Pak Lukas, Bu Lukas dan saya. 😀
The perfect woman you see is a working woman, not an idler , not a fine lady , but one who uses her hands and her head and her heart for the good of others – Thomas Hardy
Saya rasa kutipan kata-kata diatas bisa saya sematkan kepada perempuan-perempuan di seluruh Indonesia yang berani mengotorkan tangannya demi keluarganya. Merekalah perempuan yang tak kenal lelah untuk ikut membantu suaminya. cerita ini saya dapatkan setelah saya seringkali berinteraksi dengan para ibu-ibu di berbagai daerah di Indonesia. 

Perjalanan ke Beo

Ketika saya mengunjungi sebuah kampung di ujung Utara Sulawesi, Beo, saya bertemu dengan Pak Lukas dan Ibu Lukas. Mereka berdua adalah salah satu pasangan yang bersama-sama turun mencari ikan. Pak Lukas merupakan salah satu pemilik kapal jaring di Kepulauan Talaud. Sang istri ikut pergi memancing ikan. Saya pikir ia hanya membantu memasak diatas kapal ketika sang suami sedang mencari ikan. Namu perkiraan saya salah, ia ternyata lebih memilih untuk ikut menarik jaring bersama sang suami. Tangannya menunjukkan guratan-guratan bekas jaring. Ia melakukan ini demi menghidupi keluarganya. Menurutnya uang yang ia dapatkan bisa digunakan untuk makan sehari-hari. “Kalau suami dapat 500.000 rupiah, kita juga dapat uang yang sama no. Bisa dipakai vor torang makang,” ujarnya sambil tertawa. 
Yang membuat saya takjub adalah, pekerjaan ini sudah beliau lakoni sejak puluhan tahun yang lalu. Tak terasa sudah lebih dari dua puluh tahun ia menemani sang suami pergi melaut. Hal ini beliau lakukan sejak anaknya masih kecil dan sekarang anak yang paling besar sudah bekerja di salah satu instansi pemerintah. Menjabat sebagai salah satu anggota dewan di DPRD Kabupaten Talaud pula. Hebat! Ibu ini yang mengajari anaknya membaca dan menulis, karena sang suami tidak bisa membaca. Jadi bisa dibayangkan bagaimana ia membagi waktunya antara menjadi nelayan dan ibu rumah tangga. 

 

Strong women don’t play victim, don’t make themselves look pitiful, and don’t point fingers. They stand and they deal. Mandy Hale.
 
Ibu penjual di Ambon

Cerita di Wuring

Cerita lain lagi di Kampung Wuring, Maumere, Flores. Disana saya bertemu dengan para istri nelayan yang menjual ikan-ikan hasil tangkapan suami mereka di pasar. Tugas para ibu adalah memastikan ikan yang sudah ditangkap oleh suami mereka agar laku di pasar. Jangan heran jika sore menjelang, kapal-kapal mulai kembali ke pelabuhan, pasar sangat ramai. Suara ibu-ibu yang memanggil, merayu dan membujuk para konsumen untuk membeli ikan mereka. Ikan yang mereka jual benar-benar segar, karena baru ditangkap dari laut. Harganya pun bervariasi, tergantung pada musim ikan. Jika ikan sulit didapatkan karena cuaca buruk, maka harga ikan bisa sangat tinggi. Namun jika ikan sedang melimpah, harga ikan pun sangat turun. Saya biasa mendapatkan ikan tiga ekor dengan harga 10 ribu.

Kisah di Pasar Mardika

Para perempuan di Pasar Mardika juga merupakan perempuan-perempuan kuat. Saya pernah bertemu dengan seorang nenek yang masih menjual buah dan ikan cakalang asap. Dari kerutan di wajahnya, saya menaksir umurnya sekitar 60 tahun. Dari cerita Nenek ini, beliau setiap hari pergi ke pasar untuk menjual buah-buahan yang ia dapatkan dari kebun. Untuk ikan cakalang asap, ia membelinya dari tetangga yang khusus membuat ikan ini. Dari penjualan inilah ia bertahan untuk menghidupi dirinya sehari-hari. 
Perempuan pemetik cengkeh di Pulau Buru
Sosok istri nelayan merupakan ujung tombak penjualan hasil tangkapan para suami mereka. Mereka lah yang mengatur arus kas keluar dan masuk untuk keuangan di dalam rumah. Tidak jarang sang istri lebih paham berapa harga seliter bensin atau berapa harga aki daripada sang suami. Saya juga menemukan sang istri paham tentang hasil tangkapan sang suami setiap bulannya. Ia juga hafal kapan saja musim panen jenis ikan tertentu. Hebat! Para perempuan ini benar-benar hebat, saya salut dengan kerasnya hidup mereka. 
Saya juga menemukan para sosok perempuan yang memegang tongkat kekuasaan di pusat-pusat pemerintahan. Bu Susi Pudjiastuti misalnya, ia adalah perempuan tangguh yang berada di dunia kelautan dan perikanan yang sangat kejam. Saya juga bertemu dengan sosok perempuan yang menjadi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Camat, Lurah, bahkan Kepala Desa di daerah-daerah di Indonesia. Salut! Mereka berani mengambil resiko besar untuk menjadi seorang pemimpin. 
Perempuan benar-benar berubah menjadi sosok yang tegar jika ia dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Saya jadi ingat dengan sebuah kutipan dari Bob Marley “you never know how strong you are until being strong is the only choice you have”. Para perempuan ini memilih untuk mencari jalan keluar demi keluarganya tanpa melupakan tugas utamanya menjadi seorang istri dan seorang ibu bagi anak-anaknya.
Perempuan masa depan,
Selamat Hari Perempuan Internasional, para perempuan di seluruh Indonesia!
Ditulis di Tahuna Hotel, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
Selasa, 08 Maret 2016 21:22 WITA
Sambil denger lagu Heal The World dari Michael Jackson

Para Perempuan Hebat di Penjuru Indonesia

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Quis ipsum suspendisse vel facilisis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Categories

    Trending posts

    No posts found

    Subscribe

    Lorem ipsum dolor amet, consecte- tur adipiscing elit, sed tempor.