Sebuah laporan dengan judul : Plastic waste inputs from land into the ocean – Sampah plastik dari darat ke laut  yang dikeluarkan pada tahun 2015 oleh Jenna Jambeck, Roland Geyer2, Chris Wilcox3, Theodore R. Siegler4, Miriam Perryman1, Anthony Andrady5, Ramani Narayan6, Kara Lavender Law7.

Laporan ini menceritakan penggabungan data yang sudah ada mengenai sampah dan dihitung dengan menggunakan model. Kepadatan penduduk dan status ekonomi untuk memperkirakan jumlah sampah plastik yang berada di darat akan masuk ke laut.

Masalah Sampah di Dunia

Seperti yang telah kita ketahui, dunia saat ini sedang memerangi masalah sampah yang sangat besar. Pertambahan penduduk serta masih kurangnya infrastruktur untuk mengolah sampah membuat hal ini menjadi ancaman besar bagi manusia.

Tercatat dalam laporan ini, Jambeck et.al meneliti 192 negara yang berada di daerah pesisir (coastal area). Hasil dari penelitiannya, tercatat bahwa ada 275 juta metrik ton (MT) sampah plastik dihasilkan di 192 negara pesisir pada tahun 2010, dengan 4,8 hingga 12,7 juta MT masuk ke laut.

WOW!

Semakin buruk manajemen pengelolaan sampah yang dimiliki oleh negara tersebut, semakin banyak kemungkinan sampah plastik akan bermuara di lautan. Tanpa perbaikan infrastruktur yang memadai bagi negara-negara tersebut, ada kemungkinan kenaikan signifikan pada 2025 sampah plastik yang masuk ke laut.

Plastik Jadi Bagian Hidup Manusia

Dalam laporan ini menceritakan bahwa ketika masalah polusi plastik pertama kali ditulis dalam sebuah jurnal pada tahun 1970, hingga 40 tahun kemudian belum ada jumlah pasti berapa jumlah plastik yang masuk ke dalam lautan.

Pada tahun 1975, tercatat bahwa aliran material ke laut adalah 6,4 juta ton, namun hal ini hanya didapatkan dari buangan kapal laut, operasi militer dan kecelakaan kapal. Dari jurnal tersebut didapatkan angka bahwa 80% sampah laut berasal dari darat, namun angka ini tidak terbukti dengan baik dan tidak menginformasikan total massa sampah yang masuk ke lingkungan laut dari daratan.

Kondisi Plastik yang Mengenaskan

Jambeck, et.al mengatakan bahwa saat ini sampah plastik sudah tersebar kemana-mana. Mulai dari daratan terpencil Arctic, pantai, laut, bahkan sampai di dasar laut dalam. Plastik ini bisa jadi sudah terpecah-pecah menjadi fragmen kecil yang biasa disebut sebagai microplastic dan masuk ke sistem pencernaan hewan, seperti ikan, cumi-cumi, gurita, dan lain sebagainya.

Ketika manusia makan hewan tersebut, tanpa disadari kita juga ikut memakan plastik yang mereka makan. Karena plastik tidak bisa diurai oleh tubuh mahluk hidup.

Microplastic ini juga jadi masalah besar, karena itu butuh kebijakan dalam mengurangi penggunaan plastik.

Sampah yang tidak terkelola dengan baik

Menurut laporan ini, sampah laut paling banyak dihasilkan oleh populasi orang yang tinggal di daerah pesisir di seluruh dunia. Mereka mengkategorikan sampah yang tidak terkelola dengan baik dan formal, misalnya sampah yang dibuang ke sungai, atau ke tempat pembuangan yang tidak semestinya. Ini yang paling sering terjadi di Indonesia, karena sudah banyak TPS yang overload dan akhirnya tak bisa mengakomodir tempat pembuangan sampah.

Selain itu menurutnya ada juga sampah yang secara tidak sengaja keluar dari sistem pembuangan yang sudah dikelola secara formal. Sampah plastik tersebut bisa saja masuk ke laut melalui angin dan pasang surut.

Perkiraan massa sampah plastik yang terbawa oleh saluran air tertentu berkisar dari << 1 kg per hari (Hilo, HI) hingga 4,2 MT (4200 kg) per hari (Sungai Danube). Karena ketergantungannya pada karakteristik DAS lokal, hasil ini tidak dapat dengan mudah diekstrapolasi ke skala global. Sangat beda hasilnya antara negara berkembang dan negara maju dalam mengelola sampahnya. 

Total Sampah Plastik di Dunia

Perhitungan yang dilakukan oleh Jambeck et al membuat banyak orang yang tercengang. Karena diperkirakan ada 2,5 miliar MT limbah padat kota dihasilkan pada tahun 2010 oleh 6,4 miliar orang yang tinggal di 192 negara pesisir (93% dari populasi global).

Itu belum ditambah dengan jumlah sampah plastik yang salah kelola yang dihasilkan oleh populasi pesisir di satu negara berkisar dari 1,1 MT hingga 8,8 juta MT per tahun, dengan 20 negara teratas ‘sampah plastik yang salah kelola mencakup 83% dari total pada tahun 2010 (Gbr. 1 dan Tabel 1) ).

Dan Indonesia termasuk dalam kategori negara yang salah kelola sampah plastik sehingga banyak terjadi kebocoran sampah darat ke laut. Hiks..

Perhitungan ini tidak termasuk dengan sampah yang memang berasal dari aktivitas di laut, seperti aktivitas perikanan.

Posisi Indonesia Dalam Penanggulangan Sampah Laut

Laporan ini bisa digunakan untuk mengevaluasi hal-hal yang diperlukan kedepannya. Menurut Jambeck. et.al, jika negara yang memiliki sampah salah kelola berkurang sebanyak 50% atau ada peningkatan 50% untuk pembuangan sampah yang memadai (bagi 20 negara peringkat teratas), maka massa sampah plastik yang salah kelola bisa berkurang sebanyak 41% pada tahun 2025.

perhitungan kumulatif

Jika diterapkan pada 10 negara teratas maka ada pengurangan sebanyak 34% dan jika diterapkan pada 5 teratas maka menjadi 26%. Karena itu menurut Jambeck jika ingin mengurangi 75% massa sampah plastik yang salah kelola, pengelolaan sampah harus ditingkatkan sebesar 85% pada 35 negara peringkat teratas.

FYI, Indonesia masuk dalam peringkat 2 tertinggi negara dengan penghasil sampah terbesar di dunia. Hiks.

Karena itulah, saat ini Indonesia mulai memiliki National Action Plan dalam menanggulangi masalah sampah. Salah satunya dengan dibuat Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2018 mengenai Penanganan Sampah Laut. Target yang ingin dicapai adalah mengurangi kebocoran sampah laut pada tahun 2025 sebagai 70%. Semoga saja bisa terlaksana. Aamin ya rabbal alamin

Kesimpulan

Menurut Jambeck et. al, sampah akan terus bertambah seiring dengan peningkatan populasi dan peningkatan konsumsi per kapota yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi terutama di daerah perkotaan dan negara berkembang.

Solusi jangka panjang yang ditawarkan adalah strategi pengurangan limbah dan pengelolaan limbah ‘hilir’ seperti sistem tanggung jawab produsen diperluas. Selain itu meningkatkan infrastruktur pengelolaan limbah di negara berkembang adalah yang terpenting dan pastinya membutuhkan banyak sumber daya dan butuh waktu. Sementara itu negara bisa segera mengambil tindakan dengan mengurangi limbah dan membatasi pertumbuhan plastik sekali pakai.

 

ditulis di Tajurhalang,

21:56 WIB Jumat, 15 Januari 2021

sambil tidak mendengar lagu apapun, hanya mendengar tawa Ayyash dari jauh.

Plastik, Sampah Laut

Resensi Report : Input Sampah Plastik dari Darat ke Laut

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

4 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.