Bagaimana persiapan orang tua dengan metode pembelajaran baru di saat pandemi berlangsung? Apakah semua orang tua sudah siap? Apa saja yang dibutuhkan oleh orang tua?


Berita tentang COVID-19 di Indonesia semakin santer terdengar. Awalnya virus yang tersebar luas di Wuhan, China, lalu akhirnya terbawa ke Indonesia. Pemerintah mengumumkan bahwa tanggal 2 Maret 2020 menjadi kali pertama COVID-19 mewabah di Indonesia. Penentuan status sebagai pandemi global pun dilakukan oleh WHO pada tanggal 12 Maret 2020 karena transmisi virus yang semakin menggila.

Ketika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar mulai diterapkan di berbagai daerah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pun juga ikut membuat kebijakan baru. Sebuah hal yang tak pernah diprediksi sebelumnya : Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau pembelajaran secara dalam jaringan (daring) di sekolah yang masuk dalam zona merah maupun kuning.

Perubahan sekolah konvensional

Sekolah konvensional yang kita kenal selama ini adalah orang tua memberikan hak asuh penuh kepada guru terhadap anak-anak mereka. Orang tua mengantarkan anak ke sekolah lalu berharap agar guru yang memberikan informasi dan pengajaran yang baik kepada anak-anaknya. Lalu mereka akan bertemu dengan anak-anaknya saat pulang dari sekolah. Bertanya tentang apa yang dipelajari di sekolah dan bagaimana kondisi anaknya saat di sekolah. Orang tua baru akan berkomunikasi dengan guru saat pembagian raport atau ketika anaknya dianggap bermasalah.

sekolah konvensional sumber : Batampos.co.id
sekolah konvensional sumber : Batampos.co.id

Kondisi sekolah konvensional seperti ini harus berubah saat pandemi datang. Orang tua didapuk sebagai ‘guru’ bagi anak-anaknya. Proses pengajaran yang biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki kapasitas, tiba-tiba dialihkan oleh orang yang mungkin saja tak mengenyam bangku pendidikan.

Masalah pun timbul dalam proses perubahan yang sangat tiba-tiba. Orang tua yang biasanya bekerja harus dihadapkan dengan proses ajar mengajar yang tak pernah mereka lakukan sebelumnya. Orang tua menjadi kesulitan membagi waktu kerja dan sekolah anak. Hal ini menimbulkan banyak kegagapan orang tua yang tak bisa serta merta bisa disalahkan.

Kendala Orang Tua

Orang tua yang memiliki kadar kemampuan dalam memahami pelajaran juga tak dianggap menjadi salah satu factor.  Tapi keberhasilan proses belajar mengajar jarak jauh sangat dipengaruhi oleh sisi orang tua. Karena orang tua menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasil proses pembelajaran jarak jauh.

Selain masalah pendidikan masih banyak faktor eksternal seperti gagap teknologi kebanyakan orang tua, kurangnya fasilitas elektronik di setiap keluarga, tak tersedianya sinyal di daerah, ataupun ketidakmampuan orang tua untuk mengikuti pelajaran anak.

Kisah mengenai anak yang tidak memiliki handphone untuk belajar menjadi kisah lumrah yang sering kita dengar. Tak hanya satu dua kasus, tapi sebagian besar orang tua di daerah tak mampu membelikan anaknya hp yang bisa sesuai dengan standar belajar. Padahal adanya perangkat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar seperti ini.

Gagap Orang Tua dalam Mengajari Anak di Rumah

Proses belajar mengajar di dalam rumah bukan berarti tanpa kendala. Anak yang biasanya diasuh oleh seseorang yang telah berpengalaman, tiba-tiba diajar oleh orang yang tidak memiliki background pendidikan.

Mengajar seorang anak, bisa jadi mudah bagi sebagian orang, namun bisa jadi sangat sulit bagi orang lain. Seperti yang kita ketahui bersama, tingkat pendidikan di Indonesia tidak merata. Selain tingginya angka putus sekolah, kurangnya sarana fasilitas belajar mengajar juga tak sepenuhnya merata di Indonesia.

Tak ayal jika orang tua yang memiliki anak pun memiliki kadar perhatian untuk menemani anak belajar juga beragam. Ada yang mampu bersabar mendengarkan arahan guru, ada juga yang memilih untuk menyerah dalam mengajari anaknya.

Sudah berapa video yang terpublikasi mengenai seorang ibu yang memukuli anaknya karena tak paham dengan pelajaran. Bahkan puncaknya adalah ketika sebuah berita yang mencengangkan seorang ibu kandung tega membunuh anak perempuannya sendiri. Pembunuhan dikarenakan anak perempuannya dianggap tak paham dengan pelajaran yang ia ajarkan. Karena emosi, ia pun memukul anaknya dan membuatnya kehilangan nyawanya.

Dampak Negatif bagi Anak Didik

Kisah diatas merupakan salah satu contoh dari poverty learning atau kekurangan yang bisa dialami anak didik.  Menurut penjelasan Bapak Jumeri Paudasman dalam Webinar 7 Seri Sinergi Pembelajaran Kondisi Khusus ada beberapa hal yang bisa berdampak buruk bagi peserta didik jika pembelajaran jarak jauh dilaksanakan, yaitu :

  1. Anak didik terancam putus sekolah. Hal ini didasari oleh kebutuhan keluarga yang semakin meningkat namun pendapatan menipis. Bisa saja orang tua meminta anak untuk ‘menambah’ pemasukan keluarga.
  2. Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar anak. Terutama untuk anak dari sosio ekonomi yang berbeda. Untuk mendapatkan pembelajaran daring, mereka harus berusaha mendapatkan kuota ataupun tempat belajar layak. Padahal untuk memenuhi kebutuhan perut saja mereka sudah kewalahan. Berbeda dengan anak didik yang memiliki fasilitas memadai untuk belajar.
  3. Kekerasan pada anak meningkat secara signifikan saat pemberlakukan pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kekerasan pada anak secara verbal sebanyak 62% dan kekerasan fisik mencapai 11%. Hal ini terjadi karena orang tua mengalami beban dalam melakukan pembelajaran jarak jauh
  4. Resiko Learning Loss. Merunut dari penjelasan Pak Jumedi mengenai Learning Loss hal ini diakibatkan pada perbedaan lingkungan belajar. Sebuah studi mengatakan bahwa pembelajaran di kelas menghasilan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan dengan PJJ.
  5. Ketika anak tidak lagi datang ke sekolah, maka terdapat peningkatan resiko untuk adanya pernikahan dini, eksploitasi anak, terutama perempuan dan kehamilan remaja. Karena tak ada lagi ‘batas penghalang’ dari stigma masyarakat.

Pembelajaran yang Disarankan oleh Kemdikbud

Mengutip dari laman Instagram milik Badan Penelitian, Pengembangan, dan Perbukuan Kemendikbud, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua saat mendampingi anak belajar jarak jauh.

  1. Orang tua mampu membantu anak agar ia dapat belajar dengan aman serta efektif. Hal ini bisa dilakukan di rumah maupun di sekolah, baik secara luring maupun daring. Karena saat ini sedang pandemik, karena itu jangan lupa untuk mempraktekkan protokol kesehatan baik sebelum maupun sesudah belajar.
  2. Memberikan semangat anak untuk belajar secara daring. Karena kebanyakan anak merasa bahwa belajar daring merupakan kegiatan yang membosankan. Sehingga kemampuan fokus anak menurun, karena itu suasana rumah harus mendukung. Orang tua dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, misalnya memberikan ruangan khusus agar proses belajar tidak terdistraksi.
  3. Menghubungi Guru Sekolah jika ada yang ingin ditanyakan. Saat ini sudah banyak sekolah yang meminta untuk guru ikut aktif dalam membantu orang tua dalam menemani anak belajar secara daring. Selain itu adanya Kelompok Kerja Guru (KKG) yang siap membantu dalam proses belajar mengajar

Tips untuk Orang Tua

Selain dari ketiga hal tersebut ada beberapa tips yang saya coba rangkum dari website pendidikan termasuk dari salah satu pemateri pada Webinar 7 yaitu :

  1. Mulai melakukan planning agar anak tak bosan belajar daring. Orang tua memiliki kewajiban untuk membuatkan jadwal belajar anak. Berikanlah informasi yang memadai tentang kelas yang akan dimulai dan selalu catat kapan waktu selesai kelas
  2. Batasi penggunaan smartphone selain dari proses kegiatan belajar mengajar. Waktu dengan smartphone harus dibuat seminimal mungkin jika bukan untuk urusan akademik. Orang tua bisa menggunakan permainan untuk menarik minat anak selain bermain smartphone.
  3. Ikut memonitoring komunikasi antara guru dan anak. Hal ini membuat orang tua turut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
  4. Ikut membantu mengorganisir tugas daring dan memberikan instruksi jika perintah dari guru masih belum jelas.
  5. Mengingatkan agar anak mengambil jeda dalam kegiatan kelas. Entah dalam bentuk berdansa, melompat, ataupun olahraga ringan.
  6. Memberikan asupan bergizi selama pembelajaran, serta mengingatkan anak untuk terus minum air putih.
  7. Membuat kurikulum ramah anak selain dari kurikulum yang diberikan sekolah. Misalnya ikut membantu Ibu memasak di dapur, membantu menyiram tanaman, merapihkan rumah atau menyiapkan makanan sendiri.

Inisiatif dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Daring

Orang tua bisa melakukan pembelajaran jarak jauh jika didukung oleh komunitas. Salah satu inisiatif yang bisa membantu para orang tua adalah pembuatan modul belajar. Hal ini yang telah dilakukan oleh Forum Komunikasi Kelompok Kerja Guru (FKKG) Kota Tasikmalaya. Mereka membentuk Modul Belajar Dari Rumah (BDR) yang disiapkan sebagai salah satu solusi untuk pembelajaran siswa dirumah.

Modul Belajar Dari Rumah (BDR) yang diinisiasi Forum Komunikasi Kelompok Kerja Guru (FKKKG) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya disinyalir menjadi solusi untuk untuk pembelajaran siswa di rumah. Modul yang resmi dirilis pada 13 Juli 2020, bertepatan dengan masuknya tahun ajaran baru 2020/2021, menjadi inisiatif para guru yang miris dengan kondisi pendidikan saat pandemi.

Dikutip dari situs berita Gemamerita.com, Purnomo Saputro, M. Pd Ketua FKKKG Kota Tasikmalaya menjelaskan, bahwa modul pembelajaran lahir berawal dari komplainnya para orang tua siswa akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan seluruh aktifitas belajar-mengajar di rumah atau via daring.

Anak Murid tak Perlu Gadget

Modul ini ini berisi dari hal-hal esensial yang harus disampaikan kepada siswa. Pak Purnomo juga menyampaikan bahwa di dalam modul ini mereka mencoba menyederhanakan pembelajaran dari semester sebelumnya. Lalu ada kecakapan hidup, mempelajari sikap dan karakter siswa, pelibatan orang tua, dan mudah dilaksanakan oleh orang tua dan siswa untuk belajar di rumah.

Cara kerja Modul BDR ini sangat simpel. Guru membuat modul yang bisa diprint oleh anak murid. di dalam modul tersebut ada tugas yang akan dikerjakan selama seminggu ke depan. Lalu di minggu depan, guru akan datang menjemput tugas-tugas yang telah dikerjakan oleh anak murid selama seminggu ke depan. Kontak manusia bisa diminimalisir, namun pembelajaran tetap berjalan.

Dia menuturkan dengan adanya modul tersebut, yang biasanya siswa mengerjakan tugas melalui daring, sekarang siswa dapat mengerjakan tugasnya secara manual. Mereka tinggal mengantar hasil pengerjaan tugasnya tersebut ke sekolah oleh orang tua ditujukan kepada guru siswa yang bersangkutan.

Desa Digital

Selain itu ada juga inisiatif masyarakat Desa Sepakung. Desa digital yang terletak di ketinggian 1200 mdpl Kabupaten Semarang, ini membuat jaringan internet di desanya. Padahal untuk masuk ke desa butuh waktu yang lama, namun anak-anak di desa dapat jaringan internet secara penuh. Anak-anak diberikan akses internet gratis 24 jam dengan memanfaatkan dana desa.

Sehingga para orang tua tidak dibebankan dengan biaya kuota internet yang lumayan membuat anggaran belanja bertambah.

Inisiatif ini menjadi salah satu terobosan yang sangat cocok dilakukan di Indonesia, mengingat masih terbatasnya akses kepada masyarakat. Pembuatan Modul BDR atau patungan wifi ini diharapkan bisa mencapai daerah-daerah lainnya. Semoga saja.

Kesimpulan

Dalam tulisan ini saya melihat berbagai perspektif dalam mengajari anak di rumah. Tak ada salahnya orang tua mempelajari lebih banyak mengenai proses pengajaran daring agar tak gagap ketika mengajari anak. Guru juga bisa melakukan inisiatif seperti BDR agar bisa memiliki work life balance yang tak membuat stress. Serta pemerintah yang bisa membantu memberikan akses fasilitas kepada masyarakat seperti pengadaan wifi gratis di desa-desa sepeti yang telah dilakukan di Desa Sekapung, Jawa Tengah.

Semoga para orang tua bisa lebih bersabar dalam mendidik anak-anaknya. Mengambil kutipan yang disampaikan oleh Pak Purnomo pada akhir presentasinya buat saya tergugah.

“Ketika Anda memberikan sedikit dari diri Anda untuk anak, Anda memberikan sedikit dari diri Anda untuk masa depan mereka” – Kevin Heath

Ternyata menyisihkan sedikit waktu bagi mereka merupakan hal yang mungkin tidak akan terulang lagi. Dan masa depan anak-anak ada di tangan orang tua, tergantung bagaimana orang tua merawatnya. Semoga para orang tua bisa selalu bersabar dan berusaha belajar buat anak-anaknya. Semangat!

#CerdasBerkarakter #BlogBerkarakter #SeruBelajarKebiasaanBaru #BahagiaBelajardiRumah

 

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba Blog Bertema Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Info lebih lengkap bisa dibaca disini 

 

ditulis di Tajurhalang

2:47 AM, Rabu 17 September 2020

 

 

Sumber :

Siswa dari Zona Merah Diminta Tetap PJJ – https://news.detik.com/berita/d-5132431/siswa-dari-zona-merah-diminta-tetap-pjj-meski-sekolahnya-di-zona-kuning

Kekerasan Terhadap Anak Meningkat selama Pandemi – https://radarbanyumas.co.id/kekerasan-terhadap-anak-meningkat-selama-pandemi-jadi-bagian-dari-sulitnya-pembelajaran-jarak-jauh/

Berawal dari Keresahan Orang Tua – https://info.gemamitra.com/berawal-dari-keresahan-orang-tua-modul-bdr-lahir-di-kota-tasikmalaya/

Peran Orang Tua Belajar Daring – https://id.theasianparent.com/peran-orangtua-belajar-daring

Webinar 7 Sinergi Pembelajaran Kondisi Khusus – https://www.youtube.com/watch?v=8aisPPRdzQQ&ab_channel=CerdasBerkarakterKemdikbudRI

Home Learning Supports – https://www.education.vic.gov.au/parents/learning/Pages/home-learning-supporting-child.aspx

 

 

Persiapan Orang Tua dengan Metode Pembelajaran Baru

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Trending posts

No posts found

Subscribe

Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.