Nyanyian Sendu Sang Kupu-kupu, dulu ia dikenal sebagai penguasa di Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung, namun kini ia harus tergusur dari singgasananya. Kalah oleh kelakuan tamak manusia. Padahal jika ia tetap berada di tahtanya, alam tak akan menderita.

Kerajaan Sang Kupu-kupu

Perjalanan Alfred Russel Wallace ke pedalaman Sulawesi membuatnya takjub. Kedatangannya pada tahun 1856, 1857, dan 1859 membuatnya mengumpulkan spesimen ribuan hewan dan tanaman. Ia menuliskan di dalam buku perjalanannya “We now come to the Island of Celebes, in many respects the most remarkable and interesting in the whole region, or perhaps on the globe, since no other island seems to present so many curious problems for solution.” (Wallace 1876)

Dan memang kata-kata tersebut merupakan penggambaran betapa mengagumkannya pulau yang bernama Celebes saat itu. Di Bantimurung, perjalanan Wallace hanya 4 hari dan berhasil mengumpulkan 6 jenis kupu-kupu. Adapun 232 spesies lain ditemukan dalam area penjelajahan di sekitar Ammasangeng dan pondok tempat dia tinggal. Ia mencatat ada 232 spesies kupu-kupu yang hidup disana dan menuliskannya dalam Alfred Russel Wallace’s Species Notebook 1855-1859 [1].

Lukisan ini dilukis oleh Gubernur Joan Gideon Loten, 18 agustus 1745. Loten adalah Gubernur di Makassar saat itu dengan masa jabatan 1744-1750. sumber : Facebook Sunarti Tutu
Lukisan ini dilukis oleh Gubernur Joan Gideon Loten, 18 agustus 1745. Loten adalah Gubernur di Makassar saat itu dengan masa jabatan 1744-1750. sumber : Facebook Sunarti Tutu

Perjalanan Wallace terabadikan dengan baik dan penuh dengan deskripsi tentang keindahan kupu-kupu. “When the sun shone hottest, about noon, the moist beach of the pool below the upper fall presented a beautiful sight, being dotted with groups of gay butterflies–orange, yellow, white, blue, and green– which on being disturbed rose into the air by hundreds, forming clouds of variegated colours,” tulisnya dalam buku The Malay Archipelago [2].

Banyak sumber yang mengatakan bahwa julukan Kingdom of Butterfly berasal dari Wallace, namun di dalam bukunya ia tak pernah menyebutkannya [1]. Namun karena banyaknya kupu-kupu yang beterbangan mungkin dari situlah julukan tersebut berasal.

Penguasa Bantimurung yang Tersisa

Ketika disebut sebuah kerajaan, berarti ada penguasa yang bertahta. Bukan sebuah kebetulan bahwa Bantimurung, Maros terkenal dengan sebutan “The Kingdom of Butterfly”, karena disana hidup ratusan jenis kupu-kupu cantik.

Karena di Bantimurung terdapat aliran sungai besar dan jeram yang menjadi habitat bagi kupu-kupu. Selain itu, banyak tanaman inang kupu-kupu yang tumbuh di sekitar sungai. Daerah tepi sungai pun menjadi jalur lintasan bagi kupu-kupu.

Sejarah mencatat ketika “Natuurmonument Bantimoeroeng Waterval” seluas 10 hektar diresmikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 21 Februari 1919. Penggambaran mengenai sebuah kawasan yang perlu dilestarikan dituliskan oleh Marinus Cornelius Piepers seorang ahli entomologi dari Belanda [3]. Ia mengatakan dalam suratnya kepada Sijfert Hendrik Koorders, bahwa hutan khas mengeliling air terjun Bantimurung. “Hal ini tidak ditemukan di tempat lain di Hindia Belanda. Kekayaan kupu-kupunya luar biasa, bertebaran di tepi pasir di bawah air terjun. Seperti Wallace sebutkan dan juga Ribbe. Ribuan kupu-kupu unik di Sulawesi ini berkumpul di perbatasan antara wilayah Indo-Malaya dan Australia-Malaya,” tulisnya [3].

Wallace berhasil mencatat 232 spesies kupu-kupu di dalam bukunya. Jumlah tersebut mewakili sekitar 10,8% spesies kupu-kupu yang ada di dunia. Menurut KLHK, ada sekitar 247 spesies yang pernah diidentifikasi selama ini oleh KLHK. Hal ini membuktikan bahwa keanekaragaman kupu-kupu di kawasan ini sangat tinggi [3].

Namun hal tersebut hanya tinggal cerita karena merujuk pada hasil penelitian Universitas Hasanuddin, Makassar, mengatakan bahwa kupu-kupu yang ada di Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung berkurang dengan drastis. Saat ini dari 247 spesies hanya tersisa sekitar 103 jenis kupu-kupu yang membantu penyerbukan bunga di daerah Bantimurung [4].

Turun Tahta Sang Raja

Ketika Kawasan Bantimurung yang awalnya dicanangkan sebagai cagar alam kemudian dibuka menjadi Taman Wisata pada tahun 1981. Manusia diajak masuk langsung ke jantung air terjun yang menjadi sanctuary bagi sang Raja. Pengelolaan Kawasan Bantimurung pun mengalami banyak perubahan wajah, pembangunan atas nama ekonomi pun dilakukan.

Manusia dimanjakan dengan dalih ekonomi berbasis masyarakat. Kawasan Bantimurung yang awalnya menjadi tempat berlindung bagi para kupu-kupu malah menjadi pemakaman massal bagi mereka. Pasalnya manusia mulai mengejar dan menangkapi mereka untuk dijadikan buah tangan.

Jajaran kupu-kupu yang sudah diawetkan di dalam box kaca dijajakan oleh para penjual. Semakin banyak kupu-kupu di dalam boks kaca, harganya semakin mahal. Bukan hanya souvenir, kupu-kupu yang sudah diawetkan juga jadi incaran para kolektor di luar negeri.

Tak main-main, para pemburu kupu-kupu biasa menangkap lebih dari 30 ekor per hari. Para pemburu bukan hanya dari kawasan Bantimurung, namun dari daerah lain yang mencari peruntungan dari sayap indah kupu-kupu. Perburuan pun semakin memburuk, para pemburu bukan hanya mencari kupu-kupu namun juga mengejar larva kupu-kupu [4].

Nyanyian Sendu Sang kupu-kupu

Manusia, tanpa mereka sadari mulai menggali liang kuburnya sendiri. Kupu-kupu ataupun serangga lain sering dianggap sepele. Padahal mereka memegang peranan penting dalam rantai makanan. Kupu-kupu masuk dalam kategori hewan yang membantu penyerbukan tumbuh-tumbuhan atau biasa disebut dengan polinator [5].

Kupu-kupu dewasa meminum nektar dari bunga. Ia menggunakan belalai panjang untuk menjangkau jauh ke dalam bagian bunga untuk mendapatkan nektar. Saat itu, kupu-kupu mengambil serbuk sari saat mereka menyesap nektar bunga. Ketika pergi ke tanaman lain, serbuk sari ikut bersama mereka. Tanpa disadari, hal ini membantu menyerbuki tanaman tersebut. Sekitar sepertiga dari makanan yang dimakan [6].

Tak hanya itu, kupu-kupu juga berfungsi sebagai bioindikator lingkungan. Sayap kupu-kupu yang berwarna cerah mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut asri. Lain halnya jika sayap kupu-kupu lebih banyak dengan warna kusam atau gelap mengindikasi bahwa lingkungan tersebut tercemar. Karena warna kusam merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh kupu-kupu terhadap lingkungan [5].

Tak ayal, jika fungsi kupu-kupu yang sebenarnya bukan berada di dalam kotak kaca atau menjadi bahan awetan demi memuaskan mata manusia. Sudah seharusnya ia bebas berkejaran di alam tanpa harus khawatir akan eksistensinya terus tergerus ulah manusia.

Upaya Konservasi Kupu-kupu

Tergerusnya habitat namun tak diiringi upaya konservasi yang baik hanya akan membuat spesies kupu-kupu akan terus turun. Karena itu dibutuhkan upaya serius dari berbagai pihak untuk menyelamatkan kupu-kupu dari kepunahan.

Ketika saya mengunjungi Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung, saya agak sedih melihat penangkaran kupu-kupu. Penangkaran terlihat tak terurus, bahkan saya tak melihat satupun kupu-kupu di dalam kandang. Museum kupu-kupu yang berisi ratusan jenis kupu-kupu yang sudah diawetkan, juga tak mampu menarik minat pengunjung. Hanya saya seorang yang berusaha melihat museum yang terletak di belakang masjid.

Merujuk pada beberapa sumber, pemerintah sudah berusaha melakukan upaya konservasi, yaitu melakukan identifikasi kupu-kupu, pemetaan sebaran habitat, identifikasi pakan, hingga melakukan monitoring populasi. Pemerintah juga berusaha memberikan edukasi kepada pemburu untuk melakukan perburuan yang sesuai dengan undang-undang. Misalnya tidak menangkap spesies langka dan dilindungi. Saat ini tercatat ada 4 spesies kupu-kupu yang masuk dalam kategori hewan langka.

Upaya pun datang dari masyarakat yang sedih melihat kondisi populasi yang terus menurun. Misalnya saja Pak Rusdi yang berusaha menangkarkan kupu-kupu sejak tahun 2004. Ia mengajak para pemburu untuk melakukan penangkaran. Kupu-kupu yang ditangkap, dibiarkan bertelur di dalam penangkaran. Setelah induk mati, baru bisa dijadikan souvenir. Menurutnya kupu-kupu hanya berumur dua sampai tiga minggu. “Sehingga pemburu bisa panen setiap bulan,” ujarnya dalam sebuah wawancara [5].

Kesimpulan

Lalu sebagai individu, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu kelestarian kupu-kupu? Pertama, kita bisa mulai untuk tidak membeli kupu-kupu yang telah diawetkan. Jika ingin membantu masyarakat, pilih penjual yang mengambil kupu-kupu dari penangkaran bukan dari alam liar. Kedua, ikut menanam pohon inang kupu-kupu atau menanam pohon bunga yang menjadi sumber makanan bagi mereka. Ketiga, tidak membuang sampah sembarangan. Karena setiap sampah yang dibuang dengan sembarangan,bisa jadi berakhir di sungai yang notabene menjadi habitat bagi kupu-kupu.

Semoga saja semua upaya konservasi yang dilakukan pemerintah maupun individu tak hanya menjadi jargon sementara. Jangan sampai, ketika kupu-kupu terakhir berada disana, manusia baru sadar bahwa kupu-kupu memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan. Dan ternyata itu sudah sangat terlambat dan kita tak punya kuasa untuk mengembalikan keadaan seperti semula.

Ditulis di Makassar

12:05 , Minggu 8 November 2020

sambil dengar lagu One Person – Solji

tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diadakan oleh Bijak Konservasi.

 

Referensi :

[1] Menelusuri Jejak Rumah Wallacea di Maros – https://jelajah.kompas.id/ekspedisi-wallacea/baca/menelusuri-jejak-rumah-wallacea-di-maros/

[2] Buku Alfred Wallace http://papuaweb.org/dlib/bk/wallace/book.html#xvi

[3] Satu Abad Tata Kelola Bantimurung – https://kabaralam.com/konservasi/satu-abad-tata-kelola-bantimurung

[4] Rusdi Menyelamatkan Kerajaan Kupu-kupu – https://peluangusaha.kontan.co.id/news/rusdi-menyelamatkan-kerajaan-kupu-kupu-bantimurung-1

[5] Peran kupu-kupu terhadap Lingkungan – http://forestry-information-center.ipb.ac.id/berita2.html#:~:text=Peran%20kupu%2Dkupu%20terhadap%20lingkungan,Polinator%2C%20dan%20Inspirasi%20Inovasi%20Teknologi.&text=Kupu%20kupu%20termasuk%20hewan%20yang,yang%20di%20sebut%20dengan%20polinator.

[6] What butterflies do environment – https://sciencing.com/what-do-butterflies-do-environment-4580181.html

 

 

Nyanyian Sendu Sang Kupu-kupu

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.