Masa lalu saya adalah milik saya,masa lalu kamu adalah milik kamu,tapi masa depan adalah milik kita –Bacharudin Jusuf Habibie (BJ. Habibie)
Ah, hidup ini indah ketika kita bertemu dengan pasangan hidup kita. Seseorang yang akan menemani kita, baik dalam suka maupun duka.
Ini adalah kisah perjalanan cinta seorang Presiden ke 3 Republik Indonesia, BJ Habibie. Beliau yang lahir di Pare-pare puluhan tahun silam, memiliki tekad yang kuat sebagai seorang insinyur pesawat terbang. Ibundanya pergi meninggalkan Pare-pare dan berbisnis di Bandung. Habibie kecil ikut diboyong oleh ibunya kesana.
Masa kecilnya yang sederhana digambarkan unik dalam film ini. Ia bermusuhan dengan seorang perempuan, Ainun namanya. Kulitnya hitam manis, karena itu Rudi (panggilan Habibie) selalu mengejeknya dengan kata “Gula Jawa”.
Table of Contents
Dipercepat—–
Rudi pun kuliah di Jerman, dan ketika liburan ia kembali lagi ke Bandung. Habibie dewasa diperankan oleh Reza Rahardian.
Sesampainya di Bandung, ia digambarkan datang ke rumah Ainun. Terdengar suara mesin jahit dari pintu masuk. Habibie datang menghampiri sumber suara itu, dan kaget mendapati seorang perempuan cantik. Ainun berubah menjadi gadis yang sangat ayu, diperankan oleh Bunga Citra Lestari. Habibie pun kaget dan berujar “Gula jawa telah berubah jadi gula pasir, rupanya”. Sontak semua penonton pun ikut tertawa.
Kehidupan Ainun pun berputar ketika Rudi datang melamarnya. Mereka berdua langsung terbang ke Aachen, Jerman, Rudi menyelesaikan studinya disana. Ia bekerja sebagai seorang engineer dan berhasil menemukan teori Crack Habibie (hal ini yang membuatnya terkenal di Jerman hingga saat ini).
Ainun pun melahirkan anak pertama, dan lika-liku hidup mereka semakin terasa. Yang membuat saya terharu ketika Habibie mengirim surat kepada pemerintah Indonesia untuk mengabdikan diri, ia ditolak mentah-mentah. Negara belum bisa membangun sebuah industri kapal terbang.
Akhirnya Ainun memiliki anak lagi, tapi itu adalah anak terakhirnya. Karena dokter memvonis ia menderita kanker ovarium yang mengharuskan ovariumnya diangkat. Pasca operasi, ia meneruskan hasratnya sebagai seorang dokter. Ia pun diterima bekerja sebagai dokter anak di Jerman.
Namun tak berapa lama, Habibie dipanggil untuk bekerja di Indonesia. Mengembangkan pesawat buatan anak Indonesia! Ia pun memutuskan untuk pulang ke tanah air tanpa Ainun dan anak-anak.
Kembali ke Indonesia
Beberapa tahun kemudian, Ainun datang ke Indonesia. Menemani Habibie yang diangkat menjadi menteri (saya kurang tau jadi menteri apa). Ainun disini menderita sakit, tapi ia tidak dirawat, hanya diperiksa oleh Dr. Arlies, seorang sahabatnya. Ia tak mengaku kepada Habibie tentang sakitnya. Karena ia merasa Habibie lebih dibutuhkan oleh negara dan tak mau mengganggu konsentrasinya.
Habibie berhasil membangun Industri Penerbangan di Bandung. Saat itu, Gatotkaca N250 berhasil menjadi pesawat pertama buatan anak bangsa. Subhanallah! Semua bangsa Indonesia berbangga pada saat itu. Soeharto pun datang pada saat peresmian N250. Yang membuat saya sedih, saat ini kita tidak bisa berbangga bahwa kita punya pesawat sendiri. Hikkzz..
Kehidupan rumah tangga mereka semakin matang, ketika tahun 1997, Habibie diangkat sebagai Presiden ke 3 Republik Indonesia menggantikan Soeharto. Ainun semakin memperhatikan kondisi Habibie yang setiap hari hanya tidur selama 1 jam. Saat itu, kondisi Indonesia sedang carut marut, pasca turunnya Soeharto dari tahta. Belum lagi Timor-timor yang meminta kemerdekaannya.
Akhirnya Habibie memutuskan untuk tidak meneruskan jabatannya sebagai presiden. Ia pun kembali berbulan madu di Jerman. Hari-hari Habibie dan Ainun digambarkan sangat mesra, sampai-sampai semua orang merasa iri. (termasuk gue.. hahah)
Saat Ainun sakit
Pada tahun 2010, Ainun harus dibawa ke rumah sakit. Ia tiba-tiba jatuh sakit, dan dokter memvonis kanker ovarium. Habibie meradang. Ia meminta rujukan untuk operasi di Jerman. Operasi pertama tidak berhasil, karena kanker sudah menjalar dimana-mana. Operasi pun dilakukan hingga sembilan kali, namun tak kunjung membuahkan hasil. Dr Arlies, sahabat Ainun pun menegur Habibie untuk mulai memikirkan proses pemakaman Ainun.
Pada akhir cerita, Habibie pun berdoa di atas kepala Ainun sambil menangis. Ia berdoa kepada Allah SWT bagaimana wujud cintanya kepada Ainun.
“Ya Allah, terima kasih engkau telah menciptakan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya,” …..
Habibie pun merelakan Ainun pada tanggal 10 Mei 2010, dan itulah sebuah perjalanan cinta selama 48 tahun… Sedikit lagi adalah ulang tahun pernikahan emas, tapi Allah SWT lebih mencintai ibu Ainun, semoga almarhumah diterima disisiNya… amin ya rabbal alamin…
Komentar Penonton (gue sendiri):
Reza Rahardian berhasil memerankan sosok Habibie dengan sangat kuat! Tapi sayang Bunga Citra Lestari masih kurang greget pada memerankan sosok Alm Ibu Ainun. Semestinya lebih penghayatan, karena cerita ini berputar di tokoh Habibie dan Ainun. Untungnya Reza mainnya mantap banget, mulai dari gaya bicara, gaya jalan, bahkan gaya kikuk Pak Habibie. 😀
Two thumbs up buat Reza Rahardian. heheh
ditulis di kamar setelah nonton bareng sama Tante Elmi, Ghea, dan Arif di Mtos (24/12/2012)