medaka fish |
Ingat dengan ikan kecil berwarna terang ketika masih kecil? Ikan yang biasa kita temukan di sawah-sawah. Namun saat ini ikan tersebut dikenal sebagai indikator untuk mengenali bahan-bahan berbahaya bagi manusia. Didasarkan penemuan tersebut, Universitas Hasanuddin dan Universitas Tokyo, Jepang mengadakan The 4th International Symposium of Oryzias Fish. Buah hasil kerjasama antara Research and Development Center for Marine, Coastal and Small Island (RD Macsi) Unhas dan CIC (Atmosphere and Ocean Research Institute The University of Tokyo), Rabu-Kamis (9-10/10).
Kegiatan ini dilakukan pertama kali pada tahun 2007 di Thailand dengan tema “New Asian Resources for Basic and Applied Science”. Dengan keinginan yang sama untuk membuat penggunaan Oryzias Fish semakin berkembang, simposium digelar di Thailand dan Malaysia pada tahun-tahun berikutnya. Untuk pertemuan yang ke-4, Universitas Hasanuddin mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah.
Acara ini dibuka oleh Prof Dadang Suriamiharja selaku Wakil Rektor Bidang 1 Universitas Hasanuddin. Simposium ini adalah salah satu rangkaian kegiatan Dies Natalis Universitas Hasanuddin ke-57 yang dirayakan pada bulan September lalu. Tema yang diangkat pada simposium kali ini adalah “Biodiversity and Environmental Science of Marine and Fresh Water Fishes”. Acara dilaksanakan di Rumah Sakit Unhas Gedung A Lantai 2.
Prof.S.Hamaguchi dari Tokyo University menjelaskan bahwa jenis ikan Oryzias celebensis yang ditemukan di Sulawesi adalah jenis ikan endemik. Ia pun memaparkan hasil penelitiannya tentang pembenihan silang antara ikan O. celebensis dan O. woworae yang menghasilkan jenis ikan baru yang tahan air laut.
Peserta yang hadir para simposium ini berasal dari Jepang, Malaysia dan Indonesia. Adapun yang hadir dalam kegiatan ini sebagai keynote speaker adalah Dr. Koji Inoue and Prof. S. Hamaguchi. Sedangkan universitas yang mengirimkan dosennya untuk presentasi berasal, Tokyo University, Kyoto University, Institut Pertanian Bogor, Niigata University, University Putra Malaysia, Universitas Haluoleu, Universitas Tadulako dan Universitas Hasanuddin. Selain itu hadir pula pembicara dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari ini akan ditutup dengan mengunjungi Danau Malili dan Matano. Tempat dimana ditemukannya beberapa jenis ikan endemik di danau tersebut.
Atrasina Adlina
Mahasiswa Ilmu Kelautan