Maret 2014, 9:10 Wita