Perjalanan kami dimulai pagi, ketika matahari telah tinggi. Jam tangan menunjukkan waktu 09.24 Wita, setelah sarapan kami memulai perjalanan. Dengan menyewa mobil, kami merencanakan field trip ke Tanjung Luar dan Pantai Pink. 
Bang Wildan duduk di depan dengan supir, ia ingin dipanggil Mas Dedi. Di kursi tengah ada  saya, Bang Irwan, Bang Firman. Sedangkan Bang Lalu, Bang Juchrin dan Kak Ma’aruf menempati kursi belakang. Lagu dari Tab Bang Wildan terputar sepanjang perjalanan. 

 Perjalanan ke Tanjung Luar

Tanjung Luar terletak di Lombok Timur, kami kesini untuk melihat keadaan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Tanjung Luar. Ada tempat pemotongan ikan hiu, menurut Bang Wildan, tempat ini pernah menjadi tempat pendaratan ikan hiu terbesar di Lombok. Saya masih melihat sisa-sisa perut ikan hiu dan telur ikan hiu. Sangat menyeramkan dan menyedihkan. Entah berapa banyak hiu yang didapatkan nelayan pada musim barat seperti ini. Yang pasti, ikan hiu tersebut diambil sirip dan dagingnya, kemudian isi perut dan telurnya yang tidak berharga dibuang begitu saja. Padahal jika ikan hiu itu tidak ditangkap, ada sekitar 20 telur yang sedang dikandung oleh induknya. 
pasir pink
Setelah melihat-lihat keadaan, kami pun mengambil ransum di rumah Bang Irwan. Ibunya Bang Irwan menyediakan ikan Ketombo’ besar sebanyak 2 ekor, sayur mayur, sambal, dan nasi serantang besar. Bisa puas kita makan di Pantai Pink nantinya. Saya pikir dari rumah Bang Irwan, tidak terlalu jauh perjalanan ke Pantai Pink. Ternyata saya salah besar, butuh waktu lebih dari 1 jam untuk mecapai Pantai Pink.

 Menuju Pantai Pink, Lombok Timur

Pantai Pink terletak di Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, lebih dari 80 km dari Kota Mataram. Dari jalanan utama ke Mataram, kita akan belok ke kiri menuju jalan yang lebih kecil. dibagian depan, kita masih menemukan jalanan aspal. Semakin jauh, jalanan ini bisa dikatakan berlumpur. Di samping kanan kiri, kita akan disuguhkan pemandangan sawah yang sedang ditanami padi baru. Jadi belum terlihat rimbun oleh hijaunya tanaman padi. 
Kami pun mengikuti direksi yang ditunjukkan oleh papan kayu yang ada di pinggir jalan. Penunjuk jalan tidak terlalu terlihat dengan baik. Satu kali kami tersasar ke arah perkebunan penduduk yang sangat sepi. Akhirnya kami tiba di pintu masuk Pantai Pink. Dari pintu masuk, kita harus menuruni  jalan berbatu karang. Jika tidak terlalu mahir membawa mobil, lebih baik anda menyerah dari awal. Karena dibutuhkan keahlian tinggi untuk mengendalikan mobil di tempat ini. Salah-salah, mobil anda akan penyok terkena batu. 
Kami pun tiba di hamparan pasir putih yang telah tercampur dengan pecahan karang yang berwarna merah. Karena warnanya yang tercampur itulah, muncul warna pink. Menurut Bang Irwan, warna pantai akan berwarna pink jika sudah diatas jam 3 sore. Saya sih sebenarnya tidak terlalu peduli dengan warnanya. Saya paling suka dengan pemandangan pantainya. Konturnya landai dan dikelilingi oleh tebing batu karang. Keeerreeennn.. 😀

Pantai yang punya potensi unggulan

Pantai ini bisa jadi salah satu destinasi unggulan Lombok Timur. Selain konturnya, jika ada kesempatan untuk naik ke tebing di sebelah kiri, anda akan melihat kumpulan pulau-pulau yang indah. Tempat ini saya rekomendasikan untuk jadi tempat pengambilan foto After Wedding. Hahah. 
Bermain Selonjor
Setelah menikmati makan siang, kami pun bermain selonjor. Jenis permainan anak yang tidak terlalu saya kenal. Jadi ada empat kotak, setiap garis diisi oleh satu tim. Sedangkan tim lainnya berusaha mencapai garis terakhir. Saya satu tim dengan Bang Wildan dan Bang Lalu. Sedangkan tim musuh diisi oleh Bang Firman, Bang Irwan dan Kak Ma’aruf.  Seperti yang bisa diduga, tim saya menang. Hahaha. 
Setelah puas bermain, kami pun menaiki tebing di sebelah kiri. Berfoto-foto dan cowok-cowok (Bang Firman dan Bang Irwan) menggoda cewek-cewek yang sedang asik berfoto. Hahah. Kasian mereka ga dapat nomor kontak orang yang diinginkan. Haha. Saya menikmati keindahan yang telah dilukiskan oleh Allah SWT di daerah ini. Dari atas sini, kita bisa lihat garis pantai yang berwarna putih. Belum lagi pulau-pulau kecil yang indah di depan pantai. Subhanallah. 
Team
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.20 Wita, kami pun bersiap pulang. Yang kurang dari Pantai Pink ini adalah tidak adanya tempat berganti pakaian yang layak. Harusnya ada tempat yang disediakan oleh pemerintah bagi pengunjung. Entah mungkin karena belum ada pengelolaan yang jelas dari pemerintah, di pintu masuk saja tidak diberikan pembayaran retribusi yang jelas. Semuanya masih dikelola oleh masyarakat langsung.
 
Ditulis di Kantor Fishing and Living, Denpasar, Bali
20 Januari 2014 11:20 Wita 

Menyimpan Kenangan di Pantai Pink

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

2 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Trending posts

No posts found

Subscribe

Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.