Jurnal dengan judul Marine Debris in Indonesia : A Review Research and Status ditulis oleh Noir P. Purba , Dannisa I.W. Handymana , Tri D. Pribadi , Agung D. Syakti , Widodo S. Pranowo , Andrew Harvey , Yudi N. Ihsan. Diterbitkan oleh Marine Pollution Bulletin (Elsevier) membahas mengenai status sampah laut di Indonesia.

Berikut ini adalah hasil resensi jurnal yang saya tulis disini. Semoga bermanfaat 🙂

Status Sampah di Indonesia

Indonesia masuk sebagai peringkat kedua negara yang berkontribusi pada sampah plastik di dunia. Karena itulah, Indonesia saat ini berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik sebanyak 70% pada tahun 2025 dengan membangun National Action Plan (NAP) on Marine Debris.

Kondisi geografis Indonesia yang lebih banyak di daerah pesisir (>54,716 km), lalu ocean-atmosphere circulation and kegiatan laut yang sangat sering seperti akuakultur, transportasi, penambangan, dan turisme.

Total sampah plastik yang masuk ke laut mulai dari 1,7% sampai 4,6% (Jambeck, et.al, 2015) atau sebanyak 10% (Avio et al., 2017). Cina menjadi negara peringkat pertama, lalu diikuti oleh Indonesia, Filipina, Vietnam dan Sri Lanka.

marine debris in Indonesia

Sisi negatif sampah di laut

  • Mencemari lautan mulai dari permukaan, hingga dasar laut
  • Mengancam kehidupan lautan dan Kesehatan manusia
  • Hewan laut seperti burung laut, penyu, dan ikan yang paling terkena dampaknya karena mereka kemungkinan menelan atau terjerat sampah plastik
  • Sampah plastik bisa membawa alien spesies ke daerah satu ke daerah yang lain. Hal ini bisa mengakibatkan infasi spesies baru ke sebuah habitat dan berakibat pada berubahnya food chain di habitat tersebut.
  • Sampah bisa mengurangi keindahan pantai atau spot diving yang dulunya sebagai tempat turis.
  • Menurut Nations Environment Programme (2014), sampah membuat negara kehilangan puluhan miliar dolar setahun karena sampah di laut. Karena sampah bisa berakibat buruk pada perikanan, tourism, shipping, dan public health

Komposisi Sampah Laut dan distribusinya

Dalam penelitian ini, sampah laut dibedakan menjadi dari Macro Debris dan Micro Debris.

Macro debris bisa dikategorikan sebagai sampah yang terlihat. Penelitian pertama mengenai macrodebris (1980) di Pulau Seribu mencatat bahwa sampah yang masuk ke laut terdiri dari polyethylene bags, sendal, dan polystyrene blocks. Namun 10 tahun kemudian, proporsi sampah pun berganti, salah satunya adalah muncul diapers yang tidak ada di tahun 1980.

Proporsi sampah macro debris di lautan terdiri dari tas plastik (kresek), pembungkus makanan, sendal, fishing net (jaring), polystyrene, kaleng, plastik dan botol kaca.

marine debris in Indonesia
Fig. 1. Number of manuscripts published worldwide per year using the keywords “marine debris” or “marine litter”, presented as cumulative total (A) and percountry frequencies (B), with the five nations that produce the greatest volumes of marine debris highlighted. (Purba, et.al, 2019)

Study yang dilakukan oleh World Bank mengatakan bahwa diapers atau popok sekali pakai mendominasi sampah yang ada di TPS yaitu sebesar 21%, diikuti oleh kantong plastik (16%), pembungkus (5%), dan jenis plastik lainnya (9%), kaca dan metal (4%) dan botol plastik (1%).

Sedangkan micro debris adalah sampah yang sangat kecil bentuknya kadang tak kasat mata. Manalu et al. (2017) menemukan bahwa ada konsentrasi tinggi micro debris di sedimen pesisir Teluk Jakarta mulai dari 18,405 to 38,790 particles kg-1 . Tak hanya itu Rachmat et al. (2019) menemukan 112 partikel di muara Jakarta.

Selain itu mereka juga melihat bahwa penelitian mengenai marine debris di Indonesia masih belum menyeluruh. Kebanyakan penelitian dilakukan di pesisir Pulau Jawa. Daerah Indonesia Timur masih sangat jarang yang meneliti soal marine debris.

Sumber sampah laut

Merujuk pada penelitian ini, kemungkinan sampah laut terbawa dari darat yang datang dari banyak hal, misalnya TPS, turisme, buruknya sistem persampahan, transportasi sungai, kebiasaan membuang sampah di pantai, dan kegiatan di lautan, seperti akuakultur, shipping, dan fishing.

Mereka memetakan tiga sumber sampah laut, yaitu Pertama, kegiatan dari daratan atau Terrestrial. Kedua, kegiatan dari maritime itu sendiri, misalnya penangkapan, rekreasi, shipping, military dan penambahan minyak dan gas. Kegiatan akuakultur dan penangkapan merupakan salah satu sumber sampah laut di berbagai negara.

Karena nelayan bisa kehilangan alat tangkap mereka di laut atau membuang jaring yang sudah tidak digunakan Ketika sedang melaut. Sampah laut dari aktivitas perikanan mulai dari jaring, tali pancing, kotak umpan, gillnet, atau pelampung trawls. Tak hanya itu, ada juga sampah plastik makanan dari nelayan yang dibuang ke laut.

Ketiga, sumber transboundary atau dari negara lain yang terbawa oleh angin, arus dan ombak. Hal ini terbukti dengan penelitian yang mengatakan adanya plastik dengan Bahasa Indonesia terdampar di North West Shelf di Australia. Hal ini membuktikan bahwa sampah juga bisa berasal dari negara lain yang terbawa arus.

Dampak Sampah Laut

Penelitian ini membuat beberapa kategori dari dampak sampah laut, yaitu Aesthetic Impacts, Navigation, Entanglement of marine biota, Ingestion by marine biota, Bioaccumulation and biomagnification dan human health.

Aesthetic Impact

Aesthetic Impact bisa dikategorikan oleh hilangnya keindahan suatu tempat karena sampah. MIsalnya saja Pulau Bali yang menjadi salah satu destinasi turis di Indonesia, jika semakin banyak sampah disana, dan selalu terekspos oleh media. Ada kemungkinan turis akan berpindah tujuan destinasi ke Malaysia dan Thailand. Hal ini bisa mengurangi devisa untuk negara.

Navigation

Sampah laut bisa berbahaya untuk Navigation (Pelayaran), karena sampah macro (macro debris) bisa berakibat fatal jika tersangkut ke baling-baling kapal. Hal ini sering terjadi pada nelayan skala kecil yang menggunakan motor di bagian belakang kapal. Namun saat ini belum ada penelitian mendalam mengenai dampak sampah laut pada pelayaran di Indonesia

Entanglement of marine biota

Hewan laut dapat terjerat oleh marine debris dan menyebabkan kematian. Hal ini bisa dilihat oleh semakin banyaknya ikan, penyu, burung laut dan mamalia laut yang terjerat. Laist (2011) mencatat ada lebih dari 250 spesies hewan laut yang terjerat sampah laut. Hal ini dapat membahayakan hewan laut apalagi hewan yang masuk dalam kategori dilindungi dan terancam punah seperti penyu, paus baleen, lumba-lumba dan dugong. Terjeratnya hewan-hewan ini paling banyak disebabkan oleh jaring, tali pancing dan jerat. Ini yang disebut dengan Ghost Fishing, namun belum ada data memadai mengenai Ghost Fishing di Inonesia.

Ingestion of marine biota

Tertelannya sampah laut oleh biota seperti moluska, burung laut, penyu, dugong, dan ikan. Jenis sampah laut yang tertelan mulai dari macro plastik, micro plastik dan nano plastik. Fragmen kecil seperti pecahan plastik, benang plastik, plastik Styrofoam, dan monofilament ditemukan di dalam ikan yang dijual di Pasar Paotere, Makassar.

Bioaccumulation and biomagnificant

Plastik terbuat dari bahan kimiawi yang mungkin mengandung beberapa organic pollutant, seperti PCBs, PAHs, OCs dan bahan kimia berat. Bahan-bahan ini masuk ke dalam plastik yang kemudian ditelan oleh biota laut. Setelahnya terjadi akumulasi yang menyebabkan rusaknya proses biologi, berdampak dari sistem reproduksi dan juga Kesehatan anakan.

Human Health

Masalah Kesehatan manusia yang secara tak sadar mengonsumsi ikan yang sudah tercemar plastik. Sampah micro plastik ditemukan di 11 spesies dari 25 spesies yang diteliti. Dan spesies ini jadi konsumsi manusia. Masyarakat Indonesia paling banyak mengonsumsi ikan dan seafood, ada kemungkinan micro plastik yang ikut masuk ke dalam ikan tersebut. Namun saat ini belum ada penelitian yang berfokus pada masalah kesehatan akibat microplastic.

Status Marine Debris in Indonesia

Saat ini Presiden Jokowi berkomitmen untuk mengurangi sampah laut sebanyak 70% pada tahun 2025. Keseriusannya bisa dilihat dari diadakannya National Plan of Action (NPOA) of Marine Plastic Debris. Selain itu dibentuk Tim Koordinasi Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) menjadi salah satu bentuk keseriusan Pemerintah Indonesia.

Dalam pembentukan TKN PSL Ada 5 kelompok kerja (pokja) yang termasuk di dalam Tim Pelaksana, yaitu: • Gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan • Pengelolaan sampah yang bersumber dari darat • Penanggulangan sampah di pesisir dan laut • Mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan, dan penegakkan hukum, • Penelitian dan pengembangan.

Sejak tahun 2014, isu mengenai marine debris sudah semakin dikenal dan menjadi perhatian banyak pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, dan organisasi masyarakat. Goal yang ingin dicapai adalah menyelesaikan masalah persampahan dari rumah tangga. Hingga saat ini Kementrian LIngkungan Hidup dan Kehutanan memiliki tujuan untuk berkolaborasi dengan 100 NGO untuk implementasi edukasi dan peningkatan kesadaran mengenai sampah. Hal ini dituangkan dalam Kepres No. 79 Tahun 2017.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah mencoba membangun jalanan aspal dari sampah plastik. Melalui program Jalan Plastic Tar, pemerintah berhasil mengurangi volume sampah plastik yang masuk ke laut.

Kesimpulan

Penelitian mengenai sampah laut atau marine debris di Indonesia masih dalam tahap pengembangan. Namun hingga saat ini belum ada publikasi yang mendiskusikan dampak akumulasi microplastic di biota laut. Padahal Indonesia memiliki banyak ragam biota laut. Penelitian ini dibutuhkan untuk melihat bagaimana dampak mikroplastik pada rantai makanan hingga sampai ke manusia.

Tak hanya itu sampah juga bisa membawa spesies lain yang menumpang di sampah. Hal ini bisa saja menyebabkan di masa depan. Karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Masih banyak gap di dalam pengetahuan mengenai sampah laut, sehingga isu ini sangat komplek dan masih sulit dipahami. Selain itu kebanyakan penelitian terfokus pada daerah di Jawa dan Bali. Karena itu semoga ke depannya ada penelitian yang lebih komprehensif di luar Jawa dan Bali.

Semoga saya bisa ikut berkontribusi melengkapi data persampahan di Indonesia mengenai Ghost Fishing. Aamin ya rabbal alamin. 🙂

 

ditulis di Tajurhalang

16:11 WIB, Minggu 17 Januari 2021

sambil denger lagu Spotify – Deep Focus

Resensi Jurnal : Status Marine Debris di Indonesia

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

2 Responses

  1. Terima kasih Mas, penelitiannya keren sekali. Sekarang saya sedang meneliti tentang analisis dampak mengenai ghost gear. Semoga bisa berkontribusi mengenai marine debris kayak penelitian Mas dan kawan-kawan. terima kasih, mas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Trending posts

No posts found

Subscribe

Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.