Sampah menjadi masalah yang krusial di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Salah satu konsep pengelolaan sampah yang sedang diadopsi di Indonesia adalah Zero Waste Cities atau biasa disingkat sebagai ZWC. Perkumpulan Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan atau YPBB menjadi salah satu pionir implementasi ZWC di Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta. Apakah konsep ini bisa diimplementasikan di Indonesia secara menyeluruh?
Table of Contents
Kondisi Persampahan di Indonesia
Sampah menjadi hal yang krusial di Indonesia, tanpa penanganan yang tepat, sampah bisa menjadi bencana bagi manusia. Kasus yang paling membuat miris adalah longsornya TPA Leuwigajah pada 21 Februari 2005. Ledakan ini menyebabkan lebih dari 150 orang hilang tertimbun tumpukan sampah. Hingga saat ini ditetapkan tanggal kejadian TPA Leuwigajah sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tiap tahunnya.
Buruknya sistem persampahan di Indonesia sudah menjadi perhatian masyarakat dunia. Kebocoran sampah di darat ke laut karena sistem persampahan yang buruk, membuat Indonesia sebagai salah satu negara dengan penghasil sampah laut terbesar di dunia. Kenapa bisa? Karena sampah yang dihasilkan manusia mencapai 64 juta ton per tahun.
Dari sampah yang dihasilkan tak semuanya bisa didaur ulang dengan baik. Ada yang terbuang ke sungai, ada yang dibakar, ada yang ke landfill, dan ada juga yang berakhir ke sungai. Hal ini membuat lingkungan kita secara garis besar tercemar oleh sampah kita sendiri. Beberapa penelitian mengatakan akan lebih banyak plastik di lautan daripada ikan. Sedih banget..
Selain itu, banyak prediksi mengatakan bahwa pada tahun 2050, total timbunan sampah meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan jumlah sampah saat ini. Di Indonesia sendiri, kebanyakan sampah dibuang di tempat terbuka, dan ada kemungkinan berdampak luas bagi lingkungan, kesehatan, dan kemakmuran, sehingga membutuhkan tindakan segera.
Mengurai Benang Kusut Persampahan di Indonesia
Hal ini bukan tanpa sebab, banyak faktor yang menyebabkan Indonesia masuk sebagai negara dengan sampah laut terbanyak di dunia. Berikut saya rangkum beberapa akar masalah persampahan di Indonesia dari beberapa sumber.
- Buruknya kesadaran masyarakat mengenai sampah. Hal ini dikarenakan tingkat Pendidikan yang belum merata, tidak tersedianya pengumpul sampah kolektif, tingkat ekonomi masyarakat dan regulasi local daerah yang berbeda-beda (World Bank, 2018).
- Kurangnya leadership, monitoring system dan pendorongan hukum untuk memotong masalah pembuangan sampah illegal dan pembakaran sampah. Walaupun sudah ada beberapa regulasi Pasal 9 Ayat 2 Peraturan Daerah (Perda) No 4 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum di Kabupaten Bogor. Namun pada implementasinya, masih sangat sulit. Karena kurangnya pengawasan dan banyaknya titik untuk membuang sampah secara illegal.
- Tidak adanya informasi public yang konsisten dan kontinu mengenai manajemen sampah di Indonesia. Bisa dilihat dari kebijakan sampah sekali pakai yang hanya diimplementasikan di toko besar, namun tidak merata ke pedagang kecil. Hal ini menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat yang menjalankan regulasi tersebut.
- Minimnya pengetahuan mengenai recycling di kalangan masyarakat. Biasanya pengetahuan mengenai recycling hanya bisa diakses oleh beberapa kalangan terbatas. Tak semua orang paham mengenai konsep recycling, reduce, reuse. Karena belum jadi kurikulum wajib di dalam system pendidikan kita.
Kerjasama Semua Pihak
Masalah yang sudah saya jabarkan di awal bukan terjadi tanpa alasan. Dalam pengimplementasian kondisi persampahan ideal, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, publik, akademisi, dan NGO.
Karena kesalingterkaitan antara stakeholder membuat konsep persampahan harus dibenahi dari akar rumput hingga ke tatanan paling tinggi (pemerintah). Untuk membangun itu semua, butuh kesadaran individual untuk mencapai kesadaran kolektif.
Kesadaran sebagai individual, dimulai dari diri kita sendiri. Misalnya mulai memilah sampah rumah tangga yang ada di rumah dan mengurangi pembelanjaan yang menggunakan banyak plastik (reduce). Atau ikut aktif dalam kegiatan mengelola sampah yang mulai banyak dilakukan di beragam daerah di Indonesia.
Memang ini merupakan kerja besar dan kerja berat, tapi kalau dilakukan dengan perlahan dan kontinu, bisa mewujudkan konsep persampahan ideal. Tapi seperti apa konsep persampahan ideal yang mungkin bisa dilakukan di Indonesia?
Ada beberapa konsep persampahan yang dikenal diseluruh dunia. Misalnya membuat incinerator yang kemudian digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, Circular economy atau konsep Zero Waste City yang saat ini digunakan di berbagai negara.
Apa itu Zero Waste City?
Konsep Zero Waste diperkenalkan di Amerika Serikat, lalu mulai menyebar ke negara-negara lain. Salah satunya Indonesia. Sebuah organisasi non-profit bernama YPBB yang menggandeng beberapa daerah untuk menerapkan konsep Zero Waste Cities. Saat ini sudah ada implementasi ZWC di Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta.
Merujuk pada situs ini, Zero Waste mengacu pada pengelolaan limbah dan pendekatan perencanaan yang menekankan pada pencegahan limbah dibandingkan dengan pengelolaan limbah ujung. Konsep Zero Waste adalah pendekatan keseluruhan sistem yang bertujuan untuk perubahan besar-besaran dalam cara material mengalir melalui masyarakat, sehingga tidak ada limbah pada ujung rantai konsumsi.
Membaca pengalaman yang di alami oleh YPBB, perjuangan mengenalkan konsep Zero Waste tak semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan konsistensi dan kontinuitas dalam membangun perspektif masyarakat dalam memilah sampah rumah tangga mereka.
Lesson Learned about ZWC
Setelah saya menyelami beberapa artikel yang ada di dalam YPBB untuk mengenal konsep Zero Waste, berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa diadaptasi kota lain untuk mendukung ZWC.
- Melakukan tracking data persampahan. Saat ini YPBB sudah berhasil melakukan pengangkutan sampah terpilah di Cimahi di 346 rumah atau bisa dikatakan mengurangi sampah sebesar 38% ke TPA. sumber disini
- Menjelaskan konsep Zero Waste Cities dengan jelas dan mempromosikannya kepada masyarakat. Dibutuhkan akses yang mudah agar masyarakat mengerti konsep Zero Waste Cities.
- Memprioritaskan aktivitas pembuangan sampah. Karena itu membuat pemilahan sampah sejak dari rumah menjadi salah satu target utama dilakukannya ZWC.
- Mengajak orang untuk aktif dalam melakukan pengurangan sampah. Misalnya saja mengurangi sampah makanan atau organik dengan membuat beberapa jenis pengolahan sampah mudah, seperti composting, takakura, biodigester, dan biopori.
- Mengajak produsen dalam mengurangi sampah. Hal ini juga bisa terlihat dalam konsep Toko Organis yang digagas oleh YPBB. Dimana produsen memberikan sabun cari dalam bentuk kemasan besar untuk mengurangi sampah. Konsumen pun bisa melakukan refill botol shampoo kosong di toko tersebut.
- Ikut aktif dalam memberikan masukan kepada pemerintah dalam mengurangi sampah. Hal ini terlihat pada kerjasama yang telah dilakukan dengan Pemerintah Kota Bandung yaitu Kang Pisman. Saat ini Kang Pisman menjadi rujukan konsep ZWC di Indonesia.
- Mewujudkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau landfill free dengan cara melakukan pemilahan sampah dan mengurangi sampah menuju tempat akhir (end-of-pipe).
- Ikut menyejahterakan petugas kebersihan yang bekerjasama dengan organisasi dan pemerintah. Hal ini dilakukan karena petugas kebersihan merupakan ujung tombak dalam proses pengelolaan sampah terpadu.
Lalu apa tujuan dan manfaat melakukan Zero Waste Cities?
Merunut pada kegiatan yang dilakukan oleh YPBB, ada beberapa manfaat yang bisa diambil, yaitu : Membuat sistem pengelolaan sampah yang berfokus pada suatu kawasan. Selain itu, mengajak masyarakat memahami konsep yang tepat mengenai pengelolaan sampah dari sumbernya sesuai UU Pengelolaan Sampah yang telah ada. Tak hanya itu, ikut mengembangkan peran wilayah dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Dalam Zero-Waste Cities, masyarakat dapat memahami berbagai jenis metode pengelolaan sampah sesuai kondisi lingkungan tempat tinggal atau kawasan pemukiman. Karena itu YPBB aktif dalam mengajak masyarakat dalam mengerti sampah mereka.
Salah satunya adalah gerakan untuk memilih sampah. Berdasarkan cerita para petugas sampah, mereka mendapatkan keuntungan dengan sampah yang sudah terpilih. Tusuk sate yang tercampur sampah menjadi mala petaka bagi para petugas kebersihan. Seorang petugas sampah yang bernama Pak Wawan menjadi salah satu korban tusuk sate yang tercampur. Untungnya nyawa beliau masih bisa diselamatkan. Lain cerita dengan korban lainnya yang harus meregang nyawa karena infeksi akibat tusuk sate tersebut.
Selain itu YPBB juga aktif mengajak untuk menggalakkan memilih sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk yang menyuburkan tanah.
Penutup
Banyak sekali kan manfaat dalam penerapan gaya hidup zero waste? Bisa mulai ditiru untuk kawasan lainnya. Semoga saja individu-individu bisa memulai dari memilah sampah rumah tangganya. Saya sudah mulai dengan menggunakan clodi daripada popok sekali pakai. Menggunakan sampah organik sebagai pupuk di halaman. Sampah plastik yang masih menjadi masalah di daerah saya.
Semoga dengan adanya rujukan ZWC di Bandung, bisa menjadi kawasan percontohan bagi daerah lain. Informasi dari saat live bersama YPBB tanggal 6 Februari 2021, akan ada 10 kota baru yang bergabung dalam dengan ZWC. Gak sabar! Demi Indonesia bebas sampah..
Aamin ya rabbal alamin.
Ditulis di Tajurhalang
21.55 WIB, Sabtu, 13 Februari 2020
Sambil denger lagu lampau tahun 70an.
tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #ZeroWasteCities #KompetisiBlogZWC #KompakPilahSampah yang diadakan oleh YPBB dan USAID.
Referensi
Trends in Solid Waste Management – https://datatopics.worldbank.org/what-a-waste/trends_in_solid_waste_management.html
Zero Waste City https://www.researchgate.net/publication/333394995_Zero_Waste_City
Tumpukan sampah di Indonesia Menyaingi Borobudur – https://kejarmimpi.id/ngeri-tumpukan-sampah-di-indonesia-bisa-menyaingi-tinggi-candi-borobudur-90.html#:~:text=Kementerian%20Lingkungan%20Hidup%20dan%20Kehutanan,sebanyak%200.7kg%20per%20hari.
5 alternatif menyuburkan tanah – http://ypbbblog.blogspot.com/2021/01/5-alternatif-cara-menyuburkan-tanah-ala.html
Buang sampah sembarangan bisa didenda – https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/01/14423041/buang-sampah-sembarangan-warga-bisa-didenda-hingga-rp-20-juta?page=all#:~:text=Sanksi%20soal%20membuang%20sampah%20tertuang,perda%20ini%20yakni%20Rp%20500.000.&text=Setinggi%2Dtingginya%20denda%20itu%20Rp%20500.000%2C%22%20kata%20Mudarisin.