Senja yang sendu di sebuah kota kecil bernama Naarden. Kota ini awalnya merupakan municipal dari wilayah Gooi di Provinsi North Holland, Belanda. Kota ini dikenal karena konstruksi benteng yang menjadi batas kota masih ada. Karena unik, saya ingin mencoba melihat sisi kota Naarden bersama Arif.
Seperti apa kota kecil ini membuat saya sedih? Simak perjalanannya..
Table of Contents
Perjalanan Dadakan di Senja Sendu
Saya sempat membaca informasi mengenai keunikan sebuah kota bernama Naarden. Karena itu, pada hari Sabtu, saya dan Arif berjanji untuk menginjakkan kaki ke kota ini. Kami berjalan menuju kesana setelah pukul 11.00 ETC, dan segera mengayuh sepeda menuju Ede-Wageningen Station. Perjalanan kami dimulai dari Ede-Wageningen Station, lalu transit di Utrecht.
Dari Stasiun Utrecht, kami melanjutkan perjalanan menggunakan Sprinter ke Naarden Bussum Station. Namun kebetulan kali itu kami berjalan di saat Winter, sehingga sinar matahari cepat sekali hilang dari langit.
Perjalanan dari Station Naarden-Bussum ke kota Naarden memakan waktu sekitar 15 menit. Kami melewati sebuah ‘kebun binatang’ kecil di antara perjalanan. Ada rusa yang bermain-main. 🙂
Sejarah Naarden
Menilik informasi dari Wikipedia, Naarden mendapatkan hak untuk menjadi kota pada tahun 1300. Lalu ia berkembang menjadi kota benteng pertahanan dengan industri tekstile. Namun saat ini, kota kecil ini sudah tidak terlalu menjadi industri tekstil.
Kota Naarden ini dikeliling oleh benteng yang berbentuk bintang. Kita masih dapat melihat dengan jelas tumpukan batu bata di sekitar kota. Ada tulisan Nederlands Vestingmuseum terpampang.
Kami berkeliling ke beberapa titik yang dijelaskan dalam Wikipedia. Salah satunya adalah The Spanish House. Rumah yang terletak di Turfpoorstraat 27 ini awalnya merupakan sebuah gereja yang menjadi rumah migrants. Pada tahun 1572, pasukan Spanyol melakukan pembunuhan kepada 700 penduduk yang sedang mendengarkan perjanjian damai. Kota pun berubah menjadi lautan api pada saat itu.
Dari bagian rumah yang terbakar, dibangun City Hall yang saat ini bisa kita lihat. Namun saat ini sisa bangunan menjadi Weegschaal Museum yang bisa dikunjungi. Sayangnya saat kami datang, museumnya sedang tutup.
Ngapain saja disini?
Perjalanan ke Naarden ini agak salah sih sebenernya. Kami datang pada tanggal 1 January, jadi museum tutup semua. wkwkw. Sedih banget sih, padahal udah mentargetkan untuk masuk ke museum disini. Namun apa daya.. Padahal museum disini jadi salah satu WAJIB datang yang mau kenal lebih banyak soal peralatan tempur dan pengetahuan soal benteng. Kita juga bisa masuk ke dalam bagian benteng.
Selain itu ada juga makam dari John Amos Comenius yang dimakamkan di Klooster straat. John Amos Comenius merupakan inventor sistem sekolah yang berjenjang. Ia berasal dari Ceko, tak heran jika makam ini selalu didatangi pengunjung dari Ceko.
Tak hanya itu di Naarden juga dikenal dengan trip perahu di sekitar benteng. Atau sewa sepeda dari Weesp, lalu jalan-jalan ke habitat liar di Naardermeer. Lalu mengunjungi kota benteng lainnya seperti Weesp dan Muiden. Di Muiden ini ada kastil loh.
Tapi sayangnya hujan sendu gerimis membasahi bumi. Ditambah waktu winter yang membuat matahari dengan cepat menghilang padahal baru jam 4 sore. Huhuh. Makanya sedih banget ke Naarden gak explore banyak-banyak.
Penutup
Naarden bisa jadi pilihan perjalanan jika suka dengan sejarah soal benteng. Patut dicoba tuh jalan-jalan ke Naarden, Weesp dan Muiden dengan sepeda. Pasti asik banget.
ditulis di Tajurhalang
0:34 AM Saturday, 28 Agustus 2021
sambil denger Fall For You – Secondhand Serenade