Berhati-hatilah dengan keinginanmu, karena Tuhan akan mewujudkan di waktu yang tak pernah engkau tahu. – Adlien
Jika tahun lalu saya menghabiskan waktu di Pulau Buru tanpa gemuruh kembang api. Hanya suara jangkrik dan keseruan makan malam dengan hiasan lilin di meja makan, karena setelah pukul 10 malam semua listrik dimatikan. Tapi saya tetap menikmatinya karena saya dikelilingi oleh keluarga yang bahagia disana. Sempat dalam pikiran saya terlintas “Tahun depan saya akan menikmatinya di sebuah tempat yang jauh dari Indonesia dan berbeda dengan keadaan sekarang,” begitu doaku saat itu.
Dan tak terasa 2017 pun berlalu. Menyambut tahun 2018 saya memilih keriuhan yang sangat kontras dibandingkan Pulau Buru. Paris menjadi pilihan saya untuk menghabiskan malam tahun baru. Saya berangkat Bersama Arif dan Lisana dan kita nginep di rumah Doullah. Ia adalah teman kami di saat sedang mengejar target IELTS bersama-sama di TEST, Kampung Inggris. Karena perjalanan kami yang pernah dilakukan dengan mobil tua bersama-sama kami jadi akrab. Walaupun saya berbeda angkatan dengan Lisana dan Dollah.
Kami menginap di kamarnya Dollah yang harusnya gak boleh. Haha. Karena asrama Dollah menyediakan tempat tinggal yang harganya hanya 6 euro per malam. Tapi karena semua kamar sudah full booking dan keinginan kami untuk ke Paris tak terbendung, akhirnya kami tetap pergi kesana.
Table of Contents
Pergi dengan Voucher Murah FlixBus
Untuk pergi ke Paris kami menggunakan tiket FlixBus. Apa itu FlixBus? Sebuah korporasi transportasi yang bergerak dalam bidang jasa transportasi bis. Di saat liburan seperti ini harga tiket bis biasanya langsung melambung. Karena itu kami membeli tiket voucher bis FlixBus seharga 99 euro untuk 5 kali perjalanan. Bagaimana caranya?
Kami masuk ke website FlixBus dan membeli voucher. Voucher ini bisa digunakan untuk 5 kali perjalanan dan membuat perjalanan yang kit inginkan menjadi 0 harganya. Jadi voucher FlixBus sangat cocok dipakai untuk perjalanan jauh. Tapi voucher baru bisa digunakan setelah waktu tunggu 2 hari. Setelah 2 hari, voucher bisa digunakan. Kalian bisa pilih rute yang kalian inginkan dan masukkan voucher FlixBus yang telah kalian dapatkan melalui email.
Berangkat ke Paris dan hampir ketinggalan bis
Di Belanda sangat penting untuk selalu mengecek jadwal transportasi melalui aplikasi 9292. Karena setiap menit adalah waktu yang sangat berharga. Kami ketinggalan bis di Wageningen karena terlalu nyantai dan lupa ngecek aplikasi 9292. Kami tiba di terminal bis Wageningen satu menit setelah bis ke Arnhem berangkat. Kenapa ke Arnhem? Karena bis FlixBus terdekat adalah dari Arnhem. Kami pun segera berpikir cepat, jika menunggu bis berikutnya ke Arnhem baru ada 20 menit lagi. Artinya kami hanya punya waktu 15 menit untuk berlari-lari ke tempat bis. Dan kami pun tidak tahu dimana bis FlixBus akan berhenti.
Akhirnya setelah berpikir dan berdiskusi, kami pun memutuskan untuk pergi menggunakan kereta. Kami segera menaiki bis 88 menuju stasiun Ede-Wageningen. Dari sana kami berlari-lari dan melakukan tap masuk. Karena Lisa punya Korting 40% dan bisa membawa dua orang, kami pun masuk ke dalam kereta.
Tapi setelah kami masuk ke dalam kereta, kami menyadari bahwa cara yang kami lakukan adalah SALAH besar. Hahah. Harusnya ketika menggunakan promo korting 40% untuk bawa dua orang, orang yang dibawa harus ikut ngetap kartu juga. Dan bodohnya adalah, saya nanya sama petugas tentang bagaimana cara SamenKorting itu. Hahah. Untungnya petugas itu gak curiga. Haha.
Tapi karena kesalahan inilah kami deg-degan sepanjang perjalanan. Kalau sampai ketauan kita tidak ngetap, bisa-bisa kita disuruh bayar 65 euro sebagai denda. 65 euro itu adalah harga makan untuk 2 minggu! Hiks. Alhamdulillah setelah deg-degan selama 10 menit, akhirnya kereta pun tiba. Dan kami menunggu bis di bagian luar stasiun. Setelah 40 menit menunggu, tepat pukul 23.55 CET, bis pun tiba. Kami segera mencari tempat duduk. FlixBus dari Arnhem ke Paris Bercy Seine ini merupakan bis dua tingkat dan dilengkapi dengan WC. Ya iyalah, wong perjalanannya 7 jam.
Tiba di Paris Bercy Seine dan Paris satu hari
Setibanya di Paris, saya melihat ‘Terminal Kampung Rambutan’ ahaha. Terminal Bercy Seine agak gelap dan pengap karena terletak di bawah tanah. Hari masih gelap walaupun jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Kami segera menuju tempat Dollah tinggal dan sarapan disana. Perjalanan yang kami rencanakan untuk hari ini adalah pergi ke beberapa tempat yang sangat terkenal di Paris dan bisa dikunjungi dalam waktu 24 jam. Tempat-tempat terkenal seperti Museum de Louvre, the Grandee Mosque, menara Eiffel, Notre Dame dan Arc de Triomphe. Saya akan menceritakannya di blog postingan terpisah ya. hehe.
Menurut Dollah pusat keramaian di Paris untuk kembang api adalah di Arc de Triomphe. Kamipun menyetujui idenya untuk merayakan tahun baru disana. Kami pun mencari tempat duduk yang paling strategis untuk bisa melihat kembang api dari dekat. Jarak kami dengan Arc de Triomphe tak terlalu jauh, bahkan bisa dikatakan kami duduk dekat dengan Arc de Triomphe. Kami datang di alun-alun Arc de Triomphe tepat pukul 10 malam. Masih ada sekitar 3 jam sebelum tahun berganti.
Sejarah Paris yang Penuh dengan Imigran
Kami pun mencari tempat duduk yang paling strategis untuk bisa melihat kembang api dari dekat. Jarak kami dengan Arc de Triomphe tak terlalu jauh, bahkan bisa dikatakan kami duduk dekat dengan Arc de Triomphe. Kami datang di alun-alun Arc de Triomphe tepat pukul 10 malam. Masih ada sekitar 3 jam sebelum tahun berganti. Selama tiga jam itulah bisa dikatakan waktu yang sangat krusial. Kami mulai duduk di dekat tiang lampu. Membentuk lingkaran. Awalnya kami hanya duduk-duduk, kemudian lama kelamaan kami mulai bermain ABC 5 Dasar.
Ada beberapa gerombolan orang dari Aljazair membawa bendera mereka dan mulai berteriak-teriadk dalam Bahasa Perancis. Kami hanya berpandangan. Dollah menjelaskan bahwa orang-orang ini adalah imigran yang datang dari negara yang pernah dijajah oleh Perancis di masa lampau. Negara-negara Afrika ada sekitar 15 negara yang pernah tunduk di bawah kekuasaan Perancis. Maroko, Aljazair, Mauritania, Mali, Senegal, Guinea, Pantai Gading, Burkina Faso, Benin, Niger, Chad, Gabon, Kongo, Republik Afrika Tengah, dan Madagaskar adalah negara yang pernah menderita di bawah jajahan Perancis. Selain itu menurut Wikipedia sekitar 7 persen dunia adalah bekas jajahan Perancis di masa lalu.
Karena kondisi ekonomi dan sosial di negara-negara tersebut masih sangat tidak stabil menjadi latar belakang banyaknya imigran di kota ini. Selain itu Prancis dikenal sebagai negara yang cukup terbuka menerima pendatang dengan tujuan meminta suaka hukum karena situasi negara asal mereka yang tidak aman.
Tapi itulah yang membuat Perancis kewalahan menangani orang-orang yang datang dari negara-negara tersebut. Mereka tidak boleh membatasi kedatangan orang-orang itu. Gelombang imigrasi orang-orang tersebut semakin tinggi, apalagi mudah bagi orang-orang yang pernah jadi jajahan Perancis karena kewajiban mereka mempelajari Bahasa Perancis bahkan second language di negara mereka (Francophone).
Jadi jangan heran jika di Paris sendiri banyak orang-orang berkulit gelap fasih berbahasa Perancis. Teriakan-teriakan orang ini lebih kepada keberadaan mereka yang dianggap sebagai ‘masalah’ oleh negara Perancis. Banyak penolakan oleh pemilik modal/usaha untuk merekrut imigran (terutama yang berkulit gelap) sering dilatarbelakang usaha menjaga citra perusahaan, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan, seperti hotel maupun pusat kecantikan. Bila pun ada imigran yang direkrut, terutama yang berkulit gelap, mereka akan ditempatkan pada pekerjaan yang tidak memiliki kontak langsung dengan pelanggan mereka. Seperti halnya pelayan kamar di hotel, atau penjaga gudang, atau pegawai di dapur.
Duh, kenapa jadi malah melebar gini sih tulisannya? Haha. Lanjut lagi ya..
New Year di Arc de Triomphe? Sebuah ide buruk!
Walaupun di sekeliling kami orang-orang Aljazair membuat barikade, kami tetap melanjutkan permainan ABC 5 Dasar. Hahah. Tiba-tiba ketika waktu sudah menunjukkan pukul 11.20 CET, ada seseorang yang kami yakin dari India dan mulai ikut tertawa-tawa bersama kami. Padahal saya yakin, ia tak paham dengan yang kami bicarakan dalam permainan ABC 5 Dasar.
Setelah waktu bergerak menuju 11.30, tiba-tiba Arc de Triomphe dipenuhi oleh lampu warna-warni. Kamipun segera berdiri karena kerumunan orang sudah sangat terlampau ramai dan berdesak-desakan. Semua orang menghitung mundur. 30 menit terasa sangat lamaaaaa. Apalagi udara dingin yang membuat kulit terasa kering. Saya juga sedang mengurangi minum air, atau saya akan terus merasa ingin kencing.
Setiap menit, Arc de Triomphe memunculkan gambar yang berbeda-beda. Sehingga semua orang meletakkan fokus mereka di Arc de Triomphe. Sama seperti kami yang masih memandangi gedung tersebut. Kami berharap sebuah atraksi spektakuler akan disajikan disana. Saya berharap akan ada paling tidak 30 menit kembang api diatas sana.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Setelah menunggu 3 jam, kami hanya melihat kembang api selama kurang lebih 5 menit. WHAT THE! Benar-benar sebuah New Year Eve yang gak bisa saya percayai. Hahah. Udah nunggu 3 jam lebih dan cuman ngeliat kembang api yang gak terlalu besar selama 5 menit! come on!
Walaupun agak kecewah, tapi ya mau diapa? gak mungkin kita bakar-bakaran disana. haha. Kami pun mulai mencari lokasi stasiun Metro.
Keributan di Stasiun Metro
Ternyata karena pulang bersamaan dengan semua orang membuat Metro tak mampu menampung orang. Antrian panjang mengular dari arah Metro membuat kami harus berjalan kaki melewati 3 stasiun Metro. Dan itu sekitar 3 kilometer lebih. Kaki saya keram. hahah.
Ternyata di stasiun Metro yang kami tempati malah mengerikan. Banyak orang mabuk dan bertengkar di dalam stasiun. Semua orang saling dorong dan sikut. Banyak yang teriak dan ada beberapa perempuan yang menangis. Kami saling menjaga satu sama lain. Sampai-sampai ada polisi yang memukuli orang tersebut dan antrian bisa dipangkas. Kami sempat terpencar dengan Dollah tapi alhamdulillah kami pun bertemu dan bisa tiba di rumahnya Dollah tepat pukul 03.00 pagi! Gila banget. Ini adalah keriuhan New Year di paris yang tak pernah saya bayangkan.
Melihat keributan yang terjadi di malam tahun baru ini, tiba-tiba saya merindukan keadaan dengan new year eve di Jakarta atau di Puncak bareng keluarga aja. Hahah. Enggak lagi deh cari New Year Eve di kota besar. Hahaha. Mending kumpul-kumpul sama teman atau keluarga 🙂
But, thanks to Dollah yang udah jadi guide terkeren sepanjang sejarah di Paris. haha.
Ditulis di kamarnya Lisana, Bornsesteeg
17:16 CET 10 January 2018
Sambil dengar lagu lampau Jangan Biarkan – Diana Nasution