penutupan acara Master Pedia |
MasterPedia, Cahaya di Sudut Terminal Kota Depok. Apa keputusan paling besar yang kamu ambil ketika berumur 16 tahun? Membeli buku seharga 200 ribu? Menginap di warnet selama tiga hari dua malam? Banyak diantara kita yang tidak mengambil keputusan terbesar dalam hidup. Karena masih nyaman dalam lingkungan rumah dan belum mau beranjak kemana-kemana.
Namun beda halnya dengan Uswanti, ia pergi dengan cita-cita yang besar mengadu nasib ke kota. Setelah lulus SMP, ia memutuskan untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga di Depok. Sejak Januari, ia sudah berangkat dari kampung halamannya di Pemalang demi mencukupi kehidupan sehari-harinya. Anak kedua dari tiga bersaudara ini sudah tidak memiliki ibu sejak ia kecil. Bapaknya menikah lagi. Ia pun merasa memiliki tanggung jawab untuk dirinya dan adiknya.
Di sela kesibukan pekerjaannya, ia menyimpan mimpi menjadi seorang pengajar. Karena itu sejak Maret 2015, ia mendaftar menjadi salah satu murid Masjid Terminal (Master). Sebuah sekolah bagi kaum marjinal yang terletak di Terminal Depok. Uswanti menjadi salah satu dari ratusan siswa yang terdaftar di sekolah ini.
Setelah lelah bekerja dari pagi hingga sore, ia berangkat ke sekolah Master malam hari. Di saat anak-anak seumurannya istirahat setelah sekolah, ia malah berangkat sekolah. Walaupun letih namun ia tetap berangkat. Setiap malamnya, ia bersama 30an anak lainnya yang memiliki mimpi yang sama. Menjadi orang yang lebih baik lagi.
kegiatan MasterPedia |
penandatanganan petisi |
Selain Uswanti, masih banyak cerita kehidupan yang sama dan mereka bernaung di bawah panji sekolah Master. Pengamen anak, pedagang anak, asisten rumah tangga anak, mantan copet anak, dan lainnya ikut belajar di sekolah Master. Pak Rohim, sang penggagas Master ini mengatakan bahwa masih banyak anak yang butuh pendidikan, namun pendidikan saat ini sangat sulit dijangkau bagi kaum marjinal. Karena itu ia mendirikan sekolah ini ditengah-tengah Terminal Depok, sebuah tempat yang identik dengan kejahatan. Ia berusaha meyakinkan masyarakat marjinal untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah Master.
alumni bersama guru |
Sekolah yang berdiri sejak 15 tahun yang lalu ini telah berhasil meluluskan 5000 alumni setingkat SMA. Mereka mendapatkan pengajaran dari para guru dan relawan yang tanpa lelah mengajar anak-anak ini. Ada kelas siang dan kelas malam yang setiap harinya penuh oleh anak-anak yang penuh semangat. Mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA ada di sekolah Master ini.
Berita baiknya adalah Sekolah Master berhasil membawa banyak lulusan menjadi murid di perguruan tinggi negeri. Ada lulusan yang berhasil ke Rusia, Malaysia, tak hanya itu beberapa dari mereka masuk dan terdaftar sebagai penerima beasiswa di Universitas Indonesia dan Universitas Negeri Jakarta. Sebuah prestasi yang membanggakan.
Namun saat ini sekolah Master mengalami masalah besar. Hal ini dikarenakan salah satu pengembang properti ingin mendirikan apartemen di kawasan sekolah Master. Selain itu pihak Pemkot Depok terkesan setuju dengan pihak pengembang. Karena itu bangunan TK Sekolah Master sudah dirubuhkan. Dari lahan seluas 6.000 m2, 2.000 m2 sudah dirubuhkan, karena itu Pak Rohim bersama segenap alumni dan siswa Master menolak penggusuran ini.
pembacaan puisi oleh salah satu alumni |
talkshow bersama alumni Master |
MasterPedia adalah bentuk penolakan mereka atas kesewenangan para pemilik modal. Dengan menggandeng beberapa komunitas, seperti BEM Universitas Indonesia dan BEM Universitas Negeri Jakarta hadir dalam acara MasterPedia. Dalam acara ini ada beberapa item menarik, seperti talkshow dengan alumni Master yang sudah berhasil memasuki jenjang karir dan masuk dalam perguruan tinggi. Hal ini menarik minat siswa untuk terus belajar dan tidak putus sekolah.
Saya salut dengan kerjasama para alumni dan siswa Master untuk tetap mempertahankan sekolah mereka. Dimana disana mereka mulai merajut mimpi, dari kepingan kecil hingga menja
di puzzle besar. Tak hanya Uswanti, masih banyak anak lain yang memiliki mimpi dan pertaruhan besar di sudut kota ini.
di puzzle besar. Tak hanya Uswanti, masih banyak anak lain yang memiliki mimpi dan pertaruhan besar di sudut kota ini.
Dan salah besar jika kita tidak melakukan perlawanan demi menjaga api mimpi mereka tetap hidup. Apabila ada keinginan untuk membantu, kamu bisa menyalurkan bantuan kamu ke no rekening Bank Mandiri 1570004568912 a.n Dzulfikar Akbar Cordova . Konfirmasi donasi ke nomor 085774195390 (Dodo)
Semangat!!
#savemaster #masterpedia
abaikan yang disebelah kiri |
Ditulis di salah satu sudut Stadion Gelora Bung Karno
9:18, Selasa, 22 September 2015
2 Responses
kasian banget, kok tega mau menggusur sih 🙁
pemilik modal kan seringkali bersikap seperti itu kak. 🙁