Mural di Berlin jadi salah satu ikon khas di kota Berlin, Jerman. Ketika kami datang ke Berlin, sepupu saya, Chavia mengajak kita untuk berkeliling Berlin. Sebuah kota yang pernah jadi saksi sejarah penting saat bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur pada tahun 1990. Dan menjadi kota terbesar kedua di Eropa setelah London.

Berlin Sehari

Berlin merupakan ibu kota Jerman sejak tahun 1994. Bagian timur kota ini awalnya adalah ibu kota Republik Demokratis Jerman dari tahun 1949 – 1990 dan ibu kota dari negara Jerman bersatu dari tahun 1871 – 1945. Berlin pada saat itu terbagi dua, yaitu Jerman Timur dan Jerman Barat.

Kota yang memiliki ambience antara modern dan masa lampau ini punya hal yang jadi kota tujuan wisata. Kami berangkat dari Wageningen ke Berlin dengan naik kereta. Setibanya di Berlin, hampir tengah malam. Kami istirahat di kost Chavia dan esok harinya Chavia mengajak kami mengelilingi kota ini, salah satunya adalah Tembok Berlin. Perjalanan kami dimulai dari kost Chavia, lalu pergi ke daerah East Side Gallery. Kami naik tram untuk menuju kesana.

Sejarah Tembok Berlin

Merujuk pada Wikipedia, pada tanggal 13 Agustus 1961, Jerman Timur membangun Tembok Berlin antara Berlin Timur dan Barat dan juga penghalang lainnya di sekitar Berlin Barat. Tak hanya itu Jerman Timur juga meletakkan sebuah tank di Checkpoint Charlie. Pada waktu itu, Berlin Barat dan Berlin Timur benar-benar terpisah. Warga Jerman Barat yang ingin ke timur harus melewati titik-titik dengan penjagaan amat ketat, sedangkan bagi penduduk Jerman Timur yang ingin ke barat malah tidak mungkin sama sekali.

Hingga akhirnya pada tahun 1989, ketika Perang Dingin berakhir serta tekanan dari penduduk Jerman Timur, akhirnya Tembok Berlin pun runtuh. Saat ini yang bisa kita saksikan adalah East Side Gallery di Friedrichshain dekat dengan Oberbaumbrucke.

Menuju Tembok Berlin yang tersisa

Chavia mengajak kami menaiki tram untuk menuju tempat yang dituju. Kami membeli karcis harian untuk mengeliling kota Berlin dengan harga 7 euro. Karcis ini bisa digunakan untuk naik tram ataupun naik kereta selama masih di dalam area yang tertera.

Kami naik trem untuk menuju Obembraucker dan melihat langsung mural di East Side Gallery. Sebelumnya, kami melihat kios-kios untuk membeli souvenir. Disini kita bisa menemukan souvenir berupa pecahan tembok berlin. Hahah. Dan ak beli, souvenir harga 4,5 euro. Ya Ampun. Padahal cuman pecahan batu. Ahahha

Mural-mural di East Side Gallery

Mural yang ada di East Side Gallery merupakan hasil seni para seniman dari seluruh dunia. Awalnya mural disini dilukis sejak tahun 1990, namun mural hilang karena cuaca. Kalau di Indonesia hilang karena apparat. #upss. Ada sekitar 1,3 kilometer tembok Berlin yang tetap bertahan hingga saat ini dan dipenuhi dengan mural keren.

Mural disini pun diperbarui untuk mewujudkan symbol kebebasan. Ada beberapa mural yang terkenal di tembok Berlin saat ini, yaitu :

Mural Fraternal Kiss atau dikenal dengan “My God, Help Me to Survive This Deadly Love” , mural yang menggambarkan Ciuman Persahabatan Sosialis antara pemimpin Soviet Leonid Brezhnev dan Presiden Jerman Timur Honecker. Mural ini digambar pada tahun 1990 dan dikenal sebagai mural terbaik hingga saat ini. Tapi ak malah gak foto bareng. Huhuh.

Lalu ada mural Trabant menembus Tembok. Lukisan yang dilukis oleh Birgit Kinder yang menggambar mobil Trabant yang menembus Tembok Berlin. Mobil Trabant ini adalah simbol dari Komunis Jerman Timur dan kendaraan yang paling sering digunakan pada waktu itu. Karena itu lukisan ini menggambarkan kondisi orang Jerman Timur yang mencoba melarikan diri dari Tembok Berlin.

Salah satunya adalah mural yang berjudul “It Happened in November”, mural ini agak haunting dan dilukis pada tahun 1990. Dilukis oleh pelukis German-Iranian Kani Alavi yang berasal dari observasi apartmenet dekat dengan Checkpoint Charlie. Mural ini menggambarkan bagaimana warga Jerman Timur mulai masuk ke dalam Jerman Barat. Beragam emosi tergambar dalam mural ini.

it happened in November

Kami berpose di depan mural tapi gak terlalu tau sejarahnya. Huhuh.

Mural Bentuk Kebebasan

Kalau di Jerman, mural menjadi simbol perlawanan dan malah diabadikan. Kalau di Indonesia, mural malah dihapus dan dibungkam oleh aparat. 🙁 Banyak mural di Indonesia yang tiba-tiba dihapus oleh aparat. Padahal mural adalah bentuk kebebasan berekspresi warga.

 

Merujuk pada artikel dari Kumparan.com, kebebasan berekspresi masyarakat seringkali dibenturkan dengan anggapan penghinaan terhadap Presiden dan akhirnya berujung pada kriminalisasi. Ada beberapa muralis yang ingin ditangkap seperti kasus muralis Batu Ceper. Selain itu mural yang ada di berbagai daerah mulai dihapus, seperti mural yang ada di Tigaraksa, Tangerang, lalu mural “Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit” di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Dan beberapa mural lainnya.

Padahal kebebasan berekspresi telah dijamin oleh konstitusi di dalam Pasal 28 dan Pasal 28 E ayat (3) UUD 1945 yang intinya mengatur kebebasan bagi setiap warga negara. Semoga saja kebebasan berekspresi di negara ini bisa diapresiasi seperti mural di Berlin 🙂
ditulis di Tajurhalang
22:59 WIB Senin, 30 Agustus 2021
sambil lihat Ayah dan Bunda nonton film No Escape di Trans TV

List Tulisan #30haribercerita

Day 1 ; Perjalanan Senja yang Sendu di Naarden 

Day 2 : Flamingo PInk dan Panda di Rhenen Zoo

Day 3 : Perpustakaan Amsterdam

Day 4 : Mural di Berlin

Mural di Berlin

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.