Matahari masih belum nampak, saya bergegas menyiapkan kamera dan air minum. Pagi ini adalah dua hari terakhir sebelum saya meninggalkan Pulau Buru. Karena itu saya tak ingin menyiakan kesempatan. Menurut informasi dari seorang teman, salah satu spot bagus untuk melihat matahari terbit adalah Pantai Lala. Nah, atas rekomendasi inilah saya pun dan kedua teman saya segera mencari ojek untuk mengangkut kami ke Desa Lala. Dalam pemahaman kami bertiga, pantai Lala terletak di Desa Lala.

Kami pun menyetop ojek, saat itu waktu masih menunjukkan pukul 5.40 WIT. Langit masih gelap, bintang masih tampak dan bulan juga menyembul di balik awan. Kami mengarahkan tukang ojek untuk pergi ke Desa Lala, tapi parahnya kami bertiga tidak tau patokan Pantai Lala yang bagus. Perjalanan dari daerah Simpang Lima, tempat kami menginap hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk tiba di Desa Lala, jika menggunakan sepeda motor. Akhirnya kami diturunkan di pantai yang berdekatan dengan rumah warga.
Setelah membayar Rp. 15.000, kami pun mulai mengambil gambar. Sayangnya karena berdekatan dengan rumah warga, pantai pun banyak sampah. Kami mulai menyusuri garis pantai untuk mencari spot melihat matahari terbit yang terbaik. Pohon kelapa menghias sepanjang garis pantai. Detik demi detik kami menikmati waktu ketika matahari mulai menunjukkan dirinya. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 06.01 WIT. Langit pun berwarna jingga agak keunguan. 
Saya berdecak kagum sambil mengarahkan lensa kamera ke arah timur. Kamera matahari timbul tanpa terhalang oleh pulau atau perbukitan, detik demi detik ketika mentari menyapa terasa amat magis. Tatapan saya tak berhenti terpaku pada lukisan Tuhan yang tercipta sangat indah. Sungguh.. ditambah lagi bunyi ombak yang berdebur perlahan membuat saya semakin larut dalam keadaan. Mentari terbit dimulai dari pukul 06.01 WIT hingga pukul 06.27 WIT. Itu adalah saat terbaik untuk melihat mentari terbit di Pantai Lala. 
Karena ke-sok-tahu-an saya dan merasa masih memiliki waktu hingga pukul 08.00 WIT, Sri dan Onha hanya mengiyakan permintaan saya untuk pulang berjalan kaki. Kami pun memutuskan untuk berjalan kaki ke arah Namlea dengan mengikuti garis pantai. Perjalanan itu pun dimulai. Menyusuri garis pantai dengan pasir berwarna putih tak membuat saya jemu. Pemandangan seperti ini jarang saya temukan nanti jika sudah kembali ke Jakarta.
Nyiur berwarna hijau agak kekuningan yang berpadu dengan warna langit biru cerah sebuah keindahan. Belum lagi banyaknya padang rumput yang harus kami lewati selama perjalanan pulang. Saya mendapatkan banyak foto manis di perjalanan pulang ini. Walaupun perut kami sudah mulai meminta diisi, tapi saya merasa bahagia. Selama perjalanan saya terus meminum air untuk menahan rasa lapar. 
Hingga kami tiba di belakang RSU Namlea, ternyata di pantai inilah yang selalu menjadi spot terbaik untuk melihat sunrise di Namlea. Pasir berwarna putih menjadi daya tarik tersendiri. Namun saya menemukan hal yang menyedihkan disini. Ada beberapa oknum yang mengambil batu karang dan menjualnya untuk bahan bangunan. Kita bisa menyaksikan beberapa tumpukan batu karang yang sudah siap untuk diambil. Sayangnya saat itu tak ada orang yang bisa saya konfirmasi. Tapi rasanya sedih melihat terumbu karang yang dihancurkan oleh ulah tangan jahil manusia. 

Kami pun melanjutkan perjalanan sekitar 20 menit kemudian kami menemukan sebuah desa. Daerah Jiku Besar namanya. Alhamdulillah. Seorang bapak tua yang membawa tongkat menyapa kami. Ia mungkin kebingungan dengan kehadiran kami dari arah pantai yang mulai merangkak naik ke jalan besar. 
Bapak tersebut menanyakan daerah asal kami. Setelah kami menjawab bahwa kami berasal dari Ambon, ia pun mengatakan bahwa ia juga berasal dari Ambon, di Latuhalat tempatnya tinggal dulu. Ia bercerita banyak tentang rumahnya. Dulu. Sebelum api membakar desanya. Api yang berasal dari kemarahan dua agama mayoritas di Maluku. Sedihnya. Sudah lebih dari 20 tahun ia pindah ke Pulau Buru, memulai kehidupan barunya. Ia sekarang sudah memaafkan apa yang terjadi dan fokus terhadap penyembuhan penyakit stroke yang ia derita. 
Kami pun melanjutkan perjalanan dengan naik ojek menuju penginapan. Karena waktu sudah menunjukkan waktu sekitar 7.40 WIT dan sesuai perjanjian, waktu kerja dimulai pukul 08.00 WIT. Saya puas dengan perjalanan saya pagi ini di Pantai Lala hingga Jiku Besar. Banyak gambar cantik yang bisa saya ambil sepanjang perjalanan. Semoga bisa kembali kesini lagi suatu saat. 
Ditulis di Penginapan Delta, Namlea
13:17 WIT Rabu, 18 January 2017
Sambil denger lagu Good night Good night dari Maroon 5

Sweet Escape at Lala Beach

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Trending posts

No posts found

Subscribe

Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.