Cerita Liziqi, seorang vlogger yang menjalani kehidupan sebagai petani. Ia mengajak kita untuk mengenali bagaimana seorang petani bisa menghidupi dirinya dengan berkah alam disekitarnya.
Trek. Trek. Trek.
Buk. Buk. Buk.
Sret. Sret. Sret.
Suara daun bawang dipotong.
Suara adonan roti ketika diuleni.
Suara okra ketika diiris.
Itulah suara yang bisa dengar saat menonton video Youtube seorang Liziqi. Wanita yang menjadi seorang vlogger dengan keahlian memasak mumpuni. Ia memiliki keistimewaan dalam melakukan setiap adegan masaknya. Namun bukan hanya itu yang menjadikan konten videonya istimewa.
Table of Contents
Makanan dari Tangan Pertama
Jika kalian mengikuti konten video Li Ziqi sejak tahun 2017, kalian akan melihat bagaimana kehidupan seorang Li Ziqi dalam membuat bahan makanannya sendiri. Ia mulai dari menyaring tanah, menyemai bibit, lalu menanam. Setelah itu ia akan mulai menyiram. Lalu proses terakhir adalah memanen makanan.
Sebagai penonton, kita diajak melihat bagaimana proses bahan makanan hingga ada di meja makan. Ia melakukan semuanya sendiri. Dengan pengambilan gambar yang apik, membuat kita terbuai dalam alur cerita yang ia tawarkan.
Misalnya saja videonya yang berjudul The Life of Okra. Kita akan diajak untuk melihat bagaimana okra bisa berada di meja makan. Kapan baiknya okra mulai ditanam, kapan okra harus mulai diambil. Lalu bagaimana cara penyajian okra yang baik. Tak hanya itu, Liziqi juga memberikan resep dengan bahan alami di dalam setiap videonya.
Makanan yang dia buat, di akhir video akan dimakan bersama oleh sang nenek yang tinggal bersamanya.
Makanan Tak Perlu Plastik
Liziqi mengajak kita untuk berpikir bagaimana seharusnya manusia hidup. Awalnya tak pernah ada plastik, namun sejak proses makanan semakin panjang, semakin dibutuhkan banyak hal tambahan. Misalnya saja plastik untuk membungkus bibit, plastik untuk membungkus sayuran, plastik untuk membungkus bumbu-bumbu, plastik untuk membungkus buah-buahan.
Tak hanya itu, manusia pun mulai menciptakan bahan pengawet. Hal ini dikarenakan, tempat produksi sebuah makanan semakin jauh dari komunitas manusia. Tengok saja para petani yang kebanyakan tinggal di desa, sedangkan konsumen yang memakan hasil tani tinggal di perkotaan. Ada proses pasokan makanan yang semakin panjang saat ini.
Jika manusia memakan makanan langsung dari kebun, semakin pendek rantai proses yang dibutuhkan. Manusia tak perlu membuat plastik untuk membungkus makanan. Manusia tak butuh bahan pengawet agar bisa makan karena alam telah menyediakan.
Saya dan Arif ketika menonton salah satu videonya baru sadar jika Liziqi tak menggunakan plastik sama sekali dalam melakukan proses memasaknya. Ia lebih banyak menggunakan botol kaca untuk memfermentasi anggur, membuat sambal tomat, atau menyimpan butiran lada.
Mengenali Alam, Sebuah Khazanah Kehidupan
Dalam setiap video Liziqi, kita diajak untuk memerhatikan musim tanam. Misalnya Okra akan tumbuh di musim panas dan bibitnya harus mulai disemai sejak awal tahun. Atau tentang anggur yang ditanam saat Januari dan tumbuh di bulan Agustus. Atau gandum yang mulai disemai saat musim penghujan Oktober dan mulai dipanen saat musim semi.
Sebuah pengetahuan yang sangat sulit kita dapatkan di bangku pendidikan. Karena banyak orang yang menganggap bahwa pengetahuan seperti ini tak mungkin akan digunakan di dalam kehidupan. Saya juga baru belajar akhir-akhir ini ketika sedang pandemi. Karena saya rencananya ingin mencoba menjadi petani untuk diri sendiri.
Wanita ini digambarkan hidup bersama neneknya, sehingga jarang sekali ada percakapan dalam semua videonya. Paling banter percakapan memanggil neneknya makan atau berbicara dengan tante yang tinggal dengannya.
Cerita Pahit Petani
Kalau membaca beberapa informasi di internet, Liziqi meng-hire 3 orang dalam melakukan pengambilan gambarnya. Saat ini liziqi telah memiliki 12 juta pengikut, termasuk saya di dalam salah satunya. Heheh. Banyak info yang mengatakan bahwa ia mendapatkan uang dari monetisasi Youtube nya, namun banyak spekulasi yang mengatakan bahwa ia lebih kepada menjual saus dan mie. Liziqi dianggap menjadi salah satu Youtuber sukses dan menghasilkan pundi-pundi uang darinya.
Cerita Liziqi tidak bisa disamakan dengan petani di Indonesia yang kadang memiliki cerita lebih sedih.
Saya jadi ingat ketika saya mengunjungi petani di daerah Puncak Bogor. Mereka bersusah payah agar bisa hidup dengan layak. Tak jarang mereka pun berutang sana sini demi bisa memenuhi kebutuhan bercocok tanam. Untungnya ada beberapa pemberi pinjaman tanpa harus membuat petani semakin tercekik.
Petani ini kadang terjerat hutang dengan tengkulak sehingga harus menjual murah hasil panennya. Sedih. Belum lagi jika hasil panen tidak dihargai sesuai dengan kerja kerasnya. Tak hanya itu, resiko gagal panen karena hama atau bencana juga menghantui para petani.
Penutup
Mari bantu petani dengan membeli produk lokal di pasar-pasar tradisional. Ingat selalu bawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik.
ditulis di Tajurhalang
23:16 WIB 11 Januari 2021
sambil denger lagu Day and Night – Start Up OST