If you’ve only seen Paris through movies, it will probably disappoint you. Before you go, reset your expectations!
Menikmati Paris dalam kacamata film selalu menggambarkan sebuah kota yang sangat romantis. Indonesia sendiri memiliki sebuah film yang membuat kisah romantisc di Paris, Eiffel I’m in Love judulnya. Film keluaran tahun 2003 ini memberikan gambaran tentang Paris sebagai tempat yang romantis.
Dengan pikiran yang sama, saya pun menjejak di Paris. Perjalanan tujuh jam saya tempuh dari Arnhem pada pukul 23.55. Satu hari lagi tahun akan berganti. Dengan harapan mendapatkan keriuhan tahun baru yang berbeda, saya berangkat bertiga.
Ketika tiba di Paris langit masih muram, padahal jam tangan menunjukkan waktu sekitar 7.50. Kami tiba di Terminal Bis Paris Bercy Seine, hampir mirip dengan terminal bis di Indonesia. Bau pesing menguar, walaupun tidak ada pedagang asongan. Tapi muramnya langit juga seperti muram di dalam terminal bis ini. Saya merasa seperti di terminal bis di Indonesia, banyak orang yang merokok tanpa memperdulikan tanda larangan ‘dilarang merokok’.
Terminal bis ini melayani antara jempur penumpang bagi perusahaan FlixBus dan Oui. Ada sekitar 50 terminal bagi bis yang datang dan pergi. Sehingga terminal ini tak pernah sepi dan penumpang.
Keluar dari terminal, kami disuguhkan jalanan yang becek dan berlumpur. Untuk menuju stasiun Metro Bercy, kami harus berjalan sekitar 15 menit. Antrian panjang memasuki Metro sempat kami temui. Akhirnya setelah mengantri untuk membeli day ticket, kami pun menuju stasiun Metro Gare Cite de Universitaire.
Table of Contents
Pengemis di Metro
Ketika masuk ke dalam Metro dan mendapatkan tempat duduk. Tiba-tiba ada seorang bapak yang menggendong anak menyodorkan sebuah amplop. Ia berbicara dalam bahasa Perancis yang tidak kami pahami. Kami berpandang-pandangan cukup lama. Ia pun meletakkan amplop di atas pangkuan saya. Ia melakukan hal yang sama dengan penumpang yang lain. Berkomunikasi lewat mata sendu dan berbicara dengan perlahan.
Kemudian ketika sampai di ujung gerbong, ia berbicara lagi. Dan mulai mengambil amplop yang ia letakkan di pangkuan penumpang. Setelah semua amplop terkumpul, ia berbicara lagi. Ketika tiba di stasiun berikutnya, ia keluar. Mengelus kepala anaknya yang terbangun dan pindah ke gerbong berikutnya. Ternyata fenomena pengemis ada disini.
Ketakjuban saya tak berhenti disitu. Sebelum mencapai stasiun yang kami tuju, banyak orang yang saya temui dan tidur di pinggir jalan. Mereka hanya beralaskan kardus dan selimut panjang. Sebuah gelas sterofoam tergeletak di depannya. “Please Help” dalam bahasa Perancis.
Ada juga seorang ibu-ibu yang menyelimuti dirinya dengan selimut panjang. Ia membungkuk dengan tangan terjulur kedepan. Berharap orang memberinya uang untuk menyambung hidup ke depannya. Sama seperti orang disebelahnya, ia juga meletakkan gelas sterofoam di pinggir tangannya. Sedih..
Sampah dan Puntung Rokok dimana-mana bahkan Tai!
Saya pikir, saya akan menemukan sebuah kota yang bersih disini. Ternyata saya salah, ada banyak puntung rokok yang tersebar dimana-mana. Sampah menjadi masalah jika sebuah kota menjadi tourist attraction. Karena para pengunjung membawa kebiasaan buruk mereka dari negaranya ke Paris. Jadi saya masih bisa membayangkan bagaimana orang-orang dari bermacam negara membawa kebiasaannya untuk merokok di public space dan membuang sampah sembarangan. Oia, tentang tai, saya akan ceritakan di bagian bawah. 😛
Publik Toilet Jarang, Kurangi Minum Air
Tapi yang paling saya benci dari Paris adalah kurangnya Public Toilet. Jadi jangan heran jika ada bau pesing yang menguar dari pinggir jalan. Dan parahnya adalah ketika saya benar-benar ingin pipis dan tidak menemukan toilet publik. Kita harus masuk restoran atau kafe jika ingin mendapatkan toilet. Disaat genting seperti itu saya menginjak tai manusia di jalanan Paris. Yes, Tai Manusia! Pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan tentang Paris. Haha.
Menurut banyak sumber, karena jarangnya public toilet, orang-orang homeless bisa buang air sembarang di jalanan. Makanya tak heran jika Paris agak bau pesing.
Jadi saran saya selama strolling around di kota Paris adalah minum air secukupnya. Karena kalau jalan-jalan dengan budget rendah, pipis di restoran bisa menguras kantong. Atau carilah mini market express dan belajarlah bahasa Perancis untuk numpang pipis di WC nya hehe. 🙂
Hati-hati Pencopet!
Ini adalah warning yang paling penting jika kalian ingin datang ke Paris. Letakkan handphone dan dompet di tempat yang aman. Selain itu kurangi bawa uang cash. Jika bepergian dalam satu hari usahakan bawalah uang yang cukup untuk masuk ke tempat-tempat yang berbayar dan makan ketika jalan-jalan. Tapi jangan bawa uang berlebih.
Jauhi kerumunan yang banyak orang. Biasanya pencopet bergerak di tempat-tempat seperti ini. Jadi, hati-hati dengan barang bawaan. Lebih baik bawa satu tas kecil yang bisa kalian perhatikan dengan baik.
Hindari orang-orang yang menawarkan sesuatu
Ada beberapa pedagang yang mengajak kita berbicara bahasa Indonesia. Jangan heran ketika mampir di Eiffel atau Musee de Louvre ada pedagang yang menawarkan barang dalam bahasa Indonesia. “Satu Euro Lima biji saja” atau “Selamat Datang, lima biji 1 euro saja”. Ketika kita sudah terperangkap untuk berbicara dengannya, mereka akan terus mengejar kita sampai kita membelinya. Jadi kalau tidak tertarik membeli lebih baik abaikan saja. 🙂
Jadi, Paris Itu Bagai Dua Sisi Mata Uang
Bagi saya Paris tidak seromantis yang ditampilkan oleh film. Ia sama dengan kota biasa. Orang-orang berseliweran untuk bekerja, belajar, dan mencari nafkah. Sisi romantis bisa didapatkan hanya di tempat-tempat tertentu. Jadi kalau pergi ke Paris dengan ekspektasi seperti yang ditampilkan di film, segera hapus ekspektasimu. 🙂 Kalian akan membuat ekspektasi sendiri tentang Paris.
ditulis di Asserpark
12:52 CET Sunday, 7 January 2018
sambil denger lagu Puisi – Jikustik
6 Responses
Deuhh, gak kebayang nginjak kotoran manusia di Paris. Temanku yang orang Jepang pernah kecopetan juga di sana. Dia sampai sumpah2 dan bilang kalau paris is the worst country he ever visit. Kontras banget ya dengan foto2 kece depan Eiffel yang sering berseliweran di instagram 😅
Bahkan negara semaju itu masih banyak pengemis dan kurang fasilitas publik ya
iya kak. gak seperti yang saya pikir sebelumnya hehe.
kalau ak, paris mungkin bukan salah satu negara yang akan saya kunjungi dua kali hehe. cukup satu kali. 🙂
hehehe aku juga ngerasa gini waktu 4 tahun lalu ke sana….ternyata gak seindah yang dibayangkan 😀