Setiap tanggal 4 Februari ditetapkan sebagai hari kanker sedunia. Ingatan saya kembali ke masa menemani seorang sepupu yang mengidap kanker rahim. Di usianya yang masih tergolong belia, ia mendapatkan cobaan yang berat bagi anak seusianya.
Table of Contents
Faqihah Rizqina Kamila
Faqihah Rizqina Kamila namanya, namun kami memanggilnya dengan sebutan Faqiha. Sering sekali malah saya memanggil namanya dengan sebutan Qihe. Anaknya ramah dan juga menyenangkan. Diantara semua sepupu, anak ini mengidolakan saya. Katanya karena saya suka menulis dan suka berpetualang. Masya Allah..
Ia selalu didapuk sebagai juara kelas. Nilai dikelasnya selalu paling tinggi. Tak heran jika ia punya tata bicara yang sangat teratur dan jago berdiplomasi. Masih sering terngiang jika ia memanggil nama saya “Mbak Adelin” dengan tekanan huruf e di belakang huruf d.
Cita-citanya adalah menjadi seorang dokter anak. Saya sampai mengatakannya kepada Eyang BJ Habibie untuk mendoakannya agar ia bisa meraih cita-citanya. Eyang ikut mendoakan cita-cita Faqiha saat itu. Al fatihah untuk Eyang Habibie.
Vonis Kanker
Usianya masih 10 tahun saat kami tahu ia divonis terkena usus buntu. Dokter pun mengatakan untuk mengangkat usus buntu yang ia derita. Setelah operasi,kami pikir semuanya akan selesai disana. Namun di penghujung tahun 2016 kita mendapatkan kabar bahwa ada benjolan besar di dalam perutnya.
Kemungkinan besar jika benjolan tak diangkat akan malah menyebar lebih besar. Dan ia pun Kembali dioperasi untuk kedua kalinya. Sebuah daging tumbuh diangkat dari perutnya, besarnya tak tanggung-tanggung hampir seukuran kepala bayi (17 cm).Ia melewati masa operasi dengan baik. Setelah selesai operasi, ia terlihat masih lemah.
Saya masih ingat ketika saya dan Bunda menjenguknya di ruang rumah sakit. Ia berusaha tersenyum seperti biasa. Ia pejuang!
Kemoterapi
Tumor pun berhasil diangkat dan ia diperbolehkan pulang. Namun tugasnya tak selesai sampai disitu. Kanker sudah mencapai stadium 3C dan dokter mengatakan masih ada kesempatan sehat seperti sedia kala jika Faqiha mau melakukan kemoterapi.
Akhirnya keluarga menyetujui agar Faqiha menjalani kemoterapi. Sama seperti penderita kanker pada umumnya, rambut akan menjadi gugur karena radiasi dari kemoterapi. Ada 10 siklus kemoterapi yang harus dijalani oleh Faqiha.
Satu bulan sekali akan ada obat-obat khusus yang harus diminum olehnya. Namun setiap kali ia minum obat itu, ada harga yang harus dibayar oleh tubuhnya. Rambutnya semakin gugur, nyeri perut dan mudah merasa Lelah. Tapi ia masih bisa tersenyum saat saya mengunjunginya.
Perjuangan
Pada tahun pertengan tahun 2017, saya berinisiatif membuat gerakan memberikan kartu pos semangat kepada Faqiha. Masya Allah pada saat itu banyak sekali kartu pos yang datang dari mana-mana. Ada kartu pos dari Belanda, Swiss, Jerman, Australia dan berbagai daerah di Indonesia.
Ia sangat senang membaca satu per satu kartu pos yang ia dapatkan. Kami juga sempat membalas beberapa kartu pos yang Faqiha dapatkan. Namun karena saya sedang melakukan persiapan keberangkatan ke Belanda, saya jadi kurang punya waktu dengannya. Masih sedih kalau ingat hal ini. Maafkan mbak Adlien ya Qihe..
Faqiha terus berjuang walaupun ia sering kesakitan. Ia tahu bahwa jalannya masih panjang. Ia tetap tersenyum di kala perjuangannya. Ia sempat menjalani puasa 3 hari tanpa makan dan minum yang dijatah 100ml x 3 kali sehari. Ia berharap agar sembuh. Dan kami semua memberikan support kepadanya.
Oia, ketika Faqiha dirawat ia masih sempat untuk ikut berbagi kepada teman-teman yang mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Faqiha ikut berbagi selimut kepada para penderita kanker anak-anak sama seperti dirinya. Masya Allah.
Impian Faqiha
Ketika akhirnya saya pergi ke Belanda, Qihe mengantar saya hingga di Bandara Soekarno Hatta. Kami berbincang banyak. Salah satunya adalah tentang mimpinya.
Saya : Qihe, nanti kalau sudah besar mau jadi apa?
Faqiha : Mau jadi Dokter Anak, tapi mau bisa travelling kayak Mbak Adlien.
Kami berdua mengamini doa tersebut, lalu kami berpisah benua.
Dan ternyata Allah SWT mengijabah doanya, ia akhirnya pergi naik pesawat seperti yang ia inginkan. Allah SWT membawanya pergi ke Baitullah bersama keluarganya.
Faqiha pun mengajak serta Ayah dan Bunda saya untuk ikut menemaninya. Masya Allah. Terima kasih Faqiha..
Masih teringat jelas senyum Faqiha saat akhirnya bisa pergi ke Baitullah. Kami sempat video call saat itu. Ia bercerita sedikit tentang perjalanannya disana. Dan bodohnya saya adalah tak terlalu menanggapi ceritanya dengan baik. Karena saya terlalu asik dengan kehidupan di kampus saat itu.
Maafkan Mbak Adlien ya Qihe.. 🙁
Perpisahan
Sepulangnya Faqiha ke Indonesia ia masih menjalani proses kemoterapi. Ia sempat masuk rumah sakit untuk diberikan infus. Efek dari kemoterapi pun terlihat, ia divonis terkena kanker darah. 🙁
Ya Allah.. Kami sudah berusaha..Namun ternyata, Allah SWT lebih menyanyanginya. Pada tanggal 21 Maret 2018, ia dipanggil ‘pulang’ oleh Allah SWT. Setelah berjuang selama beberapa bulan dalam penyakitnya.Ia mengajarkan saya banyak hal, salah satunya tetap ceria walaupun sedang ditimpa kesulitan.
Faqiha adalah salah satu role model dalam hidup. Tetap berusaha keras walaupun sesulit apapun. Paling tidak ia sudah berjuang.Anak ini mengimami benar kata-kata Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia
“Kita sudah melawan, Nak sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya,”
Dan tulisan ini merupakan kenangan tentang Faqiha yang telah penuh dengan perjuangan, air mata, bahkan darah untuk melawan kankernya.
Terima kasih Faqiha, telah banyak memberikan kisah dalam hidup Mbak Adlien. Semoga Allah SWT mempertemukan kita di surgaNya..
Al Fatihah..
Ditulis di kamar memperingati Hari Kanker Sedunia 4 Februari 2021
23:34 WIB, Jumat 5 Februari 2021
sambil mengenang banyak tentang memori bersama Faqiha..
Maaf ya Qihe, Mbak Adlien nangis ketika mengetik cerita ini. Terima kasih sudah menjadi saudara yang baik. Allah SWT sayang sama Qihe..