Cerita ini sebagai pengingat bahwa Arif adalah Ayah ASI yang baik. Ia menemani proses menyusui selama setahun lebih. Ia dengan sabar berperan banyak dalam kehidupan menyusui. Tulisan ini didedikasikan sebagai perjuangannya sebagai Ayah ASI, eh Abba ASI maksudnya. 🙂

Thanks ya Abba sudah sabar menemani proses menyusui ini. Semoga kita bisa lulus menyusui Ayyash selama dua tahun. Chayo!

Perjalanan Menyusui Dimulai

Perjalanan menyusui Ayyash sudah dilewati selama 15 bulan. Hal ini tidak lepas dari bantuan suami tercinta. Masih lekat dalam ingatan kami berdua baru mencari tahu bagaimana proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) setelah Ayyash lahir. Kami yang tak memiliki panduan yang baik, harus kebingungan saat melakukan pelekatan mulut bayi ke puting. Nyesel banget kalau ingat ini. Hiks. Buat ibu-ibu muda, banyak baca soal menyusui yaa.

Malam itu, Ayyash lahir pukul 7 malam. Orang tua saya pulang jam 9 malam. Saya dan Arif hanya berdua menghadapi mahluk yang hadir di kehidupan kami 9 bulan lamanya.

Petugas datang ke kamar kami membawa box bayi. Petugas mengatakan bahwa sebaiknya bayi diletakkan di dalam ruang perawatan bayi. “Ibu masih lemah karena habis caesar, jadi biasanya ASI sedikit, nanti bayi bisa kuning kalau kurang ASI. Di ruang bayi bisa diberikan susu formula,” ujar perawat.

Kami pun berdiskusi dan meminta agar Ayyash tidur bersama kami malam itu. Sang perawat pun meminta kami untuk menandatangani sebuah surat. Isinya adalah jika bayi disusui oleh kami dan ternyata ada masalah ke depannya, pihak RS angkat tangan. Deh.. sempet down banget digituin. Bukannya dibantu untuk proses menyusui, tapi malah disuruh untuk susu formula langsung.

Malam Pertama Menyusui

Setelah berdiskusi dan menandatangani surat tersebut, kami berdua pun kebingungan. Karena perawat tadi tidak membantu sama sekali mengenai informasi pelekatan. Tidak ada yang datang untuk memberikan arahan. BLANK!

Kami berdua pun gelagapan. Karena tidak belajar banyak mengenai proses menyusui selama kehamilan. Nyesel banget. Kami pikir secara otomatis ASI akan keluar dengan sendirinya. Bayi akan langsung menghisap dengan baik, namun tettooott. Ternyata gak semudah yang ada di dalam pikiran kami berdua. Untungnya Arif saat itu mau membantu saya dan ikut begadang menjaga Ayyash.

Setelah tidur beberapa jam

Kesulitan menyusui saya temukan ketika harus bolak-balik mengatur posisi pelekatan padahal bekas operasi caesar belum sembuh benar. Bagian tulang belakang saya rasanya sakit kayak disetrum. Untuk bergerak saja, ya ampun.. Sampai nangis sesugukan. Belum lagi perasaan kesal kenapa harus caesar. Ditambah gak ngerti cara menyusui. Pengen banting diri aja rasanya.

 

Nonton Youtube Mengenai IMD

Malam itu bisa dibilang petaka buat pasutri yang baru punya anak. Apalagi tidak ada orang tua yang ikut menjaga membantu menjelaskan proses menyusui. Haha. Satu jam pertama kami segera membuka HP masing-masing. Saya bagian membaca artikel, Arif bagian menonton Youtube mengenai proses menyusui.

Untungnya kami membaca informasi bahwa bayi bisa bertahan tanpa ASI selama 48 jam. Dan disitulah waktu kami berdua untuk menyusun strategi bagaimana cara mengeluarkan ASI.

Tak lama, Ayyash tiba-tiba menjerit keras tanda dia kehausan. Karena sejak lahir, ia tidak meminum apapun.

Panikkkkkkkkkk…

Entah ide darimana, ketika pelekatan pertama kali, ASI gak keluar. Saya segera meminta Arif untuk menghisap puting. Hahah. Niatnya agar ASI bisa lancar mengalir, bukannya mengalir, malah tidak ada yang keluar. Haha. Si dodol!

Ayyash terus menangis keras.

Kami semakin panik.

Karena ada pasutri lain di kamar tersebut dan waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Takut menganggu waktu tidur mereka.

Kami pun mencoba cara untuk memijat bagian payudara ketika Ayyash menempelkan mulutnya ke daerah payudara. Lucu banget lihat dia bergerak-gerak mencari posisi yang tepat. Eh Arif yang angkat Ayyash agar mulutnya mencapai bagian puting. Karena merujuk pada Youtube yang kami tonton, agar IMD tepat, pelekatan mulut bayi harus masuk hingga menyentuh aerola. Aerola merupakan bagian gelap pada payudara.

Jika ketika bayi menyusui dan ada bunyi “clap clap clap” artinya pelekatan tidak sempurna. Kami pun berusaha agar tidak muncul bunyi. Saya harus berbolak-balik untuk mendapatkan posisi mantap menyusui. Alhamdulillah setelah berkutat dua jam dengan proses menyusui, akhirnya Ayyash tertidur. Alhamdulillah!

Arif sakit pinggang setelahnya, karena memegangi Ayyash selama dua jam. Salut!

Sempat Menyerah

Kami kehabisan tenaga. Karena dua malam sebelumnya, kami kurang tidur akibat kontraksi palsu yang sangat sering terjadi. Ditambah lagi ternyata susah untuk menyusui. Pagi itu, waktu menunjukkan jam 5, suster datang menanyakan keadaan Ayyash. Apakah Ayyash mendapatkan susu yang cukup dan ingin dibersihkan?

Kami berdua langsung menyerahkan Ayyash untuk dibawa ke ruang perawatan bayi. Kami menyerah untuk menyusui Ayyash. Kami ingin istirahat sebentar. Arif pun segera membeli susu formula merk SGM dan sebuah botol susu di toko terdekat.

Setelah itu kami menyerahkan Ayyash kepada suster sambil berpandangan lalu tak lama kami berdua tertidur lelap.

Ayyash berada di ruang bayi selama 7 jam. Ia mendapatkan asupan susu formula selama itu. Namun ketika sore hari, suster mengatakan bahwa Ayyash agak kurang suka dengan susu formula yang kami beli. Suster menyarankan kami untuk membeli merk susu formula yang lain.

Tapi saya pun berkata mungkin Ayyash lebih suka ASI, karena itu kami pun menghentikan susu formula pada saat itu. Bersamaan dengan itu, Bunda pun datang membawa pompa ASI. Saya segera memompa payudara dan mengosongkannya. Hanya dapat 50 ml pada saat itu. Sedikit..

Tapi Ayyash menyusu dengan baik menggunakan botol. Kami pun bersepakat agar Ayyash menyusui lewat botol saja, mengingat luka caesar saya belum sembuh benar.

Baby Blues Hit Me!

Setibanya di rumah, entah darimana, saya punya perasaan marah dan kesal sama Ayyash. Saya tiba-tiba benci dengan Ayyash. Saya kesal dengan komentar orang yang menanyakan

“Kok bisa caesar sih? Kenapa gak normal? Anak sekarang lebih suka yang gampang,”

Degh..

Tiba-tiba saya mogok nyentuh Ayyash. Benar-benar gila ketika itu. Saya gak mau megang Ayyash, rasanya marah.

“Gara-gara kamu nih, saya harus di caesar,” kataku dalam hati ke Ayyash. Astagfirullah.

muka lelah banget nahan sakit bekas caesar, ditambah Ayyash rewel

Saya gak mau makan, saya berhenti lihat social media, saya berhenti untuk ngapa-ngapain. Saya gak suka lihat Ayyash. Rasa gembira kemarin menyambut Ayyash tiba-tiba hilang. Saya tidak bergairah walaupun untuk memegang tangan mungilnya.

Ayyash nyusu sendiri

Peran Abba Dalam Kondisi Baby Blues

Arif dengan sigap mengambil peran ibu untuk Ayyash. Ya Allah, kalau ingat masa-masa itu, rasanya sedih.

Saya gak mau nyentuh Ayyash, tugasku hanya memompa ASI. Tiap dua jam sekali, saya akan mompa ASI. Mengosongkan payudara sampai terasa kosong.

 

Lalu stok ASI saya masukkan ke freezer. Arif bertugas untuk mencairkan ASI, lalu memasukkan ke botol dan memegangi botol untuk Ayyash.

Arif bagian memberikan ASI untuk Ayyash

Saya suka nangis sendiri. Sedih aja, karena saya ingin sekali lahiran dengan cara pervaginam. Saya sudah olahraga, makan makanan sehat, dan lain sebagainya. Namun takdir berkata lain.

Saya gak mau menyusui secara langsung (Direct Breast Feeding), saya cuman mau ASI harus lewat pompa. Hal itu terjadi hingga selama 10 hari..

Mulai DBF Lagi

Dan di hari ke 9, saya mulai DBF lagi sama Ayyash. Perasaan benci itu masih ada, namun samar. Dan saya berusaha untuk lebih banyak touching sama Ayyash. Saya pun meminta untuk pijat menyusui di bidan, yang kebetulan teman SMA saya.

Tapi disinilah masalahnya, Ayyash bingung puting. Dia kebiasaan menyusu via botol membuatnya bingung dengan puting saya. Ia pun menyusu sangat sedikit. Sedih banget.

Puting saya lecet karena proses pelekatan yang tidak benar. Karena Ayyash bingung puting, dia sempat mogok minum ASI langsung. Dia baru menyusu dengan lancar ketika menggunakan botol.

Tapi karena saya merasa bersalah dan mencoba dengan kerasa kepala agar Ayyash mau menyusu langsung. Akhirnya di hari 3 percobaan, Ayyash mulai bisa menyusu dengan sempurna. Tanpa ada bunyi “clap clap” ketika menyusu. Alhamdulillah.

Allah SWT masih sangat baik sama saya. ASI saya keluar dengan deras setelah pijat menyusui dan Ayyash pun mulai nyaman untuk menyusui langsung. Botol susu pun mulai ditinggalkan, tapi saya tetap memompa ASI. Karena payudara harus terus dikosongkan. Dulu sempat kepikiran mau jadi donor ASI, tapi akhirnya gak jadi-jadi.

Apa saja peran suami dalam menemani proses menyusui

Di dalam proses menyusui selama lima belas bulan ini, Arif punya peran yang sangat signifikan. Thank to Allah SWT that I have him in my life. Alhamdulillah.

Arif yang gantiin popok Ayyash sampai saat ini. Thanks Abba
    1. Memberikan support ketika menyusui. Ia ikut bangun ketika Ayyash bangun dan butuh ganti popok. Saya tau dia lelah karena pekerjaannya, tapi ia tetap meluangkan waktunya untuk ikut bangun tengah malam menenangkan Ayyash.
    2. Membelikan saya banyak ASI Booster seperti martabak keju, martabak coklat kacang, mie ayam, bakso, spaghetti, dan lain sebagainya selama menyusui. Alhamdulillah 😛
    3. Ia juga masih mau keluar rumah untuk couple time berdua saja tanpa Ayyash. Ini adalah hal yang paling saya kenang, kami pacaran makan shabu-shabu saat itu. Ternyata stress mengurus anak dan punya waktu berdua membuat pasangan jadi lebih refresh. Ayyash dititip ke Yangti dan Datuknya saat itu. Heheh.
    4. Selalu memberikan kata-kata cinta ketika menyusui. Sebuah kecupan kadang diberikan Arif saat saya sedang menyusui Ayyash. Rasanya tiba-tiba ASI jadi lancar banget. Uwuuww..
    5. Tak lupa memberikan pijatan untuk memperlancar ASI tiap tiga hari sekali. Pijatan lembut kayak gini diperlukan banget agar ASI selalu mengalir deras.
    6. Ikut belajar dalam parenting anak. Ini yang saya paling appreciate sama Arif, dia mau ikut belajar mengenai proses menyusui bersama-sama. Jadi saya gak merasa sendirian dalam proses menyusui ini. Hiks. Makasiiii Abba.

Sertifikat Abba ASI untuk Arif

Karena perjalanan menyusui itulah, rasa-rasanya Arif layak mendapatkan sebuah sertifikat penghargaan! Yeay.

Sebuah sertifikat dari kami berdua yang sudah ditemani selama 15 bulan ini. Karena rasa-rasanya kalau gak ada Arif dalam proses menyusui, mungkin tidak akan selancar ini. 🙂

Terima kasih Abba sudah memberikan cinta yang tulus buat kami berdua dan menjadi Abba ASI yang hebat! We love you, Abba.

 

ditulis di Tajurhalang

1:25 WIB Senin, 18 Januari 2021

sambil kelaparan dan ngemil Promina Puff milik Ayyash

Menyusui

Suami Menemani Proses Menyusui Setahun : Ayah ASI

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

3 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.